Hari itu saya benar-benar tidak menyangka akhirnya mendapat kesempatan bertemu dengan pak Ahok di rumah tahanan Mako Brimob, Depok. Sesuatu yang saya nantikan sejak lama, sejak awal bapak masuk penjara. Cara pak Ahok dipenjarakan yang membuat Pak Djarot tak mampu berkata-kata saat diwawancarai dalam salah satu acara di televisi itulah rupanya yang membuat saya ngotot untuk bertemu pak Ahok.
Berita angin segar sempat datang dari teman-teman indovoices yang akan dipertimbangkan untuk bertemu Ahok di Mako Brimob. Namun hingga saat ini belum ada kejelasan kapan akan terealisasi. Karena memang untuk bertemu pak Ahok bukanlah perkara mudah. Tidak sembarang orang bisa menjumpainya disana. Hanya orang-orang tertentu yang mendapat ijin langsung dari ibu Veronica dan itupun harus menunggu giliran karena Waiting list nya yang begitu banyak ditambah lagi dengan jadwal kunjungan yang hanya dua kali dalam sepekan.
Handphone saya berdering pagi itu. Saya perhatikan di layar monitor hanya tertera nomor. Biasanya saya jarang angkat panggilan jika tidak menampilkan nama penelpon. Bukan apa-apa, banyak penipuan yang memanfaatkan kondisi psikologis seseorang. Kerinduan saya bertemu Ahok bisa saja dimanfaatkan atau modus operandi penjahat untuk meminta transfer sejumlah uang. Namun karena dua kali memanggil akhirnya saya angkat juga, yang penting tidak disuruh transfer uang. Sebab kalo disuruh transfer, pastilah penipuan.
“Hallo, pak! hari ini bapak mendapat giliran mengunjungi pak Ahok, apa bapak ada waktu nanti siang?”
“Bisa pak! maaf ini dengan siapa ya?”
“Saya ajudan bu Veronica,pak. Jika bapak bisa, hari ini langsung ke mako brimob ya supaya nanti bisa interview langsung dengan Bu Vero dan tim ajudan untuk verifikasi data diri dan cek media sosial bapak”.
Setengah sadar antara percaya dan tidak saya pun langsung menjawab menyanggupinya. “Waduh! Siapppp pak!!“. Dan saya pun bergegas mandi dan siap berangkat.
Saking semangatnya dan buru-buru ada tetangga lewat menegur :
” Ngapain sih bela-belain ketemu Ahok, emang lo ga malu nanti diomongin orang?”
” Lah ngapain musti malu, gue enggak minta-minta, gue juga pakai baju ngapain malu?”
“Iya lo emang pakai baju, tapi kan ga pake celana!”
“Astaga ya Tuhan, saking buru-burunya, sampai lupa ga pake celana. Akhirnya buru-buru ambil celana jeans, dan tancap gas meluncur…
Tak semudah yang saya bayangkan. Saya mengira akan langsung bertemu eh..ternyata ada tahapan-tahapan interview dan cek akun media sosial segala. Jika akhirnya setelah interview tapi bu Vero tidak iijinkan, sia-sialah perjalanan saya ke Depok. Ya sudah, namanya juga berusaha, optimis saja. Mungkin bu Veronica meragukan loyalitas saya.
Setelah hampir dua jam perjalanan akhirnya sampai juga di rumah tahanan Mako Brimob, Depok. Pengecekan disana super ketat. Untunglah sudah saya antisipasi dengan tidak membawa barang yang berlebihan dan mencurigakan. Hanya tas kecil untuk membawa handphone dan chargernya.
Setelah di cek berlapis-lapis oleh petugas lapas saya pun masuk ke ruang tunggu dan bertemu dengan ajudan bu Vero yang tadi pagi menelfon saya. Tak lama kemudian, bu Vero datang menemui saya.
Luar biasa! itulah kali pertama saya melihat sosok bu Vero secara langsung yang selama ini hanya saya lihat di layar televisi. Sosok wanita luar biasa yang setia mendampingi pak Ahok. Kesan pertama ketika melihat ibu Vero adalah pribadi yang menyenangkan. Cantik, anggun, lembut tutur katanya, sopan, rendah hati. Hmm…“sungguh beruntung pak Ahok mendapatkannya”, dalam hati saya berguman.
Tak lupa saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada bu Vero yang beberapa hari lalu berulang tahun. dan beliau pun mengucapkan terima kasih.
Tanpa basa-basi beliau langsung interview saya. Beliau menanyakan asal-usul, data diri dan kemudian terakhir bertanya apa motivasi saya ingin bertemu bapak. Disaat yang bersamaan tim ajudan memeriksa akun media sosial saya seperti Facebook, Twitter, Path dan Instagram.
Singkat cerita, akhirnya saya mendapat restu bu Vero untuk bertemu pak Ahok. Jam besuk masih sekitar 40 menit lagi, selama saya menunggu, jantung berdebar-debar ga karuan. Sepertinya saya ga akan sanggup untuk tidak menangis jika bertemu.
Dan tibalah saatnya bertemu dengan pak Ahok. Sesaat kemudian pak Ahok keluar dari sel bersama petugas lapas datang menemui saya. Tak kuasa menahan tangis, air mata pun tumpah. Suasana menjadi hening. Kemudian pak Ahok memeluk saya, mengharu biru seperti ada ikatan emosional meskipun ini adalah pertemuan kami untuk yang pertama kali.
“Saya baik-baik saja disini” ujarnya lirih. Dengan mata berkaca-kaca saya sempat menyampaikan pesan untuk bapak. “Bapak orang baik, tempat ini tidak layak untuk bapak!”. Petugas lapas saling pandang, terharu melihat pertemuan kami.
Keterbatasan waktu membuat kami tak bisa berlama-lama. Kami hanya diberi waktu maksimal sepuluh menit, dan pak Ahok pun harus segera kembali ke ruang tahanan. Sayang seribu sayang, tidak ada kamera untuk mengabadikan pertemuan singkat kami karena memang dilarang keras membawa alat komunikasi apalagi kamera. Sehingga saya sempatkan meminta pak Ahok untuk menuliskan pesan sebagai kenang-kenangan seperti yang juga biasa ia lakukan untuk orang-orang yang menjenguknya.
Akhirnya rindu bertemu pak Ahok terobati meskipun hanya dalam lamunan. Tersadar, rupanya hari sudah siang dan saya harus kembali berangkat ke kantor. Untunglah hari ini saya jadwal masuk siang, sehingga tidak terlambat.
Semoga tulisan ini sampai ke ibu Vero, agar suatu saat benar-benar menjadi kenyataan untuk mengobati kerinduan saya untuk bertemu pak Ahok
Selamat, rindu pak Ahok sudah terobati!