Kalau mau jujur kita amati dengan lebih mendalam, sebenarnya tidak terlalu banyak konsep dan gagasan baru yang dilakukan oleh pasangan Anies-Sandi dalam memimpin Jakarta. Kalau pun ada, itu pun cuman ganti-ganti namanya saja. Coba saja lihat yang paling mutakhir dan terus diperbincangkan mengenai rumah DP 0. Ujung-ujungnya juga rumah vertikal yang juga sudah dikonsepkan Ahok.
Yang paling terbaru dan sangat menggelikan adalah istilah rumah lapis dan urban renewal yang diwacanakan oleh Anies-Sandi. Dalam pemaparannya secara teknis memang beda antara rumah susun dan rumah lapis, tetapi kalau dicermati, ternyata bedanya cuman masalah ketinggiannya saja.
Dalam konsep yang dibangun melalui rumah lapis ini malah lebih ruwet dan menyusahkan. Karena dalam konsepnya Gubernur Anies, warga yang akan dibangun rumahnya dengan konsep rumah lapis akan diberi bagian rumah sesuai dengan rumah mereka sebelumnya. Nah loh, kalau begitu bagaimana nanti melapisnya?? Bakalan ada yang rumahnya ukuran kecil dan ada juga yang ukurannya besar.
Kalau dalam teknologi, tentu saja hal ini bisa diatur, tetapi bakalan aneh saja kalau bangun rumah lapis ada ukuran rumah-rumah yang berbeda. logikanya sih sudah ada aturan baku dalam membangun seperti rumah susun dan apartemen. Tidak seperti konsep Gubernur Anies dimana ukuran rumah disesuaikan dengan ukuran mereka sebelumnya. Bagaimana kalau sudah ada yang renov, dll?? Ahsudahlah memang bakalan jadi ruwet semuanya.
Anehnya, pasangan Anies-Sandi ini seperti sedang ingin mengulangi kesalahan dan kekeliruan yang pernah dilakukan Jokowi-Ahok. Jokowi-Ahok yang sudah pernah mengusung konsep yang sebenarnya sama, yaitu kampung deret telah mengakui kegagalan mereka. Mereka gagal bukan karena tidak mau melakukannya atau tidak ada dana, melainkan ketersediaan lahan.
Anies-Sandi memang bisa saja berkilah dengan teori baru land consolidation, tetapi sejauh mana mereka bisa dan mampu meyakinkan warga untuk melakukan konsolidasi lahan (land consolidation) yang sebenarnya juga sudah diusahakan oleh Ahok. Parahnya, Anies-Sandi malah melemparkan tanggung jawab ini kepada para Walikota yang di era Ahok pun gagal.
Lalu apa yang akan terjadi kalau hal ini terus dibiarkan?? Yang ada malah jadi semakin kacau dan semakin kumuh. Bayangkan saja kalau akhirnya mereka-mereka ini tidak dipindahkan dan tetap menempati daerah bantaran sungai. Banjir akan melanda mereka dan mereka akan dengan mudah terjangkit penyakit. Itukah konsep “Maju Kotanya, Bahagia Warganya”??
Atau mungkin mereka memang sengaja juga sudah menyiapkan psikolog di setiap puskesmas untuk mengantisipasi semakin banyaknya warga DKI yang gila karena mereka dikecewakan?? Ingat bahwa ekspektasi yang tinggi akan menimbulkan kekecewaan yang sangat dan mengakibatkan stres dan depresi. Sama seperti orang yang sudah sangat berharap dapat rumah DP 0 tahu-tahunya hanya dapat kue lapis, eh rumah lapis.
Yang sudah merasakan perihnya dikecewakan Anies-Sandi adalah buruh yang tertipu dan juga Eggy Sudjana. Mereka dicuekin oleh Anies-Sandi yang malah terlihat lebih mesra dengan “Bang Japar”. Jadi, siap-siaplah akan dikecewakan dengan konsep rumah lapis dan urban renewal yang gagal, seperti Jokowi-Ahok.
Oh ya, tahukan apa penyebab gagalnya?? Ini nih kata Ahok..
“Kenapa kita berhenti? Karena enggak ketemu tanah lagi. Kalau kamu dudukin tanah negara yang lahan hijau, enggak bisa dong bikin kampung deret,” ujar Ahok
“Kalau kamu berdiri di atas sertifikat negara, nah itu yang jadi masalah. Makanya kami udah dianggap pelanggaran kemarin,” kata Ahok.
Jadi, sebenarnya yang jadi masalah adalah para warga yang mau direlokasi itu sebenarnya berada di lahan negara dan itu adalah lahan peruntukan hijau. Kalau mau geser mereka, maka akan menggeser banyak warga lainnya. Dan itu berarti memang satu-satunya cara adalah dengan membuat rumah susun seperti yang dikembangkan Ahok. Kalau memaksa rumah lapis, maka akan sangat bergantung dengan kerelaan warga.
Nah, masalah kerelaan warga itu tidak jelas ukuran waktunya. Bisa cepat dan bisa lama. Bahkan bisa juga sampai Anies-Sandi lengser bisa juga tidak terealisasikan. Ahok saja baru mau mendekati lengser bru ada sinyal beberapa orang yang mau merelakan tanahnya. Mampukah Anies-Sandi melakukannya lebih cepat??
Saya sih meragukannya. Karena pada akhirnya yang akan dibuat Gubernur Anies adalah shelter-shelter yang semakin banyak tanpa kejelasan status perumahan dan pemukiman yang jelas. Seperti yang di kampung akuarium yang akan dibangun shelter tetapi tidak jelas kapan akan dibangun pemukimannya. Mengapa?? Karena jelas daerah tersebut harusnya peruntukan lahan hijau.
Jadi, masih yakin rumah lapis, urban renewal, dan konsolidasi berhasil?? Saya yakin akan berhasil. Tetapi berhasilnya membuat Jakarta semakin kumuh dan banjir karena daerah hijau bantaran sungai dan normalisasi tidak akan bisa dilakukan dengan maksimal. Haaa.. Jadi merindukan Ahok lagi yang bisa tegas dan tidak mementingkan pencitraan.
Salam Rumah Lapis.