Tidak salah sejak awal kehadirannya, saya memberikan gelar si konyol kepada Sandiaga Uno. Karena meski sudah menjadi Wakil Gubernur, Sandiaga tidak pernah berhenti melakukan kekonyolan demo kekonyolan. Mulai dari menjadikan kakaknya Indra Uno sebagai Ketua OK OCE, sampai tidak pakai pantofel dan membuat sayembara bagi siapa yang bisa membuat pantofel yang cocok bagi dirinya.
Kekonyolan memang melekat dalam karakter Sandiaga yang memang dalam perjalanan karirnya di bisnis juga banyak kejanggalan dan kekonyolan. Sandiaga adalah orang yang namanya ada dalam Panama Papers dan juga memiliki harta yang diikutkan dalam program Tax Amnesty sebesar Rp. 3 triliun.
Nah, dalam menjalani status baru sebagai seorang pemimpin daerah, Sandiaga memang terlihat menjadi orang yang paling tidak siap diantara Anies-Sandi yang memang tidak siap serta tidak punya kapabilitas dan kemampuan sebagai seorang kepala daerah. Hal ini sangat jelas saat menyampaikan solusi dan perkembangan setiap permasalahan di Jakarta.
Wajar sih kalau akhirnya Sandiaga terlihat paling tidak siap dan banyak tidak tahu tentang persoalan birokrasi. Kayaknya Sandiaga tahunya cuman kasih uang untuk urus apa-apa dan semuanya menjadi siap. Kalau namanya ada di Panama Papers dan ikut Tax Amnesty rasanya tidak salah kalau kita menilai dia seperti itu.
Yang terbaru dalam hal persoalan PKL di tanah abang. Sandiaga masih saja terus menyampaikan masih dikaji. Bahkan dengan sangat bijak, Sandiaga seperti sedang diajarin ilmu baru menjawab pertanyaan para wartawan. Dan karena lagi ikut acara Jakarta Marathon, Sandiaga pun menjawab pertanyaan dengan Bahasa Inggris.
Menurut Sandiaga mengusur PKL ini harus dilakukan terobosan supaya mereka tidak kembali lagi. Karena berdasarkan laporan yang diterimanya 100 persen PKL yang disidang kembali lagi berjualan. Tetapi saat ditanya lebih lanjut, Sandiaga kembali mengelak dan meminta waktu. “Give us time,”
Waktu untuk apa?? Mau memikirkan strategi dan terobosan untuk para PKL?? Bukannya ide dan terobosan Sandiaga hanyalah OK OCE?? Bukankah semua masalah bisa diselesaikan dengan OK OCE?? Maaf, kalau memang ada strategi lain memperbaiki Jakarta ini selain OK OCE, maka Sandiaga pastinya tidak akan menjawab masih dikaji dan berpikir.
Waktu 5 bulan dari dari keputusan KPU sampai pelantikan serta blusukan ke 1000 titik di Jakarta sampai mendapatkan Rekor Muri, tentu normalnya punya solusi dan terobosan mengenai permasalahan ini. KEcuali orangnya konyol atau dia hanya berlari dari satu titik ke titik lain tanpa tahu apa masalah dan solusi di titik itu??
Lah, kalau seperti itu, wajar saja pada akhirnya Sandiaga minta waktu lagi. Waktu untuk berlari dari kenyataan kali yah?! Atau minta waktu lebih lama kemana-mana berjalan berduaan dengan Anies?? Jadi, apapun alasan Sandiaga untuk meminta waktu tidak bisa diterima selain mereka ini memang jadi pemimpin tidak punya konsep apapun.
Mungkin dalam konsep “Maju Kotanya, Bahagia Warganya” didapatkan dari kekonyolan demi kekonyolan yang mereka lakukan. Seperti kita sedang menonton minions, rabbids tv series, atau dumb and dumber. Mereka datang menjdi pemimpin di Jakarta dan melihat segala sesuatu dalah hal yang baru mereka ketahui.
Ibarat kapal dan pesawat sudah canggih, tetapi yang mengendalikan adalah orang yang masih belajar bagaimana cara menjalankan kapal dan pesawat tersebut. Padahal para penumpang sudah ada di dalam kapal dan pesawat serta mengharapkan untuk segera berangkat. Tetapi dengan entengnya pemegang kendali minta bersama dan berikan waktu.
Ya, beginilah sekarang kondisi Jakarta. Bak kapal dan pesawat canggih tetapi yang datang adalah pengemudi besar mulut dan pengemudi yang lulus dengan bayaran tapi tidak pernah ikut pelatihan. Jangankan mau maju, kapal dan pesawat bisa merek hidupkan saja kita harus diminta menunggu. Soalnya mereka pikir main engkol padahal sudah pakai starter tinggal tekan.
Itulah mengapa Gubernur Anies seperti terpukau melihat Jakarta Smart karya Ahok dan berfoto dengan penuh gaya di dalam Jakarta Smart City. Seperti orang hidup di bumi datar dan baru sadar bahwa bumi itu ternyata bulat. Terpukau tetapi hanya terpukau saja tanpa tahu bagaimana hidup di dalam kewarasan bumi bulat. Pada akhirnya yang bisa dilakukan adalah minta waktu.
Dan karena kualitas inilah maka akhirnya Presiden Jokowi sadar bahwa mereka benar-benar tidak bia diandalkan. Sudah dipecat dari menteri, bukannya belajar, malah jadi tambah bodoh karena punya wakil yang juga tidak paham mau ngapain. Akhirnya cuman ditegaskan untuk bersih-bersih trotoar Jakarta supaya tidak malu dengan negara peserta Asian Games.
Sedih memang Jakarta. Mau segera maju, terpaksa menunggu pemimpinnya belajar dan memikirkan terobosan apa yang harus dilakukan. Semoga saja tidak selama kita menungu minions dan rabbids paham mengapa mereka menjadi tokoh kartun.
Salam Beri Waktu Ma Ho.