Perhelatan Asian Games akan digelar sebentar lagi, kurang dari satu bulan tepatnya. Harus saya akui, hanya Anies yang mampu memunculkan demam Asian Games dalam waktu sesingkat ini, tepatnya dua minggu terakhir.
Gara-gara Anies, Asian Games yang awalnya adem ayem menjadi bahan pembicaraan yang hangat dimana-mana. Bukan, bukan karena kerjanya yang bersifat positif, melainkan cara kerjanya yang banyak menjadi sorotan. Tidak hanya media lokal, bahkan tak ketinggalan media luar negeri juga ikut menyorotinya.
Berdasarkan penelusiran saya, setidaknya ada dua media yang menyoroti hal ini adalah Channel NewsAsia dan The Japan News. Beberapa media luar negeri lainnya hanya melansir berita yang disampaikan oleh Channel NewsAsia.
Channel NewsAsia yang merupakan media Singapura menulis dengan judul Jakarta covers up ‘stinky, toxic’ river near Asian Games village. (Jakarta (pemprov DKI Maksudnya) menutupi sungai yang ‘bau dan beracun’ di dekat pemukiman atlet Asian Games). Media ini menyoroti apa yang dilakukan oleh Gubernur Jakarta yang menutupi Kali Item (Black River) dengan jaring hitam atau yang biasa disebut dengan waring (kawat jaring).
https://www.channelnewsasia.com/news/asia/jakarta-covers-up–stinky–toxic–river-near-asian-games-village-10549506
Sedangkan The Japan News melansir hal yang lebih kurang sama, bahkan agak sedikit kurang ajar dengan menyebut para atlet butuh penjepit hidung, hahaha. Walau hanya satu paragrap namun cukup pedas. Berikut saya kutip kalimatnya, “The athletes’ village looks ready, but some competitors might need nose pegs — it backs out onto a toxic, foul-smelling river.”
(Perkampungan atlet tampak telah siap, tapi beberapa peserta kompetisi mungkin membutuhkan penjepit hidung mengingat bagian belakang (Wisma Atlet), menghadap ke sungai beracun yang berbau busuk.
(the-japan-news.com/news/article/0004593583)
Itu hanya beritanya, belum lagi bila kita membaca komentar para pembaca berita terutama di sosmed, yang sebagian besar mengutuki ketidakbecusan si gubernur dalam mengatasi masalah bau di Kali Item.
Hal ini diperkuat oleh penjelasan Dosen teknik lingkungan ITB, Agus Jatnika, yang menjelaskan bahwa bau yang muncul di kali adalah akibat proses anaerob, sehingga terbentuk gas yang tidak masuk kategori organik. Gas itu masih bisa lolos meski dihalangi membran semipermeabel.
“Menurut saya, gas-gas itu bahkan dengan membran semipermeabel, gas masih bisa lolos. Dari segi itu, (waring) kurang efektif,” kata Agus saat dihubungi, Jumat 20 Juli 2018.
Di dunia sosmed sendiri, bahkan ada yang menyamakan tindakan si gubernur menutupi kali item dengan orang yang menyapu debu ke bawah karpet. Tindakan orang yang malas dan mau gampangnya saja, menutupi masalah namun tidak menyelesaikan masalah.
Kalau saya cenderung menyebutnya tindakan orang yang mau buang hajat baru sibuk gali lubang, hahaha. Bukan tanpa alasan saya menyebutnya demikian. Coba saja bayangkan, selama hampir sembilan bulan menjadi pemimpin DKI, tidak ada usahanya sama sekali untuk membersihkan Kali Item. Padahal waktu sembilan bulan itu sudah lebih dari cukup untuk melakukan water treatmen sepanjang 700 meter di Kali Item (Sentiong).
Dengan waktu sepanjang itu, bila dipakai untuk membersihkan sungai secara rutin, sekaligus mencari dan menyelesaikan asal sumber bau yang katanya berasal dari limbah rumah tangga, industri pembuatan tahu dan sebagainya, setidaknya Kali Item kalaupun tidak bisa menjadi Kali Bening atau Kali Hijau, minimal Kali Coklat pun jadilah, yang tentu saja tanpa disertai bau busuk.
Namun sayangnya waktu dengan waktu sembilan bulan, hanya dipergunakan untuk mengerjakan hal-hal tidak berguna seperti jalan-jalan ke luar negeri, ngurus becak, menutupi jalan, meresmikan gardu listrik dan sebagainya. Yang terbaru, saya dengar malah mau ngurus tari Poco-Poco? Astaga. Alhasil saat perhelatan Asian Games semakin dekat, dirinya kelabakan dan baru sibuk sana sibuk sini yang entah beneran sibuk atau pura-pura terlihat sibuk agar terlihat bekerja?
Menurut teman saya, bisa jadi ini merupakan strategi si gubernur untuk populer. Dengan cara bikin ulah dengan berbagai aksi konyolnya agar menjadi bahan pemberitaan di media. Jadi sebaiknya mulai sekarang, tidak perlu lagi membahas soal si Gubernur. Skip semua pemberitaan mengenai dirinya.
Namun saya menjawab, kita sih bisa saja untuk tidak menulis mengenai dirinya, tapi apa bisa kita menghentikan media-media mainstream untuk tidak meliput dirinya juga? Karena tidak bisa dan yang bersangkutan ingin populer, ya sudah kita populerkan cara kerjanya yang amburadul itu, kalau perlu hingga ke mancanegara. Bahkan kalau bisa namanya berdiri sejajar dengan Hitler atau Mussolini. Bagaimana menurut teman-teman pembaca?
Trailer Kali Item Jaman Ahok dan Jaman Anies