Setelah menulis kepiawaian PDIP memilih pasangan Ganjar-Gus Yasin di Jawa Tengah, saya kali ini mencoba menganalisa peta politik di Sumatera Utara, kampung halaman saya. PDIP dalam pengumuman langsung di DPP PDIP Jalan Lenteng Agung, memutuskan bahwa mereka akan mengusung pasangan Djarot-Sihar untuk Pilgubsu.
Keputusan ini menjadi sebuah keputusan yang berani dilakukan PDIP mengingat pasangan ini adalah sesama kader PDIP. Pilihan yang berani dan penuh resiko menurut saya. Pilihan yang membuat PDIP harus berjuang keras untuk memenangkan pasangan ini. Apalagi PDIP kemungkinan hanya akan mendapatkan dukungan partai Hanura dan PPP.
Berbeda dengan Djarot-Sihar, pasangan Edy-Ijeck sepertinya menjadi yang terdepan dalam pertarungan di Pilkada Sumut. Bayangkan saja pasangan ini sudah didukung oleh 5 partai dengan jumlah kursi mencapai 50 kursi di DRPD Sumut. Apalagi melihat semangat Edy yang begitu yakin menang 70 persen di Sumut.
Tetapi apakah benar pasangan ini akan mennag sebegitu mutlaknya?? Bisa iya, bisa tidak. Tergantung bagaimana nantinya kelima partai tersebut solid melakukan dukungan. Karena ada isu bahwa dukungan Golkar dan Nadem ke Edy-Ijeck sebenarnya menimbulkan ketidaksepahaman diantara kader lokal. Tetapi karena sudah diputuskan DPP maka mereka tetap akan mendukung.
Pasangan lain JR Saragih – Ance Selian diyakini hanya akan jadi penggembira dan pemecah suara saja. Karena kekuatan JR Saragih hanyalah di kalangan Simalungun setelah menjadi Bupati selama 2 periode. Kekuatan JR Saragih kemungkinan didukung oleh kalangan Simalungun. Masuknya PKB dan PKPI tidak akan banyak membantu.
Apalagi JR Saragih sendiri sebenarnya banyak celanya dalam memimpin Simalungun. Jalanan Simalungun banyak yang berlubang dan sindiran orang sih karena JR Saragih lebih banyak naik helikopternya daripada naik mobil, sehingga tidak tahu sudah banyak jalan berlubang. Hehehe..
Kalau melihat peta politik dari sisi kursi DPRD, Edy – Ijeck sudah pasti di atas kertas menang. Tetapi pertarungan akan dimulai saat kampanye dimulai. Karena merebut simpati massa kuncinya adalah pada massa kampanye. Edy jelas kurang dikenal di Sumut, tetapi dia punya Ijeck. Djarot juga kurang dikenal dipelosok Sumut, tetapi dia punya Sihar. JR Saragih?? Hanya di kalangan Simalungun saja.
Kesukuan memang menjadi kunci dari pertarungan politik di Sumut. Dan sering sekali ada namanya istilah pecah suara batak untuk gagalkan orang batak jadi kepala daerah. Dan strategi ini sepertinya akan dilakukan lagi. Djarot-Sihar akan dipecah suaranya dengan kehadiran Nasdem dan Golkar di pasangan Edy-Ijeck.
Kalau dalam peluang agama, kehadiran Nasdem dan Gerindra juga akan pecah dukungan Kristen kepada Djarot-Sihar. Apalagi kita sudah melihat bagaimana permainan Kristen Gerindra di Jakarta. Pola ini akan kembali dimainkan. Dan ini akan sangat menggerus suara Djarot-Sihar.
Apalagi soal dana, Edy-Sihar akan didukung uang yang melimpah. Kekayaan Sihar memang banyak, tetapi sepertinya akan sulit menandingi logistik pasangan Edy-Ijeck. Lihat saja video saweran Edy yang beredar. Bukti bahwa sokongan dana mereka sangatlah banyak.
Jadi, kalau analisa saya, Edy-Ijeck akan menang. Kekalahan hanya akan terjadi ketika warga Sumut sadar dan membutuhkan sosok seperti Djarot untuk mengubah daerahnya. Tanpa itu, maka Sumut akan kembali dipimpin bukan oleh seorang agen perubahan. Jujur saja, Edy bukanlah sosok yang bisa mengubah Sumut.
Alasannya jelas karena menjadi seorang Ketua Umum PSSI saja, Edy gagal. Gagal karena ternyata masih ada saja gaji pemain yang tidak dibayarkan. Alasannya klise karena dana dari PSSI dicairkan pakai termin. Padahal itu menurut saya adalah sebuah hal yang tidak boleh terjadi dalam sebuah liga profesional.
Jadi, warga Sumut mau mendapatkan pemimpin seperti Djarot?? Semua kembali kepada warga Sumut. PDIP sudah kasih pemimpin seperti Djarot. Mau dipakai silahkan berjuang dan jangan kalah karena uang saweran.
Salam Saweran.