“Oh itu ya mas, ….oh itu tidak feasible“. Masih segar dalam ingatan saya 10 tahun lalu pembicaraan saya dengan salah seorang penumpang yang duduk disebelah dalam perjalanan pulang dari Manokwari Papua Barat menuju Jakarta. “itu” yang kami maksud adalah bandara Kertajati. Dan teman bicara di sebelah saya adalah seorang PhD dalam bidang rancang bangun bandara, dia seorang dosen yang satu almamater dengan saya, baru saja pulang dari tugas uji kelayakan bandara baru Bintuni Papua Barat. Berdasarkan kajian lembaga ITB,( lupa nama lembaga), bandara Kertajati itu tidak feasible dibangun kala itu.
Kini lebih dari 1 tahun sejak diresmikan bandara Kertajati belum berfungsi seperti yang diharapkan. Apa yang dikawatirkan para ahli menjadi kenyataan. Lantas harus bagaimana? Apa dibiarkan saja seperti candi Hambalang? Tentu Jokowi dan Ridwan Kamil sebagai penerus Aher tidak harus kehilangan muka karena Kertajati ini!!
Lemahnya kajian masa lalu ditambah lambatnya pembangunan infrastruktur penunjang makin memperparah kinerja bandara no 2 terbesar di Indonesia itu. Tol Cisumdawu yang diharapkan menjadi jaringan utama koneksitas dari Bandung ke Kertajati dibangun dengan setengah hati sejak akhir 2012 tak kunjung rampung.
Tol Cisumdawu sendiri tidaklah feasible kalo dibangun tanpa ada tujuan utama bandara Kertajati. 2 proyek infrastruktur yang saling beketergantungan dan sama sama tidak feasible saat awalnya, harusnya dikerjakan bersamaan dan diselesaikan secara bersamaan pula. Itu sebabnya sejak awal tol ini sepi dari minat investor, diperlukan inistiatif pemerintah, dalam hal ini kementerian PUPR untuk menginisiasi proyek tol Cisumdawu.
“Jalan Tol Cisumdawu terbagi enam seksi. Seksi 1 dan 2 mulai dari Cileunyi hingga Sumedang dikerjakan oleh Kementerian PUPR sebagai bagian dari viability gap fund (VGF) guna menaikkan kelayakan investasi tol tersebut,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterimaRepublika.co.id, Jumat (8/3). (Menteri Basuki PUPR).
Dana VGF ini berasal dari pinjaman china melalui Shanghai corp & MCC grup. Teknologi MCC corp lah yang membuat terowongan tol Cisumdawu.
Sejak sudah diminati investor, tidak semua dana seksi 1 diambil dari pinjaman, pada seksi 1 phase 1 BPJT sudah dapat meyakinkan investor lokal untuk terlibat dalam kepemilikan tol ini. Pemprov Jabar dan CMNP melalui anak usaha nya CKJT ( patungan BUMD Jabar & CMNP) adalah pemilik dan pengelelolah dari seluruh ruas tol ini nantinya. Untuk seksi 3 sd 6 seluruhnya ada dibawah investor lokal CKJT.
