Teringat sambutan si Bos (pak RT) di tempat saya tinggal dalam sebuah pertemuan rutin warga pasca gubernur baru terpilih.
Si Bos mengucapkan selamat atas terpilihnya gubernur baru. Diharapkan dengan hadirnya gubernur Anies, kegaduhan-kegaduhan yang terjadi di Jakarta oleh gubernur lama bisa diakhiri.
Namun harapan si Bos untuk mengakhiri kegaduhan ibukota akibat kebijakan dan pernyataan-pernyataan Ahok semasa menjadi gubernur dengan memilih gubernur seiman belumlah menjadi kenyataan. Bukannya reda, kegaduhan era gubernur Anies malah semakin parah.
Setiap hari selalu ada saja kabar dari Balaikota yang bikin heboh dan mengundang kegaduhan. Kebijakan gubernur Anies yang katanya menganut filosofi parsitipatif dan kolaboratif yang pada pokoknya selalu melibatkan warga dalam merumuskan kebijakan ternyata juga belum mampu meredam kegaduhan, tetap saja gaduh. Ada apa??
Soal pengadaan pohon plastik misalnya, isunya berkembang semakin liar kemana-mana. Penjelasan sepotong-sepotong tanpa data dari gubernur Anies dan Sandiaga malah menambah kusut kasus ini. Padahal sudah berhari-hari pohon imitasi ini menjadi topik yang hangat diperbincangkan publik.
Kalau berdasarkan hitungan di kalender saya, tercatat sudah dua minggu polemik penanaman pohon palsu ditrotoar ini memuncaki top news di media-media nasional maupun mancanegara.
Dengan demikian polemik pohon plastik ini berhasil menyamai rekor videoklip lagu “Dan”, yang merupakan single perdana dari album pertama Sheila On 7 sekitar tahun 1999. Kalau lagu “Dan” memuncaki tangga lagu MTV Ampuh selama dua minggu berturut-turut, maka pohon palsu berhasil merajai daftar berita terhangat juga selama dua minggu…
Untuk mengakhiri kesimpangsiuran menyoal pohon palsu ini, kalau boleh saya sarankan sebaiknya gubernur Anies kembali menyewa jasa konsultan khusus pohon palsu sebagaimana juga ia lakukan untuk program rumah DP 0.
Jasa konsultan ini nantinya akan bertugas menjelaskan kepada publik mengapa pohon palsu bisa seharga 8 miliar, mengapa dipasang di trotoar yang jelas-jelas menghalangi para pejalan kaki dan mengapa pula sekarang menjadi ramai padahal sudah tiga kali dipasang tahun lalu tidak ada yang protes.
Memang perlu seorang yang ahli ngeles untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas sekaligus menyakinkan publik bahwa program pohon palsu ini adalah salah satu bentuk keberpihakan Anies kepada warga agar tidak terus menerus gaduh.
Miris memang! Anies-Sandi yang sempat dipuji-puji oleh si kepret Rizal Ramli bahwa Jakarta adem ayem setelah ganti gubernur, beda dengan jaman Ahok yang selalu ramai dan penuh kontroversi, nyatanya justru sebaliknya.
“Kami mengucapkan selamat, setelah beberapa lama gubernur dan wakil gubernur baru, terasa suasana tenang dan sejuk di DKI. Sebelumnya kita tahulah suasananya kayak apa, sekarang ada perasaan tenang dan sejuk,” Rizal Ramli- Kompas.com
Boro-boro sejuk, malah semakin parah gaduhnya. Pohon palsu mana ada sejuk-sejuknya, sumpek iya…
Terakhir, kalau sudah ganti gubernur seiman tetapi malah semakin gaduh begini, apa iya 2019 mau ganti presiden? Saya sih ogah…
Setelah ini saya akan tulis analisis mengapa Jakarta semakin gaduh. Tetapi nanti yah, sekarang mau jemput anak sekolah dulu…
Selamat siang dan jangan gaduh!!