“Tadi dalam perjalanan di airport, wah ada LRT, kereta api. Ingat, kita tahu, tidak jelas bermanfaatnya untuk siapa. Saya tanya harganya berapa proyeknya. Rp 12,5 triliun. Luar biasa. Rp 12,5 triliun untuk sepanjang 24 km. Saya diberi tahu oleh Gubernur DKI yang sekarang, Saudara Anies Baswedan, dia menyampaikan kepada saya: Pak Prabowo, indeks termahal LRT di dunia 1 km adalah 8 juta dolar,” ujar Prabowo.
Kalimat itu disampaikan oleh Prabowo lewat sambutannya pada acara silaturahmi kader Gerindra di Hotel Grand Rajawali, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis 21 Juni 2018 yang baru lewat.
Tidak tanggung-tanggung, Prabowo menuduh pemerintah melakukan Mark Up hingga 500 persen. Yang 400 persen dicuri, menurut dirinya.
Tentu saja pernyataan Prabowo tersebut sontak menuai bantahan, baik dari pemerintah maupun pihak kontraktor. Kepala Proyek LRT Palembang, Mashudi Jauhar, pun mengungkapkan rasa penasarannya atas data yang dikemukakan Prabowo soal LRT bahwa ada negara yang bisa membangun LRT dengan duit US$ 8 juta per 1 km. Bahkan di kawasan ASEAN, biaya per km pembangunan LRT disebutnya lebih tinggi.
“Di Malaysia, (rute) Kelana Jaya-Ampang 7,2 miliar yen/km (US$ 65,52 juta/km). Manila, LRT Fase 1 extension, 8,2 miliar yen/km (US$ 74,6 juta/km),” kata Mashudi. Untuk diketahui, pembangunan LRT Palembang nilainya adalah US$ 40 juta per kilometer.
Lantas bagaimana dengan Anies yang dijadikan rujukan atau sumber data bagi Prabowo?. Alih-alih menjawab secara langsung. Seperti kebiasannya, jawaban yang diberikan pun muter-muter gak jelas saat ditanya oleh wartawan. Dugaan saya, si Anies mungkin tidak menyangka, bila informasinya soal LRT langsung diangkat oleh Prabowo saat acara silahturahmi tersebut. Alhasil dia juga bingung mau menjawab apa saat dicecar oleh awak media selain ngeles dan meminta wartawan untuk mencari kebenaran data yang dimaksud.
Saya masih ingat saat Pilkada DKI, Anies yang ketika itu bersama Sandiaga Uno masih berstatus calon, melakukan debat dengan pasangan Ahok-Djarot. Bagaimana dengan yakinnya, Anies mengatakan bahwa di Jakarta banyak bertebaran rumah seharga 350 jutaan, bahkan dengan percaya dirinya, Anies mempersilahkan mencari rumah yang dimaksud melalui internet. Faktanya, selain sedikit, letaknya pun masuk ke gang-gang kecil yang hanya bisa dilalui satu sepeda motor saja.
Dan bukan cuma itu saja, saat menyajikan data soal jumlah nelayan dan juga soal jumlah peserta Ok-Oc ternyata pernah disampaikan dengan mengutip angka yang salah. Oleh sebab itu wajar saja kalau wajahnya yang muncul saat kita mencari di Google dengan kata kunci “Gubernur Jakarta Terbodoh”, info ini saya kutip dari salah satu media yang telah mempraktekkannya.
(www.melekpolitik.com/2018/06/23/kocak-muncul-aniesbaswedan-ketika-mencari-gubernur-jakarta-terbodoh-di-google)
Jadi merupakan hal yang menggelikan bila Prabowo kemudian mengambil rujukan dari orang yang bahkan datanya sendiri pun sering salah dan ngawur, walaupun orang tersebut pernah menjadi rektor termuda bahkan mantan mendikbud.
Tentu kita juga masih ingat bagaimana Prabowo mengambil rujukan dari Novel Fiksi bahwa Indonesia akan bubar 2030 nanti. Inilah yang saya sebut menggelikan, namun tidak aneh. Bila novel fiksi saja bisa dijadikan rujukan, tidak heran kalau data ngawur juga bisa dipergunakan olehnya untuk menyerang pemerintah.
Padahal kalau mau, dari pada meminta data ke Anies, Prabowo bisa saja meminta data mengenai LRT, ke kader Gerindra yang ada di DPR. Apalagi di Komisi V DPR, yang menangani perhubungan dan infrastruktur, Gerindra punya 7 kader. Tentu bukan hal yang sulit untuk itu.
Sifat reaktif Prabowo yang sepertinya menganut prinsip “serang dulu, soal benar tidak belakangan”, bagi saya hanya menunjukkan dua hal. Pertama, mungkin sifatnya memang ceroboh. Kedua, karena panik, seperti orang yang sedang tenggelam dalam lumpur, apapun dijadikan pegangan, apapun yang terjangkau oleh tangan akan di raihnya, tidak peduli itu akar pohon ataupun ekor ular, tidak peduli data benar ataupun salah.
Lha bagaimana tidak panik, sekutu dekatnya seperti PKS dan PAN bahkan hingga kini belum secara resmi mengumumkan akan mendukung dirinya sebagai Capres, padahal batas waktu yang diberikan oleh KPU untuk pendaftaran Capres dan Cawapres tinggal kurang dari 1,5 bulan lagi.
Di sisi lain karena bocor, bocor, bocor dan bokek, bokek, bokek. Dirinya bahkan harus meminta sumbangan dari masyarakat. Padahal dalam berbagai pidatonya, Prabowo sering mengungkapkan bahwa keadaan ekonomi saat ini sedang sulit, rakyat sedang susah, rakyat tidak sejahtera, lagi-lagi entah data mana yang dia pakai.
Daripada menjadi ejekan masyarakat karena sering blunder memakai data yang salah, mungkin sudah waktunya bagi Prabowo untuk melakukan filterisasi terhadap berbagai informasi yang didapatnya. Kalau dapat informasi Ga’bener yang isinya Ga’bener, ngapain di denger?. Bener?
Trailer LRT Palembang