Kebodohan itu menular apalagi kalau sudah dipenuhi dengan ketidaksukaan kepada seseorang. Penularan kebodohan itu terjadi karena sesama mereka berkumpul dan mendiskusikan kebodohan tersebut.
Akhirnya, kebodohan itu menjadi fakta dan membuat mereka hanya jadi tertawaan.
Kalau yang melakukan hanya kader mungkin bisa dimaklumi, tetapi kalau yang melakukan elit bahkan seorang Ketua Umum seperti Amien Rais dan Prabowo Subianto kok rasanya jadi rendah sekali kualitas para lawan politik Jokowi. Tetapi itulah faktanya saat ini.
Bayangkan saja, saat semua warga senang dan bahagia menerima sertifikat gratis, malah dikatakan sebagai pengibulan. Dan akhirnya menimbulkan respon beragam mulai dari penerima dan juga para pegawai yang menyukseskan program tersebut. Respon warga ini membuat pelaku utama sindiran pengibulan minta maaf.
Tetapi ternyata bukannya minta maaf, malah pembelaan mengenai tudingan Amien Rais terus dilakukan. Sampai akhirnya, Hanafi Rais, sang anak dipermalukan oleh pihak Bank Dunia yang membantah data yang disampaikan oleh Hanafi. Semua berusaha menutupi kesalahan Amien, malah menghasilkan bodoh berjemaah.
Eh bukannya berhenti isu ini, Prabowo malah Ikut-ikutan menyinggung soal penguasaan tanah. Prabowo malah juga ikut mengklaim data dari Bank Dunia.
“Bank Dunia mengiyakan, 1 persen rakyat Indonesia menguasai hampir 40 persen kekayaan Indonesia, ini adil atau tidak?” kata Prabowo dalam pidatonya di Hotel Bumi Wiyata, Jalan Margonda, Depok, Minggu (1/4/2018).
“Di pasal 33 (UUD 1945) Ayat 3, ‘bumi, air dan kekayaan alam, diatur oleh negara’. Tidak benar tanah 80 persen dikuasai (rakyat), (tapi) 1 persen,” ujar Prabowo.
Aneh bukan sudah data masalah ini sudah dibantah oleh Bank Dunia, masih saja didompleng soal data penguasaan tanah. Dan yang mengklaim penguasaan tanah hanya dikuasai 1 persen malah orang-orang yang menguasai tanah berhektar-hektar. Lihat saja bagaimana Amien Rais dan Prabowo Subianto punya banyak tanah.
Kalau Amien dan Prabowo memang serius ingin mengurangi penguasaan tanah hanya didominasi oleh beberapa orang saja, harusnya dimulai dari mereka. Dan kalau memang mau, Prabowo juga aja keluarga mantan isterinya juga bagi-bagi tanah merek yang tidak terhitung itu.
Kalau tidak, maka apa yang mereka sampaikan hanyalah sebuah retorika politik tanpa sebuah niat yang mulia. Menyerang pemerintah soal penguasaan lahan, padahal pelakunya adalah mereka juga. Seperti maling teriak maling saja. Hehehe.
Kebodohan memang menular dalam pergaulan politik. Satu oposisi bodoh, maka yang lain akan ikut jadi bodoh.
Salam Bodoh.