• Beranda
  • Tentang IndoVoices
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Advertising
  • Hubungi Kami
Saturday, 2 July 2022
  • Login
  • Register
Indovoices
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
        • Humor
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
    • Sex Education
No Result
View All Result
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
        • Humor
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
    • Sex Education
No Result
View All Result
Indovoices
No Result
View All Result
Home Politik

Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

SifudanbySifudan
October 23, 2017
inPolitik, Sumpah Pemuda
Reading Time: 5 mins read
1.6k 32
AA
6
Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”
3.6k
SHARES
16.1k
VIEWS

Baru-baru ini, dimulai dari pidato Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, istilah pribumi semakin gencar kita lihat dan dengarkan di berbagai media dan berbagai kesempatan. Menurut saya pribadi, kata “pribumi” dalam pidato Anies tidak berbau SARA, melainkan sesuai konteksnya. Meskipun bagi banyak Kalangan kata “pribumi” sangat berbau SARA dan tidak etis dalam dunia politik. Perbedaan pendapat itu sah sah saja.

Tetapi ketika kata “pribumi” dijadikan istilah untuk menunjuk pada golongan tertentu saja dari keseluruhan warga negara Indonesia, akan sangat berbahaya dan sangat sarat dengan persoalan SARA. Apalagi menyebut diri atau kelompok sendiri sebagai “Aku Pribumi” sementara yang lain non-pribumi.

Padahal kalau kita kembali merujuk pada Sumpah Pemuda yang akan kita rayakan pada 28 Oktober 2017 nanti, tidak ada kata “pribumi” atau ungkapan istilah “Aku Pribumi”. Di sana satu kata “pribumi” pun tidak disebut, makna tersirat pun tidak ada.

Anda masih ingat isi dari Sumpah Pemuda? Kalau tidak ingat, saya sertakan di bawah ini:

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/01/Teks_sumpah_pemuda_yang_benar.jpg
Teks Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda mengandung makna yang sangat penting direnungkan manusia Indonesia zaman now terutama para generasi muda, generasi milenial. Sebab kelihatannya manusia Indonesia sudah mulai kehilangan arah. Kehilangan arah ketika melihat saudara sebangsa berdasarkan rasa se-agama, se-etnis, se-budaya, dan se-warna kulit bukan lagi rasa se-bangsa, se-negara, se-tumpah darah Indonesia sebagaimana digaungkan para pemuda Indonesia, pejuang kemerdekaan.

Kami putra dan putri Indonesia

Para pemuda yang menggaungkan Sumpah Pemuda terdiri dari organisasi dan kelompok-kelompok. Ada orang Sumatera, Jawa, Betawi, Batak dan bahkan Tionghoa. Artinya, para pemuda yang menyatakan diri putra dan putri Indonesia adalah keseluruhan mereka yang menginginkan negara dan bangsa Indonesia merdeka. Mereka mengikrarkan janji persatuan dalam keberbedaan.

Mereka tidak sedang memikirkan “aku pribumi”. Justru ketika mereka mengaku diri sebagai “aku pribumi” adalah penghinaan paling menyakitkan. Sebab istilah ‘pribumi’ pada waktu itu hanya untuk menunjukkan orang-orang jajahan. Jadi kalau ada manusia zaman now, menyatakan diri sebagai ‘aku pribumi’, maka mereka itu yang menyatakan dirinya ‘yang terjajah’.

Putra dan putri adalah mereka yang dilahirkan oleh ibu. Maka putra dan putri Indonesia adalah mereka yang dilahirkan oleh Indonesia, dilahirkan oleh satu rahim, yaitu ibu pertiwi Indonesia. Entah etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Manado, dll., entah agamanya Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan Konghucu, entah asalnya dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, dll., adalah putra dan putri Indonesia. Putra dan putri Indonesia itu juga bermakna mereka yang dengan sadar, mau, bangga dan berkomitmen menjadi warga negara Indonesia.

Mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Menurut saya, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia itu memiliki makna yang sangat dalam. Mengaku bermakna tidak sekedar mengucapkan kata-kata, seperti pejabat sekarang yang bersumpah tetapi kemudian melanggar sumpahnya. Mengaku mengandaikan adanya keharusan, kewajiban dan tanggung jawab.

Maka mereka yang mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, harus siap, wajib, dan bertanggung jawab terhadap Indonesia. Tidak boleh tinggal diam jika Indonesia hendak dirusak, disakiti, dan dihancurkan, baik dari luar maupun dalam Indonesia. Indonesia yang dimaksud bukan hanya keislamannya, kekatolikannya, dll., bukan pula hanya kejawaannya, kebatakannya, dll. melainkan Indonesia secara keseluruhan.

