Bukalapak PHK Karyawan, Tanda Mau Tutuplapak?
Tidak ada tanda-tanda, mendadak berembus kabar tak sedap tentang salah satu startup unicorn Indonesia, yakni Bukalapak. Startup Unicorn yang didirikan oleh Achmad Zaky ini kabarnya sedang melakukan pemangkasan jumlah karyawan (PHK) pada sejumlah divisi.
Tidak hanya melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya, Bukalapak juga dikabarkan menutup kantornya yang berada di Medan dan Surabaya. Namun demikian belum diketahui berapa jumlah pasti karyawan yang terkena PHK, yang diperkirakan dapat mencapai ratusan orang. Divisi engineering dikabarkan menjadi salah satu bagian yang terkena dampak paling besar.
Perihal PHK terhadap karyawan ini juga telah dikonfirmasi oleh Bukalapak yang menyebutkan hal ini dilakukan sebagai upaya restrukturisasi.
“Di skala perusahaan yang sudah tumbuh sebesar ini, tentunya kami perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa, atau bisa kami sebut sebagai a grown up company. Terutama untuk menjamin visi kami untuk terus tumbuh sebagai sustainable e-commerce dalam jangka panjang,” kata manajemen Bukalapak, Selasa 10 September 2019.
Sekilas tentang Bukalapak yang selama ini dikenal sebagai situs e-commerce yang identik dengan warna merah marun. Dibuat pada awal 2010 oleh sang CEO Achmad Zaky. Pengalaman kurang menyenangkan yang didapat ketika berbelanja online melatarbelakangi visi Bukalapak.com untuk menyediakan tempat jual-beli online yang aman bagi semua orang.
Seiring waktu, Bukalapak berkembang semakin besar dan menarik minat investor untuk menyuntikkan modalnya. Sejauh ini, tercatat ada Ant Financial, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, GIC dan Grup Emtek yang menyuntikkan modal pada Bukalapak.
Pemegang saham utama Bukalapak adalah Kreatif Media Karya (KMK) dengan kepemilikan saham sebesar 35,17%. Sebesar 99,99% saham KMK dimiliki oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).
Media daring ini pun kemudian dinobatkan sebagai startup unicorn keempat yang dimiliki Indonesia. Unicorn adalah sebutan untuk startup digital kapitalisasi pasarnya sudah mencapai minimal USD 1 miliar.
Citra Bukalapak pernah tercoreng justru oleh pendirinya sendiri, Achmad Zaky. Selain karena menilai dana research and development di Indonesia sangat rendah melalui cuitan di akun sosmednya. Zaki secara tersirat juga mengharapkan Presiden Jokowi diganti. Padahal jokowi dikenal sebagai presiden yang banyak memberikan dukungan untuk perkembangan startup di Indonesia termasuk Bukalapak.
Cuitannya ini kemudian dianggap sebagai tindakan “durhaka” seorang “anak” kepada “bapaknya”. Akibatnya kecaman pun bermunculan di sosial media dan tagar #uninstallBukalapak menggema. Namun, pendukung Achmad Zaky dan pihak lainnya kemudian menyerang balik dengan membuat tagar #uninstallJokowi.
Achmad Zaky kemudian dipanggil oleh Jokowi untuk menyelesaikan masalah yang heboh di sosial media tersebut.
Selain itu kejadian Bukalapak membuka sumbangan untuk lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) juga sempat menyeruak dan menghebohkan jagat maya melalui tulisan seorang netijen, Dahono Prasetyonegoro. Pasalnya nama ACT diduga terkait dengan pemberontak Suriah.
Kembali ke masalah PHK terhadap karyawan. Benarkah tindakan itu murni untuk keperluan restruktutisasi? Atau memang sedang diambang tutup lapak?
Pasalnya di era teknologi seperti sekarang ini, kita tidak dapat lagi dengan mudah menyimpulkan PHK adalah tanda kebangkrutan. Disrupsi teknologi terjadi di mana-mana dan mencakup berbagai bidang.
Sebagai contoh di bidang perbankan saja, laporan tahun 2016-2018 menyebutkan ada sekitar 20.000 karyawan yang berhenti di sembilan bank ternama di Indonesia akibat perannya digantikan oleh teknologi. Efisiensi karena digitalisasi dituding sebagai penyebabnya.
Jadi bila perusahaan starup ini benar-benar melakukan restrukturisasi, tentu merupakan hal yang wajar menurut saya. Walaupun terkesan mendadak dan tanpa perencanaan yang matang.
Namun yang terpenting Bukalapak juga harus memperhatikan hak-hak para karyawan yang terkena imbas restrukturisasi ini. Jangan sampai hak-hak mereka terabaikan, mengingat mereka juga memiliki keluarga yang harus dihidupi.
Untuk membaca tulisan saya yang lain, silahkan klik di sini