Kalau orang yang otaknya cuman ingin dapat uang, maka segala cara akan dipakainya untuk bisa mendapatkan uang tersebut. Mulai dengan cara yang bagus sampai cara yang paling konyol. Menyedihkannya, cara-cara konyol tersebut dilakukan oleh pasangan kepala daerah di Ibukota Indonesia, Jakartta.
Jika sebelumnya sebagai warga negara kita bangga punya Gubernur dan Wakil Gubernur Ibukota Jakarta yang mumpuni dan diakui dalam tingkat internasional, maka kini kita melihat fakta yang berbanding terbalik. Kita harus malu melihat kelakuan Gubernur dan Wakil Gubernur baru. Bukannya terkenal dengan banyak karya dan kreasinya, malah terkenal karena banyak kebijakan yang aneh, sebut saja seperti Tanah Abang dan becak.
Kebijakan teraneh dari semua yang aneh ya adalah kebijakan becak. Anies dengan kukuh tetap ingin mempertahankan supya becak diatur. Padahal, kalau mau mengatur becak, ya tidak perlu dibuat peraturan. Kalau semua hal kecil mau dibuat peraturan setingkat Gubernur, maka orang mau kentut pun bakal dibuat peraturannya.
Lalu mengapa hal seperti ini harus diatur dan dibut aturannya?? Tentu saja tidak lain dan bukan ujung-ujungnya selalu saja duit. Kalau mau jujur, jika memang ingin mensejahterakan dan melindungi abang tukang becak, membuat peraturan bukanlah solusinya, apalagi peraturan yang dibuat tidak juga mengubah nasib mereka sebagai abang tukang becak.
Mensejahterakan tukang becak dengan tetap menjadi tukang becak itu bukanlah sebuah kebijakan yang manusiawi. Tetapi kalau mensejahterakan tukan becak dengan memberikan mereka upah yang lebih layak maka pemerintah benar-benar mensejahterakan. Kalau hanya diatur supaya tidak liar dan mereka masih bernasib dengan penghasilan yang sama, tidak ada gunanya kebijakan pemerintah tersebut.
Lalu sebenarnya untuk apa kebijakan dibuat kalau abang tukang becak tetap saja tidak sejahtera dan menjadi seorang tukang becak?? Akhirnya apa yang sudah saya tuliskan sebelumnya terbukti. Ada udang dibalik bakwan. Kebijakan ini ujung-ujungnya adalah duit APBD.
Lihat saja bagaimana seorang pebisnis model Sandiaga yang dengan cekatan melihat kebijakan ini sebagai peluang mendapatkan APBD. Belum tentu memang masuk dalam kantongnya, tetapi keluarnya uang APBD ini dan diperkerjakannya para pendukung, Sandiaga tidak perlu keluar uang lagi untuk balas jasa. Hebat bukan??
Jadi, kebijakan ini sekali lagi saya tekankan bukan soal politik apapun dan bukan juga soal kepedulian kepada abang tukang becak. Tetapi ujung-ujungnya adalah duit keluar. Semakin banyak yang diatur, semakin banyak uang dikeluarkan untuk mengatur. Bahkan training mengayuh becak pun juga akan diadakan. Koplak super.
Saya sudah jauh memprediksi Jakarta memang akan kembali ke masa old. Dimana kita melihat semuanya sekarang urusannya duit. Ada duit urusan akan cepat, tidak ada akan lama. Para pemimpinnya pun begitu, otaknya kini sudah dipenuhi strategi meraup uang APBD yang sebelumnya sulit dilakukan.
Jadi, jangan heran kalau nanti akan ada lagi program aneh-aneh keluar. Dan saya harap bukan kebijakan mengatur kentut. Nanti akan dibuat sebuah ruang khusus kentut bisa keluar lagi APBD. Hehehe..
Salam Kentut.