Adakah dari ±250 juta penduduk Indonesia yang mampu menyaingi prestasi seorang Jusuf Kalla a.k.a JK? Sangat sulit tampaknya. Kalaupun ada, sudah pasti teramat sangat sedikit. Bahkan tidak akan lebih dari 5 jari yang ada di 1 tangan, entah kanan atau kiri. Sedemikian hebatnyakah raihan prestasi seorang JK? 100% ya!
Bayangkan! Tengok kedirian JK sejak tahun 2014 yang lalu sampai tahun 2019 yang akan datang. Tidak tanggung-tanggung. Meski bukan menjadi orang nomer 1 di seantero bumi persada Indonesia. Paling tidak JK mampu menyabet jabatan orang nomer 2 alias Wakil Presiden Republik Indonesia. Jabatan yang tidak main-main dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Hebatnya lagi, JK pun dikenal sebagai pengusaha sukses. Bukan papan tengah, apalagi papan bawah. Melainkan pengusaha sukses papan atas. Semua ini berkat tangan dingin dan kepiawaian JK dalam mengelola perusahaan (KALLA Group) warisan orang tuanya. Selain itu, seiring dengan perjalanan waktu, sejak beberapa waktu yang lalu sampai saat ini, JK termasuk tokoh yang sangat disegani di partai politik di mana dirinya bernaung, yaitu GolKar. Hanya segelintir orang saja yang dapat mengimbangi wibawa JK di GolKar. Salah satu di antaranya (mungkin) Luhut Binsar Panjaitan a.k.a LBP. Maklum, LBP tidak hanya sebagai salah satu menteri di kabinet Jokowi, tetapi juga seorang Jenderal, walau sudah purnawirawan.
Hebat bukan seorang JK? Upsss, tunggu dulu. Masih ada lagi kehebatan dari seorang JK. Tengok kehidupan rumahtangganya. Nyaris sempurna! Loh kok hanya nyaris sempurna? Ya, iyalah, karena yang empunya kesempurnaan hanya 1, yaitu TUHAN. Back to the topic! Di mana letak nyaris sempurnanya kehidupan rumahtangga JK? Selain punya dukungan finansial yang tidak akan habis dimakan oleh anak-cucu. Rumahtangga JK juga dikenal sangat harmonis. Relatif bebas gosip dan bahkan dikenal sangat sangat RELIGIUS. Sungguh, sebuah kehidupan rumahtangga yang menjadi idaman banyak orang yang sudah maupun yang akan berumahtangga. Tidak seperti yang pernah “NyaPres” 2 kali, tapi dua-duanya gagal terus. Beda jauhlah yauwww.
Wajar kalau kedirian dan kehidupan rumahtangga JK yang sangat religius ini, ditambah dengan seabrek prestasi lainnya seperti yang sudah diuraikan di atas, membuat dirinya terpilih menjadi Ketua Dewan Masjid Indonesia. Jabatan yang tampaknya sepele. Padahal sesungguhnya sangat prestigius dan punya nilai politis++. Terlebih, seperti yang sudah diketahui, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan sekaligus menjadi populasi Islam terbesar di dunia.
Itulah seorang anak bangsa Indonesia bernama Jusuf Kalla a.k.a JK. Nah, dari seabrek prestasi yang JK raih, muncul pertanyaan: “Sudah selesaikah JK dengan dirinya?”
JK & Pilkada DKI Jakarta 2017
Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kembali membuka catatan-catatan masa Pilkada DKI Jakarta 2017 kemarin yang sudah menyejarah sehingga tidak lekang dimakan sang waktu.
- Ketika GolKar di mana JK bernaung mendukung Ahok-Djarot sebagai CaGub dan CaWaGub DKI Jakarta untuk periode 2017-2022. JK justru melakukan hal yang berlawanan. Tanpa sungkan JK mendukung Anies-Sandi. Patut menduga alasannya sederhana saja: Se-Iman! Jadi, patut menduga lagi, rupa-rupanya JK sesungguhnya tidak suka dengan azaz negara tercinta Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Ini manuver pertama JK yang sangat substansial terkait dengan Pilkada DKI Jakarta;
- JK ternyata hanya berhenti dengan memberi dukungan terhadap Anies-Sandi. Manuer JK terus berlanjut. Patut menduga, baik secara langsung atau tidak langsung, JK merestui strategi pemenangan Anies-Sandi lewat aksi “Gerilya Masjid.” Padahal sebagai orang nomer 2 di Indonesia, JK pasti paham bahwa azaz bernegara dan berbangsa Indonesia adalah Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Bukan berbasis agama. Dengan demikian, selaku Ketua Dewan Masjid, sesungguhnya JK dengan mudah dapat “melarang” aksi “Gerilya Masjid.” Apa lacur? Di tengah-tengah gencarnya aksi “Gerilya Masjid,” JK justru hanya berdiam diri. Seakan, walau tidak secara terang-terangan, memberi restu alias lampu hijau. Tentu saja hal ini cukup bagi TimSes Anies-Sandi di bawah arahan sang desainer Eep Saefullah untuk melakukan aksi “Gerilya Masjid” secara terang-terangan dan brutal. Tidak aneh kalau akhirnya Anies-Sandi menang.
