Mulai menjamurnya PKL di Jakarta memang tinggal menunggu waktu saja. Seperti jamur yang dibiarkan, maka akan terus tumbuh liar tanpa bisa dikendalikan. Jadi, ketika PKL Tanah Abang dibiarkan dan malah difasilitasi, maka PKL di tempat lain akan bermunculan. Efeknya apalagi kalau bukan hak pejalan kaki dirampas.
Hari ini Jakarta kembali dihebohkan dengan munculnya PKL yang berjualan di trotoar. PKL tersebut berjualan di Jalan Adityawarman I dan Jalan Sunan Ampel, Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Yang buat heboh, PKL ini memasang spanduk bertuliskan OK OCE. Dugaannya supaya mereka yang mau menertibkan takut melakukannya karena ada nama OK OCE.
Menyadari bahwa pemasangan spanduk memakai nama OK OCE tanpa seizin Pemprov DKI, maka spanduk tersebut pun diminta dicopot oleh beberapa pegawai dinas Pemprov yang mendatangi daerah tersebut. Lalu apa sebenarnya alasan mereka memasang spanduk tersebut?
Dilansir dari berita detik.com, para PKL memasang spanduk tersebut karena mereka merasa sudah dapat penerimaan secara lisan dari Sandiaga. Salah seorang pedagang, Bahsan (58), mengakui hal tersebut.
“Pak Sandi waktu itu sudah ke sini. Kan dia sering lari-lari (joging) lewat sini, nah dia lihat. Katanya mau nggak diseragaminpakai tenda (yang bisa dicopot-pasang) ini, tapi jangan di jalan jualannya,” terang Bahsan.
“Ya kita mau. Jadi pasang spanduk OK OCE di tenda itu ekspresi kami senang. Karena kami dukung pemerintahan Anies-Sandi,” lanjut Bahsan.
Sandiaga sendiri ketika dikonfirmasi ternyata lupa bahwa dia pernah menyatakan hal tersebut. Sandiaga sendiri mengaku memang dia suka menawarkan gabung OK OCE kepada banyak orang, tetapi dia tidak tahu apakah mereka ini salah satunya. Tetapi Sandiaga berjanji akan mencoba mencari informasi lebih lanjut kepada Camat Kebayoran Baru.
Kelupaan Sandiaga ini berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Lurah Melawai. Ternyata Lurah tersebut yang mengijinkab para PKL Berjualan. Bahkan Lurah ini menggunakan prinsip yang sama saat Anies-Sandi menangani permasalahan PKL di Tanah Abang. PKL tidak diterbitkan tetapi dilakukan penataan.
Saya pikir mengapa Lurah Melawai berani mengizinkan PKL Berjualan didasari dengan kondisi yang ada di Tanah Abang. Solusi yang ditawarkan sama saja, yaitu dengan melakukan penataan. Alasannya adalah untuk membuat rapi. Dan ke depan solusinya juga sama, kalau banyak pengaduan baru diterbitkan.
Benar memang kalau kepalanya bengkok, bawahnya juga bengkok. Bagaimana bisa seorang Lurah punya pemikiran bahwa PKL dibiarkan berjualan di trotoar dengan ditata supaya rapi kalau bukan dari pemimpinnya? Apakah memang sekarang trotoar di Jakarta sudah jadi tempat berjualan PKL?
Kini apa yang dilakukan oleh Ahok benar terbukti. Satu kesempatan saja diberikan kepada PKL untuk semena-mena di salah satu trotoar di Jakarta, maka efeknya akan merembes ke seluruh Jakarta. Itulah mengapa Ahok tegas kepada PKL tanpa terkecuali, meski itu daerah kekuasaan Lulung.
Susah memang kalau Jakarta sekarang dipimpin Gubernur PKL. Yang berkuasa di Jakarta ini bukan lagi hukum, melainkan PKL.
Salam PKL.