Sepertinya hasutan Anies untuk membenci Ahok terus berlanjut, bahkan kali ini tidak tanggung-tanggung, orang meninggal pun diseret kembali agar terkesan dramatis. Semua ini berawal dari pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebut 24 warga meninggal dunia karena tinggal di bekas penggusuran. Walaupun kali ini tidak menyebut nama, namun kita bisa tahulah arahnya kemana.
Sayangnya hasutan Anies dibantah oleh salah satu tokoh masyarakat Kampung Akuarium, Upi Yunita saat disambangi di wilayah perkampungan Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa 17 April 2018.
Upi mengakui ada 24 warga yang meninggal, tapi bukan karena faktor tinggal di atas tanah gusuran.
“Memang benar ada 24 yang meninggal dunia, tapi jangan disebabkan karena tergusur terus meninggal. Orang yang meninggal itu memang sudah habis umurnya bukan karena tinggal di wilayah bekas penggusuran,” ujarnya saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.
Upi mengatakan, dari 24 yang meninggal, hanya satu orang yang meninggal karena serangan jantung usai menerima surat peringatan (SP) penggusuran kala itu. Selebihnya, kata Upi, memang karena faktor usia dan penyakit yang dideritanya.
Ia juga mengungkapkan ada beberapa warga Kampung Akuarium yang meninggal saat sudah dipindah ke Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Marunda, Jakarta Utara.
Satu warga balita berumur empat tahun meninggal karena terjatuh dari lantai empat rusun tempat tinggalnya. Kemudian beberapa warga lainnya yang tinggal di rusun meninggal karena sakit dan usia yang sudah tua.
“Toh saya tinggal di bekas penggusuran selama dua tahun sehat-sehat saja, kalau begitu (merujuk pernyataan Anies) kami juga harusnya ikut meninggal dong,” lanjut Upi.
Pernyataan Upi tersebut disampaikan untuk menanggapi ucapan Anies Baswedan yang menyebut 24 warga Kampung Akurium meninggal tanpa ada perlindungan yang baik setelah digusur pada April 2016 silam. Anies menyebut warga dibiarkan saja hidup di antara puing-puing bekas penggusuran.
Pernyataan bertolak belakang dengan Upi disampaikan Koordinator Wilayah Kampung Akuarium, Dharma Diani (41). Dia membenarkan pernyataan Anies. Diani menyebut ke-24 warga yang meninggal itu rata-rata karena sakit karena tinggal di bekas penggusuran.
Ia menyebut kualitas hidup yang rendah di tempat bekas penggusuran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan warganya meninggal. Selain itu tingkat stress yang tinggi akibat penggusuran juga menjadi penyebab kematian warganya tersebut.
Menurutnya 24 orang meninggal dunia dalam kurun dua tahun di satu kampung bukanlah hal yang wajar. Bahkan, ucap Diani, ada dua warga yang meninggal dalam kurun waktu berdekatan.
“Oleh karena itu kami minta ke Pemerintah Provinsi untuk membangun Shelter, dan Alhamdulillah semenjak dibangun kualitas hidup kami meningkat dan sudah tidak ada lagi kasus kematian semenjak itu,” ucap Diani.
Selama hampir dua tahun sejak Kampung Akuarium digusur, sebagian warga korban gusuran tinggal di tenda pengungsian dan rumah-rumah bedeng yang dibuat secara swadaya. Menurut Diani kondisi tempat tersebut kurang layak untuk ditinggali.
Ya iyalah Mbak Diani, toh shelter baru dibangun 2-3 bulan belakangan ini. Sebenarnya saat mau menggusur Kampung Akuarium, pemerintah daerah dimasa Ahok telah menyebarkan pemberitahuan dan menyiapkan Rusunawa untuk menampung mereka.
“Sudah dikasih rusun kok, mereka saja yang nggak mau,” kata Ahok saat dimintai komentar tentang nasib warga Kampung Akuarium yang bakal ditertibkan pekan ini di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu 5 Maret 2017.
Setidaknya ada 3 rusun yang disiapkan untuk warga Kampung Akuarium. Rusun tersebut yakni rusun di Jalan Raya Bekasi KM 2, rusun tambahan di Rusun Rawa bebek dan rusun baru di Rusun Marunda baru. Warga Kampung Akuarium juga sebelumnya telah menghuni Rusun Marunda, Rusun Rawa Bebek dan Rusun Cipinang.
Hanya sebagian kecil yang mau direlokasi, sisanya sebagian besar lebih memilih bertahan ditempat pengungsian. Sementara ditempat pengungsian sendiri, mereka harus hidup diatas puing-puing dengan sanitasi yang buruk, otomatis kesehatan juga terpengaruh dan memburuk juga, belum lagi harus tidur, antara yang sakit dengan yang sehat tinggal dalam tenda yang sama.
Padahal tujuan Ahok memindahkan mereka ke rusun adalah agar mereka bisa meningkatkan taraf hidupnya, terutama dari sisi kesehatan. Di rusunawa mereka dapat memperoleh air bersih, tempat tinggal yang layak dengan harga sewa yang murah. Belum lagi sarana kesehatan berupa klinik maupun puskesmas yang juga sudah tersedia.
Kampung Akuarium sendiri sebenarnya adalah tanah milik negara dan ada cagar budayanya juga. Sehingga tidak cocok dijadikan tempat tinggal. Belum lagi banjir rob yang kerap melanda wilayah tersebut.
Sayangnya si Gubernur yang sekarang, bukannya memberikan pendidikan yang benar kepada warganya, malah mempolitisir kondisi warga Kampung Akuarium untuk mendeskreditkan Gubernur yang lama, sampai-sampai orang meninggal pun didramatisir supaya supaya terlihat simpati kepada warga miskin. Belum lagi janji tanpa kepastian yang disampaikan kepada warga Kampung Akuarium, dimana pembangunannya masih dalam taraf belum pasti alias baru mungkin saja.
Beginilah gubernur minus prestasi namun berambisi besar, karena tidak mampu menunjukkan hasil nyata, yang dimainkan adalah psikologi masyarakat, apalagi dengar-dengar ada kemungkinan mau digandeng sebagai Cawapres oleh Capres salah satu partai yang salah satu kadernya tidak mampu bayar listrik. Mungkin Anies butuh sedikit show off agar terlihat memiliki nilai jual.