Ada sesuatu yang berbahaya ketika pendapat miring terus menerus disuarakan terkait seseorang. Bisa-bisa pendapat itulah yang malah dianggap kebenaran. Karena itu, penting kita melakukan klarifikasi dan pelurusan makna supaya semua tidak memahami sesuatu dengan salah, apalagi ini terkait dengan konstentasi politik ke depan.
Beberapa orang memang sudah menyampaikan pendapatnya terkait kunjungan Presiden Jokowi ke daerah Sumatera Barat yang disambut dengan cara yang luar biasa. Bahkan ada yang terpukau karena Jokowi tidur di Hotel Melati di tengah-tengah tidak adanya hotel berbintang disitu. Padahal secara protokoler memang itulah yang layak pada saat itu.
Saya sering mengatakan bahwa apa yang dilakukan Jokowi ini sebenarnya tidaklah hebat, sangat normal dan manusiawi. Tetapi karena memang orang sudah dipenuhi dengan sebuah gambaran seorang Presiden adalah orang yang begini dan begitu, maka apa yang dilakukan Jokowi jadi terlihat luar biasa. Padahal jauh sebelumnya, Gus Dur sudah melakukan aksi-aksi merakyat yang tidak kalah dengan Jokowi saat masih jadi Presiden.
Nah, sayangnya dalam kunjungannya ke Sumatera Barat ada sebuah lembaga survei yang seperti ingin mengarahkan atau menggiring opini bahwa kunjungan Jokowi ini adalah demi kepentingan suara Pilpres 2019. Pendapat ini jelas-jelas sangatlah salah. Jokowi kalau kunjungan ke Sumatera Barat hanya demi elektoral Pilpres 2019 tidak akan berkunjung seperti yang dilakukan sekarang.
“Jokowi punya kelebihan dan keyakinan bisa menaklukkan orang yang berbeda pendapat dengan dialog langsung dan kunjungan. Makanya dia terlihat sangat agresif berkunjung ke provinsi yang merupakan basis lawannya,” kata Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun, Jumat (9/2/2018).
Direktur Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) Hendri Satrio memiliki pendapat senada dan bahkan lebih tajam dan menusurt saya adalah tuduhan yang tidak berdasar.
“Sebetulnya tidak hanya dua daerah ini (Sumbar dan Jabar) yang sering dikunjungi Jokowi, tapi dua daerah ini pasti ditempatkan berbeda,” kata Hendri
“Sebab, bila dianggap ada maunya, ini malah dapat berimbas negatif bagi citra Jokowi,” kata dia.
Dan imbas negatif inilah sepertinya yang sepertinya dengan sengaja dimunculkan terkait kunjungan Jokowi ke Sumatera Barat. Padahal kalau memang tujuannya adalah demi memenangkan Sumatera Barat, apa yang dilakukan Jokowi ini tidaklah tepat. Bayangkan saja, Jokowi melakukan kunjungan ke Sumatera Barat dalam waktu 3 hari saja.
Jika dilihat dari banyaknya kegiatan yang dilakukan, malah seharusnya Jokowi bisa membuatnya menjadi dua atau tiga kunjungan. Tetapi Jokowi tidak melakukan hal tersebut. Jokowi sengaja mengerjakan semuanya dalam satu kunjungan demi menghemat waktu, tenaga, dan tentu saja biaya.
Terlalu naif rasanya kalau Jokowi hanya memikirkan elektoral saja dalam kunjungannya. Tetapi menurut saya ada sebuah pesan yang perlu kita pahami bersama dari tindakan Jokowi mengunjungi daerah-daerah dimana dia kalah telak saat Pilpres 2014. Pesannya adalah jelas, bahwa Jokowi bukanlah Presiden yang menganut paham keberpihakan. Berpihak kepada yang memilih dan yang mendukungnya.
Jokowi adalah Presiden bagi semua rakyat Indonesai tanpa terkecuali. Presiden bagi yang memilih dan mendukungnya, dan juga adalah Presiden bagi mereka yang tidak memilih dan mendukungnya. Semua akan diusahakan kesejahteraannya. Karena jujur saja, keberpihakan tidak pernah menghasilkan sebuah nilai yang memperkuat persatu dan kesatuan bangsa.
Karena itu, hentikanlah pernyataan bahwa kunjungan Jokowi hanyalah untuk kepentingan Pilpres 2019. Jujur saja, kalau Jokowi ditanya, dia tetaplah orang nothing to lose. Kejar target terus dengan satu semangat bahwa ini adalah periode terakhirnya. Itulah yang membuat Jokowi punya semangat kerja yang sangat luar biasa.
Salam Tulus.