Itulah makanya, ketika HTI mau mengubah Pancasila, harus dibubarkan. Ketika ISIS mengancam dengan teror-teror bom bunuh diri, harus ditumpas. Ketika PKI bangkit, harus dihanguskan. Ketika ada kelompok-kelompok tertentu yang mencoba memecah belah dengan mengotak-kotakkan putra dan putri Indonesia, harus diluruskan. Termasuk mereka yang mengaku diri ‘aku pribumi’ harus disadarkan, bahwa kita tidak lagi dijajah Belanda, kita sudah merdeka.

Mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Mungkin sekarang generasi milenial akan sangat mudah membantah pemahaman soal kebangsaan yang dipahami secara sempit, modal Google, yaitu kesamaan bahasa, agama dan budaya, serta sejarah. Sehingga mereka yang memahaminya seperti itu lalu mau mendirikan khilafah, membersihkan budaya dari keturunan asing, khususnya Tionghoa kecuali Arab, dan berbangga dengan istilah ‘aku pribumi’.

Anda, yang memahami makna bangsa hanya sekedar kesamaan, itu keliru. Pemikiran Anda sempit. Memang bangsa adalah kelompok manusia yang memiliki kesamaan, tetapi bukan kesamaan seperti yang kamu ingini. Ketika para pemuda bersumpah untuk berbangsa Indonesia yang satu, kenangan dan pemikiran mereka mengarah pada kesamaan batin dan sejarah, serta tujuan dan cita-cita yang sama. Mereka tidak hanya memikirkan bahwa aku Jawa, aku Islam, atau aku yang lain, melainkan aku dan kamu Indonesia.

Mereka tidak bodoh. Mereka bukan tidak menyadari perbedaan. Mereka pun bukan tak mengantisipasi masa depan. Melainkan mereka berpikiran jenius, maju dan antisipatif. Kegeniusan mereka terletak pada kesadaran akan asal dari berbagai agama dan kepercayaan, tanah kelahiran, budaya, dan bahasa. Mereka tidak mau terkungkung oleh pemikiran sempit. Mereka pun tak mau hanya memanfaatkan satu golongan untuk mencapai tujuan.

Mereka sadar bahwa zaman akan memaksa manusia untuk berbaur dan bergaul antar agama, etnis, dan lain sebagainya. Mereka sadar bahwa akan tiba waktunya suatu saat Indonesia ini akan menyadari perbedaan itu sebagai suatu yang menyakitkan sekaligus membahagiakan. Mereka sadar bahwa setelah merdeka, perjuangan bangsa tidak akan lebih mudah dan ringan, melainkan semakin berat, karena harus melawan bangsa sendiri. Maka mereka mengaku bersatu, sebagai antisipasi dan juga legitimasi bahwa mereka juga dulu bersatu.

Dan itulah yang terjadi sekarang. Musuh Indonesia bukan lagi penjajah dari luar, melainkan dari saudara sebangsa dan setanah air sendiri. Kenapa? Karena tidak ada rasa sebangsa dan setanah air, yaitu bangsa Indonesia. Kehilangan rasa sebangsa itu berarti kehilangan kebatinan sejarah yang membangun bangsa ini.

Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Tentang bahasa ini mau mengatakan kepada kita dua hal. Pertama, adanya perbedaan bahasa dari masing-masing daerah maupun etnis. Para pemuda sadar bahwa setiap daerah memiliki bahasanya sendiri yang sangat unik. Bahasa itu bukan menjadi penghalang persatuan, melainkan semakin memberi keunikan tersendiri terhadap bangsa Indonesia.

Kedua, mengakui keberadaan setiap bahasa yang berbeda itu. Para pemuda bukan hanya sadar akan perbedaan bahasa setiap daerah, melainkan juga mengakui keberadaannya. Pengakuan ini tampak pada pilihan kata persatuan, bukan menyatukan.

Ketiga, bahasa pemersatu adalah bahasa Indonesia. Saya sendiri berasal dari daerah Samosir, Sumatera Utara, yang menggunakan bahasa Batak Toba. Beda lagi dengan pembaca yang mungkin dari Aceh, Jawa, Kalimantan, Papua, dll. Anda tidak mungkin memahami tulisan ini bila saya menggunakan bahasa Batak Toba. Tetapi karena saya menggunakan Bahasa Indonesia, Anda pasti tahu arti dari setiap kata yang saya tuliskan. Yah meskipun belum tentu memahami isinya.