Pasca kemenangan Anies-Sandi, kembali muncul pertanyaan yang tampaknya tetap relevan, yaitu: “Sudah selesaikah JK dengan dirinya? Atau jangan-jangan, meski usianya kini tidak terbilang muda lagi, ditambah hampir semua yang menjadi idaman banyak orang sudah ia raih, ternyata masih ada yang JK cari sehingga sesungguhnya ia belum selesai juga dengan dirinya?”
Kasus Setya Novanto
Kasus Setya Novanto a.k.a SetNov terkait korupsi E-KTP tampaknya bisa menjawab pertanyaan di atas. Seperti diketahui, penetapan SetNov sebagai tersangka kasus korupsi E-KTP untuk kedua kalinya oleh KPK segera viral. Wajar, karena selain ada drama penggerebekkan ke rumah SetNov dengan hasil nihil. Tanpa waktu lama, muncul drama lanjutan lebih seru, yaitu pengorbanan “Fortuner dan Tiang Listrik” ala SetNov. Siapapun yang menginginkan SetNov bergaya dengan “rompi oranye,” harus berterimakasih ke “Fortuner dan Tiang Listrik.” Sebab “Fortuner” dan “Tiang Listrik” yang ternyata mampu memaksa SetNov memakai baju, eh maaf, maksudnya “rompi oranye.”
Di mana letak korelasi antara JK belum selesai dengan dirinya dengan kasus SetNov? Sederhananya, ketika kasus SetNov mulai bergulir lewat drama “Fortuner dan Tiang Listrik,” JK segera bersikap. Dengan gaya bijak, JK menyarankan agar partai GolKar segera menggelar MuNasLub. Tujuannya untuk mengganti SetNov selaku Ketua Umum GolKar. Berbagai spekulasi pun segera muncul ke permukaan. Ada yang berpendapat apa yang JK lakukan wajar. Maklum, sebagai salah satu sesepuh Golkar tapi masih sangat aktif dalam dunia perpolitikan Indonsia, JK tentu punya beban moril. Jadi memang sudah keharusan JK untuk menyarankan hal tersebut seperti di atas. Hanya saja, tidak sedikit yang menduga di balik saran tersebut, JK sesungguhnya sedang “bermanuver” lagi. Maksudnya mencoba mencari celah untuk menguasai GolKar lewat calon ketua (titipan) baru Golkar untuk menggantikan SetNov. Tujuannya apalagi kalau bukan menyambut PilPres 2019 yang akan datang.
Ternyata JK Belum Selesai Dengan Dirinya
Di balik semua kemapanan dan prestasi luar biasa yang sudah JK raih, ternyata (patut menduga) JK belum selesai dengan dirinya. Masih ada 1 target besar lagi di PilPres 2019 yang akan datang. Entah hanya sekedar mengantar “anak emas” nya Anies menjadi CaPres 2019. Atau, JK bahkan akan maju sendiri untuk menjadi CaPres 2019, sedang Anies menjadi pedamping alias CaWaPres 2019. Atau entahlah siapa, yang pasti hasil desain di mana JK (patut menduga) turut ikut ambil bagian di dalamnya. Untuk membuktikan hal ini, hanya waktu yang dapat menjawab.
Oleh karena itu menjadi kewajiban setiap individu yang menginginkan Jokowi menjabat selama 2 periode untuk terus mencermati berbagai manuver JK dan para sekutunya. Sebab JK walau sudah berkelimpahan dalam segala hal, termasuk prestasi, tetap saja belum selesai dengan dirinya. Tentu saja himbauan ini juga berlaku secara khusus untuk orang-orang yang berada di lingkaran 1 dan 2 Jokowi. Lengah sedikit, pasti akan kalah. Sama halnya saat Pilkada DKI Jakarta 2017 yang lalu. Sebab gaya yang mendukung Jokowi sangat berbanding terbalik dengan yang mendukung JK dan para sekutunya. Kalau pendukung Jokowi lebih mengedepankan kewarasan dan nurani sehingga menjauhkan diri dari berbagai aksi demo angka togel kerama agar tercipta “skisma,” menyebar ujaran kebencian dan HOAX, dan lain sejenisnya. Tidak demikian dengan pendukung JK dan para sekutu. Tanpa malu dan sungkan, mereka tampaknya akan kembali mengulang cara di Pilkada DKI Jakarta 2017 yaitu menghalalkan segala cara walau beda versi. Mungkin di PilPres 2019 yang akan datang, tidak bawa-bawa “jenazah” lagi, tapi justru malah lebih dahsyat lagi. Katakanlah (mungkin) misalnya menciptakan kerusuhan lewat aksi anarkis, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Pokoke, di PilPres 2019 wajib menang!
Jadi di waktu tersisa yang tidak lama lagi. Untuk semua pihak yang waras dan bernurani yang menginginkan agar Jokowi bisa kembali menjabat di periode ke-2, suka atu tidak, mau atau tidak, harus bekerja lebih keras lagi. Katakanlah misalnya, untuk yang mencintai terjun langsung ke lapangan. Silahkan, sambil tidak lupa tanpa henti membangun komunikasi face to face dengan masyarakat agar transfer kecerdasaran dapat terjadi. Atau yang mencintai tulis-menulis. Teruslah menulis tanpa henti dengan waras dan berdasarkan nurani guna mencerdaskan masyarakat. Dan lain sejenisnya, dan lain sejenisnya.
Animus hominis semper appetit agere aliquid (The mind of man is always longing to do something) -Cicero
Ever Onward No Retreat. GOD Bless NKRI tercinta & Jokowi