Tidak tahu bagaimana cara berpikir Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam membangun Kota Jakarta. Semakin hari semakin kacau saja. Setelah heboh dengan kebocoran rencana penutupan Alexis, kini Anies kembali hadir dengan sebuah rencana panjang peremajaan kampung. Rencana itu ternyata adalah mewarnai kampung.
Meremajakan kampung ternyata bukan soal membangun kampung lebih bagus, tetapi mewarnai kampung supaya terlihat indah. Konsep mewarnai ini menjadi sebuah konsep yang sepertinya sangat sesuai dengan kepribadian Anies. Dalam penjelasannya, Anies ingin menunjukkan bahwa yang dibutuhkan oleh warga Jakarta itu adalah suasana kota yang berubah bukan pembangunannya.
“Sebuah rencana panjang yang dimatangkan hari ini kita eksekusi sama-sama yaitu pewarnaan kampung di Jakarta. Gagasan awal kita ingin peremajaan kampung, dan itu dimulai dengan memperindah kampung, kita mulai dengan mewarnai Sunter.” kata Anies di akun Instagram resminya.
“Kita menyadari bahwa suasana akan membentuk perasaan warga Jakarta, suasana itu akan ditentukan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. ” lanjut Anies.
Apakah anda saat membaca kalimat di atas merasakan suasana yang membahagiakan?? Atau eneg dan mau muntah karena ternyata yang dikatakan Anies adalah rangkaian kata-kata indah tanpa makna?? Mewarnai kampung akan mengubah suasana kampung dan memberikan rasa bahagia. Kalau semudah itu, untuk apa ada namanya pembangunan??
Karena itu, saya di atas sudah menyampaikan bahwa memang inilah membangun kota yang sesuai dengan kepribadian Anies. Berkerja dengan kata-kata, membangun dengan kata-kata, dan membahagiakan dengan melukis kampung. Anies lupa, bahwa kebahagiaan karena kampung diwarnai tidak akan mengubah suasana perut dan anak-anak yang tidak bisa dapat jatah daging murah.
Anies harusnya sadar bahwa menjadi seorang Kepala Daerah bukanlah menjadi seorang pendongeng dan pengarang cerita fiksi serta bukan juga mempercayai cerita fiksi menjadi sebuah prediksi. Kepala daerah harusnya menjadi seseorang yang bisa membahagiakan Warganya dengan penghidupan yang layak serta pelayanan yang ekselen dan bukan dengan mewarnai kampung.
Inilah bukti lain lagi dari seorang Anies yang memang tidak bisa berkerja hanya mampu berkata-kata. Kalau sudah begini apalagi artinya berharap akan ada perubahan hidup yang lebih baik, karena yang ada malah perubahan warna saja.
Inilah yang dulu dimaksudkan Bung Hatta. Perubahan gincu dan perubahan garam. Anies sukses melakukan perubahan gincu tetapi hambar.
Salam Warnai.