Indovoices.com-Terjadinya perang dagang di tingkat global tidak melulu menjadi satu-satunya alasan penghambat berkembangnya perekonomian sebuah negara, khususnya untuk Indonesia.
Tapi ada juga faktor internal yang terkait dengan ekonomi negaranya, khususnya persentase total ekspor. Misalnya, seberapa besar ekspor Indonesia ke China.
Hal itu disampaikan Pengamat Ekonomi Josua Pardede di acara Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB’9) dengan tema “Bagaimana Politik Anggaran Menjawab Ancaman Resesi Global” di Kemkominfo, Jakarta.
“Di tingkat perekonomian global, China namanya patut diperhitungkan karena masih memiliki pengaruh besar. Sejumlah negara sudah melakukan negoisasi dengan negara-negara ekonomi besar, seperti China dan Amerika,” jelas Josua.
Menurut Josua, faktor risiko bagi Indonesia atas ancaman resesi global terbilang lebih rendah. Apalagi pemerintah telah melakukan sejumlah kebijakan yang bisa menurunkan tingkat risiko tersebut.
“Dampak dari pemanasan ekonomi global, seperti kebijakan proteksionisme dari Amerika, juga permintaan komoditas tidak bisa dipungkiri membawa ketergantungan,” ujar Josua.
Sudah dijelaskan juga, lanjut Josua, bahwa pada saat terjadi penurunan harga komoditas provinsi kita juga akan mempengaruhi yang berikutnya, juga tantangan yang dihadapi dan paketan bracket bracket.
“Tapi ini memang ini tidak sampai ke pasar keuangan yang berikutnya. Sekarang ini yang terpenting adalah bagaimana isi kebijakan ekonomi yang ditawarkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga akan sangat berpengaruh,” ulas Josua.
Menurut Josua, beberapa negara yang sudah masuk adalah Argentina dan Mexico yang tergolong dalam beberapa negara yang terkena dampak dari perang dagang internasional atau Resesi global.
“Meskipun dari tantangan global cukup berat tapi sudah ada beberapa negara yang terkena imbas dari perang dagang. Tapi saya meyakini bahwa Indonesia masih tenang dalam menghadapi resesi dunia karena ekonomi kita sudah semakin matang,” papar Josua.
Selain Pengamat Ekonomi Josua Harahap, hadir sebagai narasumber Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Iskandar Simorangkir dan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Hidayat Amir. (jpp)