Nasib program rumah DP 0 yang sudah beberapa kali “mutasi dan balik nama” kini semakin suram… sesuram nasib Ahmad Dhani yang terancam hukuman 6 tahun penjara akibat gagah-gagahan ingin meludahi pendukung Ahok…
Bagaimana tidak suram, sang pemilik program saja kelimpungan harus bagaimana menjelaskan kepada publik program yang sempat disebut Ahok sebagai program membohongi warga demi pilkada ini, lha apalagi warganya.
Rumah tanpa DP ini Sepertinya malah menganut filosofi Opera Van Java nya Parto, Sule dan kawan-kawan:
“Disini gunung disana gunung, tengah-tengah pohon kelapa. Warganya bingung, gubernurnya juga bingung yang penting bisa ketawa”. Toh ini juga sejalan dengan “maju kotanya, bahagia warganya”
Padahal rumah susun ini sempat booming awal januari lalu saat groundbreaking, bukanya semakin ada kemajuan yang berarti kini malah semakin tidak jelas. Janji penjualan bisa dimulai di bulan April nyatanya molor terus. Pembentukan BLUD yang dijanjikan pun belum bisa terealisasi sebab dinas perumahan masih bingung merumuskan sistem cicilan dan bunganya. Katanya pergub rumah DP 0 sudah diteken, faktanya gubernur Anies masih bungkam, membuktikan bahwa memang ada yang tidak beres dengan rumah tanpa DP ini.
Kalau kita ingat beberapa bulan lalu Sandiaga pernah menerbitkan buku panduan untuk Rumah DP 0 ini. Sebuah buku pintar yang konon katanya bisa menjawab semua permasalahan terkait kredit rumah susun ini.
Namun akhir-akhir ini tersiar kabar yang tentu saja membuat kita semakin miris, gubernur Anies akan menyewa jasa konsultan alias tim cuap-cuap khusus untuk menjawab berbagai FAQ, Frequently Asked Questions tentang rumah DP 0 ini. Hal ini bertujuan agar pemprov DKI Jakarta satu suara dan tidak memberikan keterangan yang berbeda-beda tentang rumah susun milik ini yang akan membuat masyarakat semakin bingung.
“Kami mau komunikasinya orang Jakarta dengan bahasa yang dipahami publik. Karena yang tadi disampaikan itu rumit. Rumit tuh sederhana maksudnya, tapi kompleks,” kata Anies. Kompas.com
Wajar! Jangankan rumah tanpa DP yang memang rumit, komplek dan misterius sejak awal, lha menjelaskan perihal buka puasa dan tarawih akbar di Istiqlal saja lain Anies lain pula Sandiaga, apalagi rumah DP yang seperti MATEMATIKA (makin diteliti semakin tidak karuan)…
Miris memang! Sebanyak 73 personil gabungan TGUPP bentukan Anies Sandi dengan biaya lebih dari 28 Miliar, ditambah jajaran direksi 4 BUMD DKI Jakarta sekaligus ternyata masih tak mampu menerjemahkan konsep hunian yang digagas Sandiaga. Mereka menyatakan lempar handuk dan tak sanggup lagi menjelaskan secara gamblang dan sederhana apa itu rumah DP 0 kepada warga Jakarta.
Akhirnya Pemprov DKI dan empat BUMD yang terlibat dalam penyusunan program rumah ini sepakat untukmenyewa jasa konsultan dari pihak ketiga atau third party untuk membantu menjelaskan kepada masyarakat apa itu rumah DP 0.
Luar biasa pelik rumah ini. Logikanya, Jika seseorang sudah meminta pendapat atau konsultasi ke sebuah lembaga, artinya orang tersebut memiliki sebuah beban permasalahan yang sangat komplek dalam kehidupannya yang sulit untuk dipecahkan bersama keluarganya. Pun begitu dengan rumah tanpa DP ini, mungkin saking peliknya, pemprov DKI tak mampu selesaikan sehingga harus ada anggaran khusus yang dikeluarkan untuk menyewa pakar komunikasi dan konsultasi.
Bayangkan seorang pejabat publik, dipilih melalui pilkada dua putaran yang begitu mahal, digaji tinggi dengan dana operasional yang wah, mendapat 73 “menteri” untuk membantu bekerja, eh…masih juga menyewa jasa konsultan hanya untuk memberi penjelasan kepada warganya atas programnya sendiri. Lalu untuk apa anda dibayar?
Ya Allah, apa salah Baim ya Allah…ampunilah Baim ya Allah…
Ingat dulu warga berbondong-bondong ke Balai kota bertemu Ahok untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan. Sekarang sudah punya gubernur baru yang se-aiman eh..se-iman, warga malah disuruh nanya sama konsultan sewaan hanya untuk mendapat penjelasan…
Yang penting seiman, yang penting bisa ketawa…
Nasibmu lah Jakarta, selamat berkonsultasi dengan biro jasa!!