Sumber: youtube
Gubernur Anies dan Wakilnya Sandiaga Uno layak diberi penghargaan atas julukan yang mereka dapatkan secara cepat, sebelum dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur saja setidaknya sudah ada 2 julukan yang diberikan untuk mereka, yaitu Gubernur dan Wakil Gubernur A-SU, yang merupakan kepanjangan dari Anies dan Sandiaga Uno, dari yang saya dengar, A-SU itu juga memiliki arti lain di bahasa jawa, ntahlah, saya kan bukan orang jawa, jadi tidak tau artinya apa.
Berselang beberapa bulan kemudian saat kasus Saracen yang memiliki 800.000 akun bajakan terungkap, Anies dan Sandi lagi-lagi mendapat julukan baru, yaitu Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Saracen. Entah kenapa mereka diberi gelar seperti itu, apakah karena pilkada DKI Jakarta kental akan muatan Sara, ayat dan mayat yang disebarkan secara massive oleh Seracen yang berhasil menyingkirkan pasangan Badja sebagai petahana?. Apakah Antara Gubernur dan Wakilnya ada kaitannya dengan kelompok Saracen? Tentu mereka sendiri yang lebih tahu.
Saat dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, dihari pertama melalui pidato pertamanya Gubernur Anies sudah menciptakan kontroversi yang rupanya sudah dia tulis sejak zaman kolonial dulu. Kontroversi tersebut mencakup pemakaian kata “pri dan non pri” dan mengatakan bahwa hanya warga Jakarta yang melihat Belanda dari dekat. Ini membuat dirinya mendapat julukan baru yaitu Gubernur Pribumi.
Untungnya pidato kontroversial tersebut tidak berlanjut karena tertutup oleh berita berita kekonyolan mereka, yang membuat warga Jakarta khususnya dan rakyat Indonesia umumnya merasa terhibur. Namun julukan Gubernur Pribumi sudah terlanjur melekat pada diri Anies Baswedan. Bahkan kekonyolan tersebut kalau dirunut ke belakang sudah ada sejak masa kampanye, misalnya menyebut Sunda Kelapa tapi tidak ada nyiur melambai, seakan tidak mau kalah, si wakil gubernur Sandiaga Uno memperagakan jurus bangau saat kampanye dan diulangi lagi saat sesi pemotretan foto Gubernur dan Wakil Gubernur.
Saat hari pertama bekerja saja, pergub yang mengatur cara berpakaian, sudah dilanggar oleh Wakil Gubernur, mulai dari tidak memakai ikat pinggang, memakai sepatu pantofel bahkan meminta diskresi kepada Gubernur, sedangkan si Gubernur sendiri memakai sepatu coklat yang seharusnya berwarna hitam, memasang lampu strobo pada kendaraan dinasnya, melawan arus saat turun dari puncak.
Tentu saja bila diceritakan satu persatu kekonyolan mereka akan sangat banyak, bahkan butuh dua sampai tiga artikel hanya untuk merangkumnya. Di tiga hari pertama mereka menjabat saja, julukan Gabener dan Wakil Gabener yang merupakan pelesetan dari Gubernur dan Wakil Gubernur sudah di anugerahkan oleh netizen kepada mereka mengingat cara kerja mereka yang tidak benar dan terkesan asal-asalan tersebut.
Dan julukan terbaru adalah Gubernur Pembohong yang diberikan oleh aktivis buruh. Munculnya julukan itu berasal dari diingkarinya kontrak politik semasa kampanye Anies Baswedan yang berjanji akan memberikan UMP 3,9 juta apabila kaum buruh mendukung mereka dan mereka terpilih. Setelah terpilih ternyata UMP yang ditetapkan oleh Anies hanya dikisaran 3,6 juta. Tentu saja penetapan tersebut menyulut amarah kaum buruh yang sadar bahwa mereka telah ditipu. Namun apa daya, semuanya sudah terlambat.
Itulah buah yang harus mereka petik. Sampai disini saya teringat apa yang pernah dikatakan oleh Ahok saat acara debat kampanye yang lalu
“Janganlah mau jadi gubernur ibarat om dan tante, merusak aturan yang sudah dibuat orangtua. Mendidik anak susah, membangun itu gampang! Kami didik anak bertahun-tahun, kami didik dengan baik jangan dirusak demi jadi gubernur saja.” (Ahok).
Dan sekarang apa yang diucapkan Beliau menjadi kenyataan. Kaum buruh yang sangat membenci Ahok sampai-sampai karangan bunga untuk Ahok pun mereka injak dan bakar, menuai hasil perbuatannya, ditipu oleh orang yang mereka dukung sampai 5 tahun ke depan.
Jadi bila ada yang mengatakan kaum buruh dengan sebutan “Useful Idiots”, saya rasa tidak salah, karena mereka gampang dimanfaatkan saat dibutuhkan dan dibuang setelah tidak terpakai lagi.
Pesan saya kepada kaum buruh, jangan ulangi lagi melakukan kesalahan yang sama saat pilpres 2019 nanti. Sudah cukup sekali ini saja kalian dibohongi, sudah cukup kalian korbankan seorang Ahok, jangan korbankan Jokowi lagi. Dukunglah orang yang benar benar mau bekerja untuk rakyat, yang tidak membohongi kalian dengan janji janji manis belaka.