
Yusril Ihza Mahendra dan Jokowi
Elektabilitas Presiden Jokowi yang tinggi memang membuat partai politik berlomba-lomba mengaitkan nama Jokowi dengan setiap pernyataan mereka. Jika sebelumnya Gerindra terus goreng isu Prabowo menjadi cawapres Jokowi, lalu lanjut dengan PSI yang buat heboh saat ketemu Jokowi di Istana Merdeka dan goreng soal tips Pilpres, kini Partai Bulan Bintang (PBB) melakukan hal yang sama.
Siapa yang tidak tahu arah dan kiblat politik PBB. Mereka yang didukung oleh alumni 212 dan juga mendukung aksi 212 merupakan partai yang sejalan dengan keinginan 212. Bahkan mereka sudah diramaikan di media sosial sebagai bagian koalisi 212 bersama Gerindra, PKS dan PAN. Meski begitu, PBB yang sadar suara 212 hanya sedikit akhirnya memilih mengkampanyekan diri sebagai partai moderat.
Tidak cukup menyatakan kemoderatan PBB, setelah berhasil lolos menjadi peserta pemilu 2019 PBB pun mewacanakan kemungkinan Yusril maju jadi cawapres Jokowi. Walaupun tidak tertutup kemungkinan juga menjadi cawapres yang lain.
“Mungkin bisa saja kita sodorkan beliau sebagai wakil, bisa saja jadi wakilnya Pak Jokowi, bisa saja, tidak tertutup kemungkinan,” sebut Sekjen PBB Afriansyah.
“Bisa saja dengan Pak Jokowi, bisa juga dengan calon lain,” imbuh Afriansyah.
Tentu saja wacana yang masih kemungkinan ini akan sangat jauh dari kenyataannya. Tetapi mengaitkan nama Jokowi tentu saja menjadi hal penting saat ini. Itulah mengapa partai baru seperti PSI benar-benar memanfaatkan momen bertemu Jokowi untuk menaikkan branding partai mereka. Lalu apakah hal ini berhasil pada PBB??
Sayangnya tidak akan berhasil. Yusril adalah tokoh yang dikenal sangat bertentangan dengan Jokowi. Kalau PBB mengambil kesempatan dengan isu tokoh religius, yang dijadikan syarat oleh Wapres JK sebagai cawapres Jokowi, maka nama Yusril tidak begitu menjual. Dibandingkan dengan Cak Imin yang lucu saja Yusril masih kalah.
PBB memang harus menggunakan berbagai cara supaya mereka bisa menjadi salah satu partai yang bisa masuk ke senayan. Sudah 2 periode PBB tidak ada fraksi di DPR karena tidak lewati ambang batas parlemen. Karena itu, target 5% yang dicanangkan adalah target yang realistis dibuat walau berat untuk diraih.
PBB sulit meraih suara sebenarnya karena partai ini kalah pamor dengan PKB, PPP, PAN, dan PKS yang punya market pemilih sangat mirip. Suara nasionalis yang jadi rebutan lebih banyak daripada suara yang suka partai agamais. Apalagi partai nasionalis pun banyak menarik suara.
Jadi, wajarlah akhirnya PBB mengeluarkan wacana tersebut. Berharap akan banyak yang melihat bahwa PBB tidak bertentangan dengan Jokowi. Kalau bisa dukung Jokowi dengan harapan dapat banyak dukungan seperti PSI.
Yah, namanya usaha kita tetap hargai. Semua kembali bagaimana rakyat memilih. Tetapi satu hal yang pasti, ini menjadi bukti bahwa nama Jokowi memang jadi magnet partai manapun untuk mendapatkan popularitas demi meraih kursi di DPR.
Semoga saja kaum 212 tidak malah jadi eneg dengan PBB yang dukung Jokowi. Hehee..
Salam Dua Periode.
Discussion about this post