Bukan hal yang aneh jika Kawasan Kota Tua kembali ditolak UNESCO untuk dinobatkan sebagai salah satu warisan budaya dunia. Yang aneh itu justru Sandiaga yang menuding reklamasi sebagai biang penyebab ditolaknya Kota Tua menjadi warisan dunia. Salah alamat bro! saya kaget! Ibarat kata Jakarta yang gagal mendapatkan piala Adipura lalu menyalahkan kota Bogor sebagai penyebabnya…
“Salah satunya itu, karena yang dimasukkan bukan hanya Kota Tua, tapi juga Kepulauan Seribu dan lain-lain. Kan rusak gara-gara reklamasi kemarin”.
“Jadi kalau kemarin ke Kepulauan Seribu banyak sedimentasi yang berubah di sana karena ya, kalau UNESCO kan nggak boleh berubah sama sekali. Waktu kemarin dimasukkan kan submission pertama ini kawasan luas sekali. Saking luasnya, perubahan pulau terbangun salah satunya juga. Kali Besar juga kemarin ternyata revitalisasinya nggak sesuai dengan budaya,” Sandiaga Uno- Detik.com
Coba pikir sajalah, bagaimana mungkin menjadikan kawasan yang kumuh, toilet kotor, jalan berantakan penuh PKL menguasai trotoar sebagai warisan budaya dunia.
Kegagalan untuk yang kesekian kalinya ini mempertegas anggapan berbagai kalangan selama ini bahwa dibawah pemerintahan Anies-Sandi Jakarta mengalami kemunduran yang pesat. Jangankan menjadi warisan budaya, menyambut tamu Asian Games saja Kota Tua belum layak. Orang jepang yang terbiasa membuang sampah pada tempatnya pastilah akan terkejut ketika datang ke Kota Tua.
Tidak percaya pemberitaan media, saya pun datang langsung mengunjungi Kota Tua minggu lalu. Dan benar saja kondisi kota tua sangat tidak terawat. Parkir liar, toilet di museum-museum jorok dan kotor, PKL menjamur menguasai trotoar dan badan jalan. Sangat memprihatikan…
Padahal setahun yang lalu Kota Tua sudah mulai berbenah untuk menyambut tamu Asian Games, salah satunya beberapa gedung sudah di cat ulang, kali Besar mulai dijernihkan dan dibangun jembatan apung, area sekitar steril dari PKL. Namun semua tinggal kenangan setelah kedatangan “bapak PKL”.
Memang sudah berulang kali Kota Tua ini gagal diakui sebagai warisan budaya dunia. Ahok sendiri mengakui bahwa Kota Tua harus direvitalisasi jika ingin di akui UNESCO. Sementara revitalisasi kota tua tidaklah mudah. Diperkirakan memakan waktu hingga 30 tahun. Tak patah arang, Ahok menginstruksikan revitalisasi dikebut dan ditargetkan selesai dalam waktu 5 tahun. Sayangnya cita cita belum kesampaian, Ahok kalah duluan di pilkada.
Sekarang jangankan melanjutkan revitalisasi, menjaga kebersihan dan ketertibannya saja sudah susah. PKL semakin banyak dan akhirnya Satpol PP pun menyerah tak mampu menertibkan. Usai sudah perjuangan menjadikan Kota Tua sebagai warisan budaya dunia, sudah tidak ada harapan lagi untuk Kota Tua diakui UNESCO.
Dan revitalisasi Kota Tua inilah salah satu dari sekian “kasih tak sampai Ahok” yang serialnya akan saya tuliskan nanti.
Tetap ikuti Indovoices dan nantikan tulisan tulisannya.
Salam Indovoices