Seperti tidak sadar bahwa Anies-Sandi hanya menang karena ancaman SARA, partai koalisi 212 Gerindra-PKS-PAN malah membawa sentimen SARA tersebut ke Pilkada Jawa Tengah. Hadirnya Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, dalam kampanye pasangan Sudirman-ida hanya akan memberikan perspektif negatif bagi para pemilih.
Kedatangan Sandiaga dengan buruknya birokrasi dan pembangunan di Jakarta saat ini tidak menjadi keuntungan bagi pasangan Sudirman-ida kecuali bagi para pemilih 212. Warga Jateng kemungkinan besar tidak akan mudah lagi tertipu dengan gimmick atau program tipu-tipu yang disampaikan oleh Sandiaga. Apalagi melihat OK OCE yang ternyata sangat jauh dari apa yang dijanjikan.
Dan karena itu, warga Jateng wajib waspada dengan kehadiran Sandiaga yang datang dengan OK OCEnya. Dan belum apa-apa, tanpa jelas dasar yang dinyatakan, Sandiaga menyebutkan bahwa akan hadir Gubernur baru di Jateng.
“Jangan percaya sama survei-survei, percaya sama survei saya deh, saya pernah menang di DKI dan saya punya survei menyebutkan Jateng akan menyambut pemimpin baru,” kata Sandi, Minggu (4/3/2018).
“Enggak usah repot, enggak usah baperan, enggak usah sensi, Allah sudah menentukan siapa yang bakal jadi Gubernur. Kita ikhtiar. Kalau Pak Dirman ikhlas, kita bakal sambut pemimpin baru Jawa Tengah,” tegasnya.
Sombong sekali pernyataan Sandiaga ini. Dan kesombongan seperti ini bukanlah sikap yang menjadi kearifan lokal warga Jateng. Bagaimana bisa Sandiaga menyebutkan sebuah survei tanpa ada hasil yang dipublikasikan? Kalau survei asal bicara saja itu namanya sebuah pernyataan pribadi. Padahal faktanya, Ganjar memang masih lebih tinggi hasil survei resminya.
Sandiaga juga menang bukan karena hasil survei, melainkan memang warga Jakarta sudah habis kena ancam sana sini. Bahkan kalau mau diingat, saat mau coblos saja ada kelompok tamasya Al Maidah yang datang ke TPS. Bagaimana semakin tidak terancam para pemilih saat itu.
Kehadiran Sandiaga pada akhirnya membuat warga Jateng jadi bisa lebih memilih dengan bijaksana. Mau Jateng seperti Jakarta saat ini atau tidak? Mau Jateng dipimpin pemimpin magang atau tidak? Jakarta adalah contoh buruknya pemimpin yang hanya andalkan kata-kata, bukan karya dan kerja nyata.
Saran saya, kalau mau Jateng dibangun dengan nyata, pilih saja Ganjar. Apalagi sekarang dipasangkam dengan Gus Yasin. Kurang berkah apalagi?
Yuk pilih Ganjar sekali lagi. Coblos nomor 1.
Salam Gayeng, Ganjar Yasin Untuk Jateng.