Setelah merana selama Ahok-Djarot memimpin Jakarta, kini sebuah era bahagia dan menuai akan dirasakan oleh para mafia, preman, dan penguasa di Tanah Abang. Bahkan PKL yang dulu ditertibkan untuk masuk jadi pedagang di blok G. kini malah mendapatkan tempat di jalan Jatibaru yang ditutup untuk berjualan para PKL.
Siapa lagi yang senang kalau bukan penguasa Tanah Abang Haji Lulung. Lulung yang sering berdebat dan berbeda pendapat dengan Ahok sangat erat kaitannya dengan kondisi Tanah Abang. Ahok jelas melakukan banyak kebijakan di Tanah Abang yang tidak menguntungkan Lulung dan para perkerjanya. PKL dimasukkan gedung pasar dan premanisme tidak diberikan ruang.
Itulah mengapa tidak heran, Lulung adalah satu-satunya kader PPP yang terang-terangan tidak setuju dukungan PPP diberikan kepada Ahok. Bahkan, Lulung juga yang aktif melakukan aksi seolah-olah ada serangan sembako dilakukan oleh Ahok di kantor PPP. Padahal kalau mau jujur, kok bisa yang meramaikan hal tersebut malah Lulung.\
Wajar saja kecurigaan penataan Tanah Abang yang menutup jalan Jatibaru ada kaitannya ada benarnya. Apalagi saat Gubernur Anies memantau penutupan Tanah Abang untuk PKL, Lulung ikut menyambut dan memberikan topi koboy putih kepada Gubernur Anies. Terlihat sangat akrab dan keberpihakan.
Dan keberpihakan kepada Lulung dalam penataan Tanah Abang semakin nyata saat pedagang di blok G akan dipindahkan terkait rencana revitalisasi gedung pasar blok G. Salah satu opsi yang dipilih adalah memindahkan mereka ke lahan milik Lulung.
Opsi ini kemungkinan besar akan dipilih oleh Anies-Sandi untuk memindahkan sementara para pedagang. Soal berapa biaya sewanya tidak perlu dipusingkan karena APBD DKI banyak. Jadi, Lulung tinggal sebut harga dan pasti akan dibyar pakai APBD. Karena pada prinsipnya bukan cari tempat yang murah tetapi tempat yang menguntungkan Lulung.
Apakah lahan Lulung adalah tempat yang strategis atau tidak itu bukanlah syarat utamanya. Karena syarat utama dalam penataan Tanah Abang adalah menguntungkan Lulung. Dan itu adalah cara balas jasa yang dilakukan Anies-Sandi atas dukungan loyal Lulung kepada mereka.
Karena itu, semasa Anies-Sandi berkuasa di Jakarta, maka selama itulah Lulung akan menikmati banyak uang masuk dan keuntungan-keuntungan lain yang tidak didapatkannya saat Ahok-Djarot berkuasa. Dan itulah makanya Anies-Sandi hadir dan membawa sebuah keberpihakan kepada mereka yang lapar semasa Ahok-Djarot berkuasa.
Hanya dimasa Ahok-Djarotlah Tanah Abang benar-benar dikelola oleh sebuah pemerintahan resmi, kalau sekarang yang memerintah Anies-Sandi tetapi yang menentukan adalah Lulung. Buktinya, saat memikirkan solusi penataan Tanah Abang, Anies-Sandi bertanya kepada para preman Tanah Abang.
Ya sudahlah, Tanah Abang kini sudah kembali ke pangkuan Lulung dan kelompok premannya. Kita tidak bisa berharap kepada Anies-Sandi yang terikat balas jasa politik. Yang bisa kita lakukan adalah terus menyuarakan penataan Tanah Abang ini dan berharap otoritas pusat bisa melakukan intervensi. Salah satunya dengan produk undang-undang yang lebih tinggi.
Sudah saatnya menurut saya, pemerintah pusat mulai tegas atas apa yang terjadi di Jakarta selama hampir 3 bulan ini. Karena kalau tidak, maka ke depan, Jakarta akan jadi kota yang dikuasai PKL dan premanismenya. Kalau tidak bisa maka segera percepat perpindahan Ibukota, supaya investasi dan pertumbuhan ekonomi tidak terganggu dengan kesemrawutan Jakarta.
Selamat menikmati kembali pemasukan liar dari Tanah Abang Pak Lulung. Tetap ingat bahwa apa yang ditanam dalam ketidakbenaran akan menuai ketidakbenaran.
Salam Tanah Abang.