Jawaban Fahira Idris atas pertanyaan netizen menyoal pelarangan Sahur On The Road bisa kita jadikan pelajaran bahwa ternyata banyak manusia beragama yang tidak memakai akal. Lha padahal sangat berbahaya beragama jika tidak berakal.
Bagaimana mungkin sebuah kebijakan yang sama persis yang dikeluarkan oleh dua orang pejabat yang berbeda, bisa mendapatkan respon yang sangat bertolak belakang dari Fahira Idris.
Bayangkan saja, Fahira ngamuk dan sempat menebar ancaman ketika Ahok melarang acara Sahur On The Road.
Tetapi aneh respon sebaliknya justru terjadi saat Sandiaga Uno mengeluarkan kebijakan serupa dengan Ahok yang pada intinya melarang acara Sahur On The Road, Fahira justru memuji habis Anies dan Sandiaga. Asli aneh…
Dan inilah jawaban Fahira atas pertanyaan Netizen:
“Assalamualaikum.wr.wb.
Bismillaahirrohmaanirrohim..
Apa kabar tweeps… maaf baru sempat kultwit.. beberapa hari ini full kegiatan.. bagi yang penasaran dengan pandangan saya tentang #SOTR (‘Sahur on The Road’,red) silahkan simak yang berikut ini..
Selain penuh berkah, bulan Ramadan dimanfaatkan oleh umat muslim untuk saling berbagi terutama saat berbuka dan sahur.
Kegiatan berbagi ini sudah menjadi tradisi terutama saat sahur dengan membagi makanan ke berbagai lokasi-lokasi tertentu .. #SOTR #SOTS
Kegiatan berbagi ini sudah mjadi tradisi terutama saat sahur dengan membagi makanan ke berbagai lokasi tertentu mulai dari panti asuhan, panti sosial dan ke masjid-masjid.
Biasanya warga mengantar makanan sahur ke berbagai lokasi dengan menggunakan kendaraan terutama motor dan mobil.
Namun, terjadi penggerusan luar biasa makna SOTR yang sebenarnya baik, menjadi kegiatan yang negatif dikarenakan ulah segelintir oknum yang berkonvoi, membuat kericuhan bahkan melanggar hukum di jam-jam sahur dengan kedok #SOTR
Oknum-oknum seperti ini harus ditindak tegas karena apa yang mereka lakukan di jam-jam sahur bukanlah syiar Ramadan, justru melanggar hukum.
Sebagai warga DKI #Jakarta saya sangat mengapresiasi kebijakan Pemprov DKIJakarta lewat Kepala Dinas Sosial yang memberi opsi dengan menyiapkan berbagai lokasi terutama masjid untuk kelompok warga masyarakat yang ingin melakukan kegiatan sahur bersama dan berbagi makanan saat sahur.
Kebijakan ini solusi yg sangat tepat bagi kelompok warga yang ingin melakukan #SOTR di Jakarta sehingga bisa berlangsung aman dan tertib serta tidak memicu datangnya pengemis dan pendorong gerobak turun ke jalanan.
Jadi sahurnya itu bukan di jalanan, tetapi di lokasi-lokasi tertentu misalnya masjid, panti asuhan dan lainnya.
Istilah tepatnya sahur on the spot-lah.
Saya apresiasi kebijakan ini.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang melarang sama sekali, TANPA ADA SOLUSI. #SOTR #SOTS
Sesungguhnya kegiatan #SOTR bukanlah berkonvoi, membagikan makanan dan makan sahur di jalanan sehingga berpotensi menimbulkan berbagai persoalan mulai dari tawuran hingga sampah.
Namun, makna #SOTR yg sebenarnya adalah syiar Ramadan lewat berbagi makanan dan sahur bersama dengan mereka yang kurang beruntung yang berada di panti-panti asuhan, panti jompo, panti sosial, masjid atau ke lokasi-lokasi yang warganya perlu mendapat bantuan seperti di kampung-kampung bekas penggusuran.
Jadi memang harus diorganisir seperti yang dilakukan Pemprov DKIJakarta saat ini dengan menyediakan opsi-opsi lokasi berbagi makanan saat sahur.
Sekali lagi salut untuk Mas Anies Baswedan dan Bang Sandi Uno yang punya solusi jitu untuk kegiatan berbagi makanan di jam-jam sahur.. Bravo Pemprov
Demikian tweet saya tentang ‘Sahur on the Spot’, Mengembalikan Makna Sejati #SOTR untuk Berbagi, Salut untuk Pemprov DKI #Jakarta.
Sekian dan terima kasih Wassalam, #FI. JurnalIndonesia.co.id
Padahal andai saja mbak Fahira ini sedikit saja menggunakan akal dan mengesampingkan kebenciannya terhadap Ahok, tantangan berhadapan satu lawan satu untuk Ahok tidak perlu terjadi karena sejatinya Ahok tidak pernah melarang acara Sahur On the Road. Yang Ahok larang adalah kegiatan ugal-ugalan dijalan raya saat jam sahur.
Jika Fahira membandingkan Anies yang mengakomodir acara Sahur On The Road lewat masjid-masjid sedangkan Ahok tidak, itu hal lain menurut saya karena saat menantang Ahok saat itu bukan lantaran tidak ada solusi yang dipermasalahkan Fahira, tetapi pelarangannya.
Saya bekerja disebuah perusahaan yang mengelola hotel brand Asing dan setiap tahun selalu mengadakan acara Sahur On the Road. Kita membagikan makanan santap sahur ke sebuah yayasan, panti asuhan atau masjid yang telah di survey sebelumnya dan mendapat ijin dari pemangku pemerintahan setempat. Artinya dari dulu dari tahun ke tahun kegiatan ini sudah diakomodir pemerintah. Bukan saat Anies dan Sandiaga saja…
Dan yang dilarang Ahok tentu saja bukanlah acara Sahur On the Road seperti yang dilakukan oleh perusahaan tempat saya bekerja melainkan sahur yang anarkis, ugal-ugalan dan buang sampah sembarangan.
“STOR itu konsep dan tujuannya bagus, bantu orang kurang mampu. Tapi kalau cuma ngumpul-ngumpul keliling konvoi, buang sampah sembarangan, itu tidak sesuailah. Buat apa puasa kalau buang sampah sembarangan. Ajarannya kebersihan sebagian dari iman,”.
Ahok, Balai Kota, 17 Juni 2015 . Kompas.com
Lagipula Ahok juga tidak berani terang-terangan melarang, dia menyerahkan sepenuhnya kepada pak Sekda Saefullah untuk mengatur dan memutuskan perihal Sahur On The Road ini.
Sehingga mohon maaf saya harus mengatakan bahwa jawaban mbak Fahira atas pertanyaan warganet tersebut tak lebih dari sekedar ngeles bajaj saja.
Dari Mbak Fahira Idris, seorang anggota dewan yang cantik dan terhormat kita belajar bahwasanya kebencian merusak akal sehat dan membuat kita berlaku tidak adil.
Selamat pakai akal!!