Hooaamm.. Selamat nangkring..
Maaf masih agak ngantuk nih. Soalnya beberapa hari ini saya lembur untuk dapat uang tambahan demi keberlangsungan hidup saya. Maklumlah, mengandalkan payout dari menulis di Indovoices ini belumlah seberapa. Viewer masih sedikit, lain hal kalau saya menulis di sebelah, mungkin sekali publish bisa dapat banyak viewer.
Tetapi karena sejak awal saya hadir di Indonesia demi Pak Presiden Ndeso dan ikut-ikutan ndeso, maka saya rela makan cuman pakai tahu dan tempe. Sekali-kali ikut kondangan dengan modal senyum dan sapa tanpa amplop demi menikmati makanan yang nikmat. Hehehe..
Hmm… Ternyata sudah naik toh bayaran di Indovoices jadi Rp 5/viewer. Ahh sudahlah, saya fukus ke target menulis Pilkada yang ditugaskan. Setelah saya ke Medan, Surabaya, dan juga Bandung, kini saya ke Semarang. Ketepatan memang juga sedang ada hajatan pak Presiden di Solo, tetapi karena saya tidak diundang, saya tidak datang. Krik.. Krik.. Krik.. Garing yah? Hehehe..
Demi menghemat biaya, saya pun ke Semarang menggunakan kereta api. Begitu sampai, saya langsung bergerak menuju tempat-tempat diskusi politik. Sambil minum kopi dan makan pisang goreng, saya pun coba menyimak pembicaraan mereka.
Beginilah hasil menguping saya atas diskusi yang dilakukan…
Ternyata di Jateng ini sudah ada seorang yang curi start kampanye dengan memasang baliho besar foto dirinya. Ya, kalau tidak salah namanya, Sudirman Said. Tidak seperti namanya yang pakai nama Sudirman sang Jenderal besar yang melakukan aksi gerilya, Sudirman ini malah melakukan aksi menonjolkan dirinya secara terbuka.
Nama bisa sama, tetapi gaya berperang jelas berbeda. Tetapi benarkah Sudirman ini akan berperang dengan cara terbuka seperti yang dilakukannya dengan menggunakan baliho ini?? Saya sangat berharap sih, partai dan tim pendukung Sudirman nantinya bisa memakai strategi terbuka. Tetapi kalau yang mendukung adalah, Gerindra, PKS, dan PAN apakah mungkin ada strategi kampanye terbuka dan jujur??
Menilik pengalaman ke belakang di Pilkada Jakarta, trio ini bukanlah partai yang menjunjung tinggi sportivitas dalam kampanye Pilkada, tetapi menjunjung tingg nilai menghalalkan segala cara demi memenangkan Pilkada. Lihat saja betapa mengerikannya Pilkada di Jakarta.
Gerindra, PKS, dan PAN memang sudah memberikan sinyal akan mendukung Sudirman Said. Meski belum memberikan surat dukungan resmi, dengan status Sudirman yang masuk kubu Prabowo dan JK, bisa saja Sudirman akan mulus dijadikan cagub. Siapakah wagubnya?? Bisa saja model Sandiaga yang pemodal ulung.
Kubu Prabowo dan JK memang sudah menjadi ancaman nasional saat ini. Ancaman karena mereka ini termasuk orang yang membiarkan hancurnya Pilkada di Jakarta. Tidak bersuara dan bungkam ketika ada demo dan bahkan seperti mendukung gerakan-gerakan tersebut. Masjid pun dibiarkan jadi ajang kampanyenya Eep Saepulloh.
Dan kalau koalisi kubu ini benar-benar terealisasi di Jateng, maka bisa saja akan terjadi lagi Kampanye SARA. Apalagi kalau sudah nama Sudirman Said yang diusung. Kemungkinan besar para tim dan beserta pakar politisasi Masjid Eep Saepuloh juga ikut jadi perusak Pilkada Jateng.
Lalu bagaimana dengan PDIP sang pemilik kandang di Jateng?? Apakah mereka akan bertahan dengan mengusung calon sendiri atau berkoalisi demi mencari seorang Wakil Gubernur dari partai lain?? Apalagi, PPP sepertinya sudah mengintai posisi cawagub karena melihat kemungkinan permainan SARA di Jateng.
Yang menjadi pertanyaan penting, lakukah isu SARA di Jateng?? Bukankah Jateng adalah kandang Banteng dan daerah merah?? Mungkinkah SARA berlaku di tempat yang sering sekali juga disebut banyak PKInya?? Semua memang tergantung dari perkembangan masyarakat di Jateng. Tetapi sejauh ini, Jateng termasuk daerah yang sulit dirusak oleh SARA.
Tetapi harus tetap saja waspada, karena sama seperti Jatim, Jateng kalau sudah direbut orang kaum intoleran dan politik SARA bisa hancur negeri ini. Apalagi trio ini kasar mainnya di Pilkada Jakarta. Saya saja selama di Jakarta melihat betul seram dan mencekamnya kondisi Pilkada Jakarta.
Apalagi kini mereka sudah mulai berganti baju dari HTI menjadi kaum pribumi muslim. Sebuah gerakan yang lebih berbahaya daripada HTI yang sudah dilarang melalui UU Ormas. Siapkah Jateng menyambut Sudirman dan gerbong partai menghalalkan berbagai cara?? Semoga saja siap.
Ya sudah spidy mau minum ronde dulu sebelum kembali ke Jakarta naik kereta malam. Jug Ijag ijug ijag ijug..
Salam jaring laba-laba…