Tol Cisumdawu diharapkan dapat meningkatkan efektifitas bandara Kertajati di masa depan masih ada berbagai persoalan. Pembebasan lahan seksi 1 fase 1, belum sepenuhnya selesai. Diperlukan tangan dingin seorang PPK lahan untuk menyelesaikan pembebasan lahan. Kemudian di seksi 2 +/-Km 17-19 juga berpotensi delay pengerjaannya, mumpung cuaca mendukung, kerja cepat dan determinasi yang kuat dari Kasatker proyek ini sangat diperlukan, muncul cost overrun sebagai akibat keterlambatan proyek harus cepat ditangani, RK harus sidak dan tahu apa persoalan utamanya dan berani memaksa main contractor menyelesaikan seluruh fase 1 sd 3 dari Cilenuyi – Sumedang Kota – Cimalaka sepanjang 30 km pada akhir tahun 2019. Pengawasan ala Ahok atas proyek MRT Jakarta harus ditiru Ridwan Kamil, karena bagaimanapun nama RK yang menjadi taruhan proyek Cisumdawu. Sukses tidaknya bandara Kertajati di kemudian hari ada ditangan RK…… hallo kang Emil? are you ready?…. next president candidacy waiting for you 🙂
Diharapkan seksi 4 sd 6 dapat dimulai pengerjaan tahun 2019 dan selesai pada tahun 2020 nanti. Masalah pembebasan lahan seharusnya bukanlah isu di seksi 4 sd 6 , karena 60% lahan melewati kawasan perhutani. Gunakan seluruh sources yang ada kang Emil, anda jangan asal terima laporan ABS. Seperti kemarin laporan bahwa tol Cisumdawu dapat dipakai mudik, padahal sejatinya secara fungsional pun tol tersebut tidak pantas dipakai untuk mudik, karena exit yang menyempit baik untuk arah Subang maupun Sumedang.
Disamping masalah koneksitas ke bandara yang masih belum ideal; saat ini untuk ke bandara kertajati yang paling cepat harus melalui jalur tol Cipali. Akses dari Bandung menuju Kertajati melalui tol Cipali ditempuh melalui tol Purbaleunyi sepanjang 83 Km sampai dengan kawasan Cikampek kemudian disambung langsung dengan tol Cipali melalui pintu tol Cikopo sampai Kertajati dengan jarak 90 Km. Rute ini memang lebih jauh dari rute biasa melalui kota Sumedang namun waktu tempuh bisa lebih singkat. (2 jam 15 menit perjalanan , rute via sumedang diperlukan 4,5 jam ). Padahal dengan selesainya tol Cisumdawu Bandung Kertajati dapat diakses hanya dalam waktu 30-40 Menit saja. Wajar kalau bandara Kertajati seperti sekarang, tidak diminati oleh maskapai penerbangan maupun penumpang.
Selain masalah akses menuju bandara, masalah lain siap menghadang, yakni ketersediaan air bersih untuk seluruh kawasan bandara. Upaya untuk itu memang sedang dikerjakan, dengan membangun waduk cipanas di daerah perbatasan Sumedang Indramayu. Proyek waduk ini pun tidak jelas progresnya. (Hello menteri Basuki ….how are you 🙂 ) Pembebasan lahan pun belum dikerjakan, jangan sampai nanti bandara sudah selesai, akses jalan tersedia, namun fasilitas air sangat terbatas, dan bandara Kertajati gagal maning. RK harus kerja keras untuk mengantisipasi hal hal tersebut.
Wacana lain untuk meneruskan Kereta Api cepat Jakarta Bandung sampai ke Kertajati , pernah dikemukan oleh RK maupun menteri LBP. Wacana sangat menarik apabila 2 bandara terbesar di Indonesia ini Soetta dan Kertajati terkoneksi KA cepat dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Akankah semua ini terwujud? Sama sama kita nantikan, yang pasti biaya nya akan sangat besar kali itu bang Luhut 🙂
Semoga dengan selesainya semua fasilitas pendukung, bandara Kertajati yang tadinya tidak feasible, bisa menjadi salah satu bandara yang terbaik di negeri ini, padamu kang Emil kami titipkan proses pembangunan semua fasilitas pendukung bandara Kertajati. Semakin cepat infrastruktur pendukung bandara Kertajati seperti Tol Cisumdawu dan Waduk Cipanas selesai dibangun semakin kecil pula dampak cost overrun nya. Itu sebabnya masalah ganti untung lahan harus segera dituntaskan, jangan “pelit” kepada warga terdampak, supaya tidak lagi menjadi penghambat dalam proses pembangunan fisiknya. Semoga dengan menggeliatnya bandara Kertajati akan mengurangi beban bandara Soetta yang sudah menjadi jaring laba laba kusut di udara Jakarta itu.
Jakarta-Sumedang, 7 Juni 2019
Salam betterthangood Indonesia (wa 081381001387)