Acara Politik hari ini disponsori oleh Nasi Kebuli Ala Nasdem dan Nasi Goreng ala Bu Mega, apa maknanya?
Nasi kebuli, buah dan sayur menjadi makanan wajib Pihak istana Bogor saat Presiden Jokowi menjamu Raja Salman saat sedang berkunjung ke Indonesia. Makanan asal Timur Tengah ini menjadi menu wajib yang harus ada saat Raja Arab – Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud karena ini merupakan lambang penghormatan tingkat tinggi, sementara Nasi Goreng adalah makanan yang dinikmati SBY dan Prabowo saat diplomasi melakukan koalisi politik saat pertama kali Pilpres akan dilaksanakan dan juga hadiah melekatkan kembali persahabatan usai Friksi di Pilpres 2014. Benar benar kedua makanan ini adalah perlambang Sinyal Politik konsolidasi ketiga Partai di tahun 2019 – Nasdem, PDIP dan Gerindra.
Menu inilah yang digunakan untuk menjamu Prabowo dan Anies di tempat yang berbeda. PDIP menjamu pentolan GERINDRA, Bpk Prabowo Subianto dengan masakan Nasi Goreng ala Bu Megawati Soekarnoputri dan Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta dijamu Nasi Kebuli yang asli Timur Tengah oleh Surya Paloh sebagai Ketua umum Partai Nasdem.
Pertemuan ini menjadi keanehan sendiri, walaupun kedua pertemuan ini dilakukan dengan hangat dan mesra. Kenapa aneh? Karena pertemuan ini dilakukan oleh Partai berbeda dan kedua partai ini pengusung Pemenang Pilpres 2019 yakni PDIP dan Nasdem.
Sebagian orang bilang kalau pertemuan Anies dan Surya Paloh itu hanya pertemuan biasa. Undangan ngopi dan diskusi santai. Jadi tak ada yang perlu dirisaukan. Sementara soal pencapresan, itu hanya bentuk penghormatan pada tamu. Karena mustahil untuk tidak mengakui Anies sebagai kandidat paling potensial. Ada juga yang beranggapan bahwa Surya Paloh sebatas menasehati, agar Anies bisa bekerja lebih baik lagi ke depannya.
Pertemuan Megawati dan Prabowo adalah pertemuan dua pimpinan partai politik yang baru saja menyelesaikan pertarungan keras. Meski begitu, keduanya menyadari bahwa Pilpres sudah usai, dan ke depan masih ada banyak Pilkada dan ujungnya Pilpres 2024, maka mereka sama sama berjibaku untuk menentukan penerus Jokowi karena pada tahun 2024, Jokowi tidak akan mungkin mencalonkan lagi. Mereka harus memikirkan siapa dan bagaimana menentukan arah ke depan sambil menikmati lezatnya Nasi Goreng ala Bu Mega.
Memang begitulah Politik, tidak ada musuh abadi dan tidak ada teman abadi, namun semuanya kembali ke hati nurani dan menyelamatkan Pancasila dan Nasionalisme. Apakah Surya Paloh mendukung Anies Baswedan menjadi capres 2024? Ya semuanya tergantung Anies Baswedan, mau meneruskan kekonyolannya dan rajin menyuburkan Khilafah di pemerintahannya di pemprov DKI atau mau belajar memerintah dengan hati dan kembali ke Nasionalisme dasar dan cinta NKRI dan Pancasila. Score Anies di mata Surya Paloh adalah 5 dari 10, ini jelas membuktikan bahwa Anies punya potensi tapi belum layak, jadi bisa masuk radar Nasdem, bisa juga tidak. Semuanya tergantung Anies. Apakah Anies melihat ini sebagai keseriusan? Ya, dia butuh kendaraan Politik dan Anies melihat ini sebuah kesempatan emas, terbukti dia mendadak Nasionalis dengan akan mengadakan Upacara HUT ke 74 RI di Pulau Reklamasi, memang masih nyeleneh tapi sudah baik untuk Good start.
Di tempat lain, Pendukung Khilafah sedang memikirkan siapa target berikutnya setelah Prabowo sudah mulai mesra dengan Koalisi Pemerintah terpilih. “Harapan saya 2024 khilafah tegak di Indonesia. Khilafah itu adalah syariat Islam. Kalau menolak khilafah itu menolak syariat Islam. Itu penodaan agama,” ungkap Asep dalam diskusi yang diselenggarakan di Gedung Joeang, Jalan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (18/7/2019). Alasan Asep yang menginginkan khilafah tegak di Indonesia itu adalah, karena sistem kenegaraan di Indonesia kekinian belum bisa mengamankan kedaulatan agama Karena kondisi itulah, Asep sangat menginginkan khilafah dapat tegak berdiri di Indonesia pada masa mendatang. “Sistem itu dalam masyarakat iya tapi untuk konteks amankan kedaulatan agama belum tentu.”
Ini merupakan ancaman tersendiri untuk Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dimana Indonesia berdiri dengan berbagai suku bangsa ras agama dan antar golongan jadi tidak mungkin berdiri untuk 1 agama tertentu saja, walaupun itu agama mayoritas pun.
Dengan merapatnya hari ini, Prabowo dan Megawati pastinya akan bekerjasama menyelamatkan bangsa dan negara, sementara NASDEM berusaha untuk mengajak Anies Baswedan sebagai calon potensi agar bisa kembali normal dan menjadi Tokoh Nasionalis dan bukan Tokoh Agama, memang semuanya kembali kepada Anies sendiri, karena bagaimanapun tidak enak berjuang dalam Pilpres jika ditunggangi oleh kaum Radikalis.
Lalu kenapa NASDEM dan PDIP menggunakan Pendekatan makanan? Karena Makanan itu berhubungan dengan Jiwa dan bukti Cinta. Apakah ini ada hubungannya dengan Jokowi karena anak anaknya berbisnis di bidang Kuliner? Entahlah, tapi jauh di Istana Bogor, memang terlihat Presiden Jokowi sedang menjamu tamu agung Pangeran dari Abu Dhabi – Timur tengah Arab sana menikmati makanan Indonesia.