Lembaga survei kompak menampilkan hasil survei mereka terkait calon-calon peserta Pilpres 2019 dan juga mensurvei tingkat kepuasan rakyat terhadap kinerja pemerintahan Prsiden Jokowi. Salah satu yang menarik adalah sebuah survei yang dilakukan oleh Indikator yang menampilkan tokoh yang potensial menjadi cawapresnya Presiden Jokowi 2019.
Melalui survei tersebut didapatkan hasil bahwa yang paling diunggulkan atau yang paling potensial menjadi cawapresnya Presiden Jokowi adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ahok mengungguli tokoh-tokoh lain seperti Gatot Nurmantyo, Ridwan Kamil, serta Tri Rismaharini.
Saat survei menyodorkan 16 nama, Ahok memimipin dengan 16 persen, ketika dikerucutkan menjadi 8 nama Ahok juga tetap memimpin dan bertambah menjadi 17 persen. Munculnya nama Ahok sebagai cawapres potensial Presiden Jokowi menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan atas kualitas seorang Ahok. Apalagi, kolaborasi Jokowi-Ahok mengubah Jakarta sangat dinantikan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Tetapi tentu saja ketika saya mengatakan seluruh rakyat Indonesia, itu bukan berarti semua yang KTPnya Indonesia, tetapi mereka yang memang menjunjung tinggi NKRI dan perubahan Indonesia menjadi lebih maju. Kalau yang lain saya pikir tidak akan tertarik dengan pasangan ini. Mengapa?? Karena pasangan ini membuat setiap kita berkerja, bukan Ogah Kerja Ogah Capek (OKOC).
Bangsa ini memang terpolarisasi ke depan bukan lagi soal Al Maidah, melainkan soal kubu yang mau Indonesia maju dan berkembang, sama yang mau Indoneisa begitu-begitu saja. Ada yang mau Indonesia menjadi negara waras, ada yang ingin Indonesia menjadi negara tidak waras. Bahkan kalau bisa Indonesia ini seperti jaman batu dan jaman onta.
Nama Ahok memang tidak bisa dihilangkan begitu saja dari peta perpolitikan Indonesia. Meski mengaku tidak akan terlibat dalam politik setelah keluar dari penjara, Ahok diyakini tidak akan bisa membendung keinginan rakyat yang menginginkannya menjadi pejabat politik selevel Wakil Presiden atau Menteri.
Karena Ahok jelas tidak akan tahan melihat rakyat masih banyak menderita. Dan sampai kapan pun dia akan tetap menjadikan kekuasaan menjadi alat paling efektif dalam membantu serta menyelamatkan hidup banyak orang. Menjadi pengusaha bukanlah jalan hidup Ahok, itu hanyalah pelarian karena besarnya kekecewaan kepada saya dan anda yang diam saat dia didzolimi.
Kini, tidak akan ada cerita lagi Ahok berjalan sendiri. Saya dan kalau teman-teman berkenan, kita akan kawal Ahok setelah dia keluar. Kalau mau hantam para kaum munafik pengguna Al Maidah 51, Ahok akan saya temani. Karena memang surat itu hanya dijadikan permainan politik saja oleh mereka. Padahal surat-surat lain tidak pernah dijadikan dasar mereka dalam berpolitik.
Kualitas Ahok tidak perlu lagi dibuktikan. Coba lihat saja bagaimana kini sudah mulai banyak papan bunga yang dikirim ke balai kota dan juga ke lapangan merdeka. Mereka keluarkan uang tidak sedikit untuk ungkapkan rasa terima kasih kepada Ahok sebagai Gubernur. Saya bukan mendiskreditkan Jokowi dan Djarot, tetapi yang paling lama jadi Gubernur ya Ahok.
Indovoices sendiri sudah mengirimkan papan bunga sebagai ungkapan terima kasih. Karena Jokowi-Ahoklah yang membuat kami percaya perubahan itu mungkin terjadi di Indonesia. Kami juga percaya kalau perubahan hanya mungkin terjadi kalau pemimpinny beres. Istilah Ahok, kalau kepala lurus, maka sampai ke kaki akan lurus.
Itulah perjuangan kita saat ini. Jokowi-Ahok ini ibarat pasangan ayah dan ibu di sebuah rumah. Jokowi sebagai ayah dan Ahok sebagai ibu. Saya ingat betul, bagaimana bawel dan merepetnya Ahok soal urusan keuangan dan rumah tangga Jakarta dan Jokowi yang mengatasi urusan-urusan di luar rumah. Pasangan yang sangat ideal.
Anak-anak waras pasti menginginkan orang tua seperti ini. Bukan orang tua seperti Ahmad Dhani yang kerjaannya tidak beres dan malah menelantarkan anak-anaknya. Kok jadi bahas ADP yah?? Hehehe.. Contoh ayah yang gagal dalam berkeluarga dan mengelola anak.
Jadi, kalau Ahok akhirnya dimunculkan menjadi wapres, maka lawan kita cuman satu, golongan politisi busuk dan munafik yang memanfaatkan ayat-ayat agama demi ambisi politik mereka. Kalau mereka katakan itu masalah surga dan neraka, maka kita harus cerdas menentangnya. Karena itu hanya surga dan neraka karangan mereka. Surga bagi kalangan mereka dan neraka bagi kita, baik yang memilih dan yang tidak memilih mereka.
Lalu apakah Presiden Jokowi akan jadikan Ahok cawapresnya?? Bisa iya, bisa tidak. Tergantung strategi ke depannya. Kalau mau main aman, maka kemungkinan Ahok tidak akan dipilih jadi cawapres.
Apapun strategi Presiden Jokowi ke depan, kita harus tetap dorong Ahok menjabat. Karena Ahok, walau bukan jadi Wapres Jokowi ke depannya, tetap akan jadi “pembisik” utama Presiden Jokowi dalam mengelola Indonesia di periode kedua. Lalu kalau Ahok akhirnya tidak dijadikan wapres, maka jadi menteri apapun dia bisa, bahkan jadi Menag. Hehehe..
Jadi, siap Ahokkan Indonesia?? Sekali lagi mari rapatkan barisan.
Salam Ahok.