Padahal mungkin Anda bukan dari daerah saya, tetapi Anda memahami saya bukan. Di sinilah letak kegeniusan para pemuda bahwa harus ada bahasa yang menyatukan manusia-manusia Indonesia yang berbeda agar antara satu dengan yang lain dapat berkomunikasi dengan baik untuk mewujudkan cita-cita bersama. Kita dipersatukan oleh bahasa Indonesia. Luar biasa.

Kesimpulan

Sumpah Pemuda adalah bukti perbedaan setiap warga negara. Sumpah Pemuda adalah keniscayaan yang tak mungkin kita pungkiri. Sumpah Pemuda adalah tonggak sejarah kesatuan bangsa Indonesia dalam perbedaan. Sumpah Pemuda adalah legasi generasi para pejuang yang seharusnya kita junjung tinggi.

Bagaimana dengan generasi zaman now? Adanya istilah ‘aku pribumi’, khilafah, intoleransi, dan korupsi adalah bukti memudarnya semangat Sumpah Pemuda dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Entah karena politik, entah karena agenda kelompok tertentu, entah karena irisan teknologi, tetaplah disebut memudar.

Oh iyah… Mahasiswa kemarin yang demo Jokowi-JK itu adalah manusia-manusia buta, sebab menuntut tanpa bukti. Bagaimana mungkin mahasiswa demo pemerintah yang sudah susah payah membangun perbatasan, daerah tertinggal, dan infrastruktur, menjaga perkembangan ekonomi, dan berjuang mempertahankan keutuhan NKRI dari rong-rongan HTI. Lah kog didemo. Matamu kamu letakkan di mana?

Sumpah Pemuda itu bukan sumpah murahan. Sumpah itu disertai tumpahnya darah dalam perjuangan kemerdekaan. Sumpah itu sumpah sejati pemuda Indonesia. Sumpah itu tidak seperti pedemo yang teriak-teriak di jalanan dan di podium kampanye. Sumpah pemuda itu tidak disokong nasi bungkus, melainkan disokong keinginan untuk masa depan Indonesia yang jaya.

“Berani Bersatu Membela Keberagaman”

Tags: #BeraniBersatuMembelaKeberagaman
Previous Post

Ada Beribu Alasan Membenci Aseng (Non-Pribumi)

Next Post

Politik Dua Kaki Demokrat, SBY Apresiasi Jokowi, Jubir Demokrat “Dukung” Demo Mahasiswa

Sifudan

Sifudan

Next Post
Politik Dua Kaki Demokrat, SBY Apresiasi Jokowi, Jubir Demokrat “Dukung” Demo Mahasiswa

Politik Dua Kaki Demokrat, SBY Apresiasi Jokowi, Jubir Demokrat "Dukung" Demo Mahasiswa

Mengingat Sumpah Pemuda Melupakan Amir Sjarifoeddin

Mengingat Sumpah Pemuda Melupakan Amir Sjarifoeddin

Comments 6

  1. Lanina says:
    5 years ago

    ‘Sumpah Pemuda’ sdh sekedar lip service saja. Yg ada cuma…. sumpah serapah

    Reply
    • Mora says:
      5 years ago

      Nah itu dia bahayanya

      Reply
  2. sugeng hartono says:
    5 years ago

    saya orang indonesia asli dan saya tidak terjajah karena saya bisa bekerja dan menikmati hidup saya dengan seluruh keluarga dengan bebas .

    Reply
  3. Felix Lai says:
    5 years ago

    Justru kata “pribumi” sengaja digaungkan untuk menunjukkan ada yang terjajah dan itu dinyatakan dalam bentuk spanduk yang bertuliskan ” KEBANGKITAN PRIBUMI MUSLIM”.
    Ini yang sengaja diteriakan saat pidato tsb dengan menyampingkan SUMPAH PEMUDA.
    GABENER Jakarta bukanlah orang yang tidak mengerti sejarah Indonesia, bukanlah orang yg gak paham Pancasila dan Sumpah Pemuda.
    Tujuannya adalah mempengaruhi alam bawah sadar mereka” yg merasa diri Muslim, merasa diri penduduk asli Indonesia serasa sedang dijajah oleh asing aseng.

    Reply
    • Mora says:
      5 years ago

      Pribumi itu istilah yang bermakna menghina kan yah….

