Tidak bisa dipungkiri, bahwa salah kelola dan salah konsep membangun di Jakarta tidak lagi bisa diselesaikan dengan cara-cara alamiah dan natural. Karena semua sudah seperti benang kusut yang tidak bisa diurai lagi. Apalagi, banyak perlawanan yang terjadi sehingga benang kusut masih tetap jadi benang kusut.
Dalam analisa dan perhitungannya, Ahok sudah menyebutkan bahwa banjir Jakarta tidak akan banjir lagi jika dilakukan terus menerus normalisasi dan dilakukan pembangunan tanggul atau, istilah para aktivis yang menolak tanggul menyebutnya betonisasi. Dan ini sudah dibuat percontohannya di daerah Kampug Pulo.
Ahok yang terus menerus pasang badan supaya warga mau direlokasi dalam program normalisasi serta membuat tanggul akhirnya membuahkan hasil. Warga Kampung Pulo kini tidak lagi merasakan banjir. Mereka yang direlokasi pun sudah aman karena dipindahkan ke Rusun.
“Pokoknya kami jamin tidak akan banjir Kampung Pulo,” kata pria yang akrab disapa Ahok itu usai meninjau rencana pembangunan Jembatan Pluit Barat, Jakarta Utara, Jumat (21/8/2015).
“Kalau tanggul selesai, pompa beres, saya jamin enggak bayar Jakarta. Dan semua saluran lancar mesti masuk,” tandas Ahok.
Dan saat ini terbuktilah bahwa apa yang dikatakan Ahok. Warga yang ada di Kampung Pulo terlihat santai dan tidak ada yang mengungsi. Mereka malah dengan tenangnya melihat luapan banjir kiriman melintas tanpa takut lagi terkena banjir kiriman seperti yang biasa mereka alami.
Pantauan merdeka.com, beberapa warga memenuhi bibir Kali Ciliwung yang berada di Kampung Pulo, Jatinegara Barat. Bukan hanya warga sekitar, beberapa pengendara pun turut sesekali melihat air kali yang meluap dengan mengambil foto untuk diabadikan.
“Warga sih Alhamdulillah belum ada yang ngungsi ini mas,” ujar Junaidi.
Jadi, masihkah Anies bersikeras menolak normalisasi dan betonisasi dengan naturalisasi?? Kampung Pulo adalah saksi hidup dari karya besar seorang bernama Ahok. Orang yang mengandalkan akal, karsa, dan karya anugerah Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan warga.
Seandainya saja tidak ada perlawanan dari warga serta LSM pencari receh yang menghalangi strategi nermalisasi dan betonisasi, maka bisa dijamin bahwa Jakarta akan aman, meski datang banjir kiriman. Strategi yang sebenarnya sudah disepakati oleh Jokowi dan Ahok untuk membuat Jakarta benar-benar bebas dari banjir. Sayangnya, kini yang memimpin Jakarta hanya modal bacot dan tinjau meninjau pintu air tanpa solusi.
Bertahanlah warga Jakarta. Jadikanlah ini pelajaran untuk tidak lagi memilih pemimpin modal mulut, bukan otak. Dan biarlah ini juga jadi pelajaran bagi kita yang akan Pilkada di Sumut, Jateng, dan Jatim. Saatnya memilih pemimpin yang terbukti kerjanya, bukan cuman besar mulut saja.
Salam Banjir.