Kecurigaan saya dan teman-teman di Indovoices akhirnya terbukti juga. Ketika muncul berita bahwa Gubernur Anies Baswedan memberikan ijin untuk diadakannya acara Natal di Monas kami langsung curiga. Seorang penulis mengatakan bahwa itu adalah jebakan batmen, kalau saya saat itu langsung mengatakan bahwa yang meminta dan memberi ijin adalah kawanan.
Sebenarnya sih asal ngomong, tetapi kalau pun salah saya pikir setidaknya mereka ini adalah kawanan satu visi. Minimal adalah pendukung Gubernur Anies saat Pilkada Jakarta. Mengapa saya mempertimbangkan hal tersebut?? Karena saya tahu benar bahwa Gubernur Anies perlu membersihkan dirinya dari aksi Reuni 212.
Saya dalam tulisan sebelumnya sudah menyatakan bahwa naiknya Gubernur Anies ke panggung Reuni 212 adalah sebuah tanda bahwa Anies dalah calon Presiden yang akan diusung oleh kaum radikal. Hal ini sudah sangatlah jelas. Gubernur Anies adlaah orang yang dekat dengan Wapres JK dan juga sangatlah cocok jika diusung oleh kaum radikalis.
Bagaimana tidak cocok, Gubernur Anies kan masih saudaraan sama Ulama Besar Umat FPI, Rizieq Shihab. Jadi sangat pantas kalau dialah yang akan dimajukan menjadi calon dari kaum radikal. Prabowo?? Tidak akan pernah sudi mereka mengusung Prabowo. Prabowo itu tidak pantas diusung karena kemuslimannya tidak murni.
Tetapi tampil sebagai radikalis tidak akan pernah bisa membuat Gubernur Anies bisa meraih suara besar untuk menang saat mencalonkan diri menjadi Presiden. Karena itu, diperlukanlah sebuah skenario pembersihan diri dari citra radikalis tersebut. Dan hal ini sudah dilakukannya dengan rencana libur hari raya umat Hindu deepavali.
Dan dugaan saya tersebut akhirnya benar juga. Hanya cukup mengetik nama pengusul perayaan Natal di Monas tersebut di google, maka saya menemukan siapa sebenarnya pengusul tersebut. Di dalam pemberitaan memang benar Haposan Paulus Batubara adalah Wakil Ketua Umum Vox Point Indonesia, tetapi melalui hasil searching di Google saya menemukan fakta yang mengkonfirmsi dugaan saya.
Ya, Haposan ternyata adalah caleg Gerindra untuk DPRD Provinsi DKI JAKARTA. Haposan yang gagal dalam Pileg 2014 kini menjabat sebagai Ketua DPP Gerindra Bidang Agama Katolik. Dan hal ini membuat dugaan saya bahwa mereka adlah kawanan terbukti benar. Apakah saya punya kemampuan jadi cenayang?? Tidak juga, karena sebenarnya dugaan awal mau tidak mau harus kita nyatakan ini pencitraan.
Berdasarkan analisa saya pribadi dan juga hasil rangkuman dari beberapa sumber terpercaya, Gubernur Anies ini adalah orang paling licik. Dia adalah orang yang bisa jadi apa saja dan bisa melakukan apa saja untuk mencapai ambisi-ambisinya. Berani tampil di panggung 212 tetapi di lain kesempatan menggunakan topeng toleransi.
Dan kalau mau jujur, saya harus katakan bahwa perayaan Natal tersebut hanya akan menjadi ajang pencitran bagi Gubernur Anies yang sebelumnya sudah dilantik menjdi Gubernur FPI dan 212. Apakah mungkin Gubernur FPI dan 212 adalah seorang yang toleran?? Tentu saja tidak. Dan ini sudah saya sampaikan berkali-kali, sama seperti tidak mungkin seorang Gubernur Kapitalis akan menjadi Gubernur komunis.
Silahkan saja lihat bagaimana Sandiaga yang kapitalis itu awalnya sok dermawan tetapi akhirnya tidak jadi menyerahkan semua uang operasionalnya untuk kaum duafa. Ini adalah salah satu bukti bagaiman orang yang msih kapitalis tidak akan mungkin menjadi seorang penderma. Bahkan dlam sebuah diskusi ada yang bilang bahwa Sandiaga pernah menonton teater tidak tidak membayar. Orang kaya tidak membayar?? Namanya juga tukang tipu.
Jadi, silahkan saja datang ke acara Natal yang diyakini akan menjadi ajang bagi setiap kader Gerindra untuk mendapatkan pemasukan dan tentu saja pencitraan. Tetapi satu hal yang harus terus kita waspadai, betapapun Gubernur Anies didandani sedemikian rupa kita harus tetap ingat dia adalah Gubernur SARA dan 212.
Mengapa itu menjadi penting?? Supaya kita tetap waspada sama orang yang satu ini. Sekali lagi, Gubernur Anies ini bukan orang sembarangan, dia adalah ancaman bagi toleransi.
Salam Natalan Gerindra.