      Reply
      • Felix Lai says:
        5 years ago

        Benar…. Kata Pribumi itukan memang diberikan kepada penduduk Indonesia yang menunjukkan golongan terendah dan sebagai golongan yang terjajah.

        Reply

Leave a ReplyCancel reply

Indovoices Apps

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Indovoices.com melalui email

Join 1,249 other subscribers

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Riwayat Singkat Empu Supo (Raden Joko Supo)

Riwayat Singkat Empu Supo (Raden Joko Supo)

September 5, 2018
Bunga Lotus Dalam Kehidupan: MAKNA BUNGA LOTUS UNGU

Bunga Lotus Dalam Kehidupan: MAKNA BUNGA LOTUS UNGU

May 29, 2018
Mengenal Italia Lebih Dekat: Sekilas Tentang Pendidikan Di Italia

Mengenal Italia Lebih Dekat: Sekilas Tentang Pendidikan Di Italia

July 10, 2018
Photo Khairul Amri Asal Malaysia Dijadikan Akun Palsu Scammer Indonesia

Photo Khairul Amri Asal Malaysia Dijadikan Akun Palsu Scammer Indonesia

November 25, 2018
Telepon Anies Bebas Dari Hukum, Warga Ramai Minta Nomor Anies

Telepon Anies Bebas Dari Hukum, Warga Ramai Minta Nomor Anies

April 3, 2018
Tanya Jawab: Terorisme Dan Bagaimana Kita Menyikapinya?

Tanya Jawab: Terorisme Dan Bagaimana Kita Menyikapinya?

May 14, 2018
Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

October 23, 2017
Membongkar Gurita Cikeas Di Tubuh Garuda

Membongkar Gurita Cikeas Di Tubuh Garuda

June 30, 2022
Pengadilan Harus Tegas, Jangan Biarkan Pelanggaran HAM

Pengadilan Harus Tegas, Jangan Biarkan Pelanggaran HAM

June 9, 2022
Mafia Tanah Oknum ATR/BPN Sendiri, Kejagung Wajib Usut Tuntas

Mafia Tanah Oknum ATR/BPN Sendiri, Kejagung Wajib Usut Tuntas

May 31, 2022
Gagal Bertemu Menteri Sofyan Djalil, Warga Jatikarya Rela Tiap Hari Mendatangi BPN Pusat

Gagal Bertemu Menteri Sofyan Djalil, Warga Jatikarya Rela Tiap Hari Mendatangi BPN Pusat

March 22, 2022

Eksistensi Surat Pengantar Dalam PerMA No 2 Tahun 2021 Dan PerMen ATR BPN No 19 Tahun 2021

March 15, 2022
Jangan Biarkan Jokowi Bekerja Sendirian Mempresentasikan IKN Nusantara

Jangan Biarkan Jokowi Bekerja Sendirian Mempresentasikan IKN Nusantara

March 15, 2022

Pak Jokowi, Lihatlah Penderitaan Kami Warga Jatikarya Yang Terdzolimi BPN

December 30, 2021

Tentang

IndoVoices adalah sebuah media opini yang memberi ruang kepada para penulis untuk menuangkan ide dan pemikiran, cerita dan pengalaman secara lebih mendalam dan sistematis.

Menjadi Penulis

Indovoices.com membuka kesempatan kepada siapapun dengan latar belakang apapun untuk bergabung menjadi kontributor. Indovoices memberikan kontribusi sebesar Rp 3/view.

Bagi yang ingin bergabung menulis, kirimkan contoh artikelnya ke email [email protected]

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi halaman berikut ini.

Kanal

  • 100HariAniesSandi
  • Analisis
  • Anti Hoax
  • Budaya
  • Cerpen
  • Editorial
  • Ekonomi
  • English
  • Enterpeneurship
  • Entertainment
  • Event
  • Fiksi
  • Finansial
  • Hukum
  • Humor
  • Inovasi & Teknologi
  • Internasional
  • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
  • Kebangsaan
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Kuliner
  • Laporan
  • Life & Love
  • Lifestyle
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
  • Marketing
  • Olahraga
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Photography/Infografis
  • Pilkada 2018
  • Politik
  • Puisi
  • Redaksi
  • Sastra
  • Sejarah
  • Startup
  • Sumpah Pemuda
  • Traveling
  • UKM
  • Umum
  • Video
  • Beranda
  • Tentang IndoVoices
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Advertising
  • Hubungi Kami

© 2018 Indovoices.com

No Result
View All Result
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
    • Sex Education
  • Login
  • Sign Up
  • Cart

© 2018 Indovoices.com

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
 

Loading Comments...