Film JOKER pada intinya mengisahkan seorang Anak manusia yang harus menentukan pilihan apakah dia akan dikuasai oleh Dunia yang kelam atau dia menguasai Dunia yang kelam dengan keadaan Psikologi yang abnormal yang dimilikinya. Film ini akan membawa kita menyusuri kelamnya Kota Gotham yang banyak menyimpan kisah kelam dan Brutal di tahun 80an yang secara luar biasa digambarkan dengan Sinematografi yang sangat artistic. Kita akan terbawa dalam penjiwaan seorang karakter yang bernama Arthur Fleck, seorang penderita Pathological Laughter and Crying (PLC) – yang merupakan sebuah kelainan Psikologis dimana seseorang tidak bisa lagi mengontrol perasaan Tertawa dan Menangis, penderita akan tertawa dan menangis secara bergantian hanya karena kejadian yang sebenarnya biasa biasa saja, Kondisi Arthur semakin memburuk, karena disaat yang bersamaan dia juga mengidap kelainan Schizophrenia, penyakit kejiwaan yang ditandai dengan sikap yang tidak normal, cara bicara yang aneh dan sulit membedakan Fantasi dan realitas. Dia tumbuh diawali sebagai seorang pria lugu yang mencoba menjadi penghibur baik secara standup comedy maupun menghibur mereka yang sedang sedih. Ironisnya, Lingkungan brutalnya, Ibu yang sering menyiksanya bahkan Politikus favorit yang semakin menunjukkan kepalsuannya mengubah Arthur menjadi pria Normal menjadi Pria yang rusak, apalagi dia semakin terperosok menjadi semakin gila saat dia disalahgunakan oleh Psikolog yang menghianatinya.
Cerita film itu sangat pas dengan kondisi masyarakat sekarang. Lalu, di hadapan mafia (yang greedy), Joker dengan santai membakar tumpukan uang tersebut. Ketika salah seorang mafia bertanya, ’’Kenapa (sudah susah-susah merampok, lalu dibakar uangnya)?’’, Joker tak menanggapinya. Setelah membunuh mafia itu, dia berkata santai: ’’Kota ini butuh penjahat yang lebih baik.’’ Makanya, ketika Joker membunuh tiga karyawan Thomas Wayne (representasi dari yang berkuasa) yang berusaha mem-bully seorang perempuan di sebuah trem, timbullah gelombang aksi demonstrasi di seluruh Gotham City. Massa kemudian mengidentikkan diri sebagai Joker, dan membuat kerusuhan di mana-mana serta menuntut penjungkirbalikan sistem dan melawan oligarki.
Prinsip JOKER juga ada di Indonesia, ini banyak ditemui di Politikus Politikus yang dikenal sebagai Barisan Sakit Hati yang awalnya mendukung Pemerintah Pusat, akhirnya ramai ramai menyerang pemerintah Pusat sebagai dampak Reshuffle cabinet karena performa kerjanya kepada Masyarakat seperti Rizal Ramli, Anies Baswedan, Sudirman Said dan lainnya. Apakah ini salah Pemerintah Pusat ataukah kekeliruan dari performa mereka? Ya, ini adalah jawaban Indonesia bahwa Tidak semua pemimpin disamakan seperti Politikus dalam Film JOKER, Orang Jahat bukan berasal dari Orang baik yang tersakiti terus, ada kalanya Orang baik yang tersakiti terus akan tetap mengabdi kepada Sumpah seorang Pemimpin dan ini menjawab bahwa terkadang, ada beberapa Pemimpin dimana salah satunya Presiden Jokowi yang tetap memutuskan hal hal yang terpaksa harus membuat sekelompok pendukung menjadi Common enemy untuk kemaslahatan banyak orang.
Film JOKER menjadi tamparan bagi kita, khususnya kita semua di Indonesia. Walaupun kita paham bahwa Kejahatan yang dilakukan Arthur Fleck tidak bisa ditolerir, tetapi kita harus sadar bahwa Rakyat pada waktunya di suatu Point tertentu akan berteriak hal yang sama seperti Arthur Fleck “ENOUGH IS ENOUGH”, Sepolos apapun mereka, mereka akan beringas, Inilah yang tidak kita harapkan, disaat Masyarakat yang sudah eneg dengan kondisi sosial Politik yang ada harus berhadapan face to face dengan sekelompok Common enemy yang menjadi lawan pemerintah Pusat. Inilah yang harus dihadapi Presiden Jokowi sebagai seorang Pemimpin. Inilah saat harus merangkul Lawan, bukan untuk memusuhi dan menyerang mereka tetapi harus menggunakan strategi Tarik ulur agar mereka tidak sampai merasa diatas angin, tetapi jangan sampai juga mereka merasa seperti disisihkan. Strategi inilah yang akhirnya bisa membendung bagaimana sebuah kekuatan Radikalisme tidak membesar dan memukul telak Pemerintah Pusat, terlebih Presiden dan Wakilnya. Situasi harus dipahami oleh semua wakil rakyat, baik dari Pihak Oposisi maupun dari Pihak Pendukung Pemerintah Pusat.
Jangan sampailah bertarung atas nama rakyat tetapi ketika sukses menggapai Singgasana kepemimpinannya, mereka lupa sama yang sudah mendukung mereka selama ini.
Didalam filmnya, Penduduk kota Gotham membenci Joker berkat aksi-aksi berdarah yang dilakukannya, mulai dari penyanderaan sampai dengan pembunuhan. Tapi hal itu tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap persepsi penonton terhadap tokoh Joker beserta aksi dan motifnya. Penonton masih dapat memaklumi tindakan-tindakan tersebut atas nama pesimisme dan kebencian pada kepalsuan. Cara ini juga bekerja, mengingat respons penonton dari seluruh dunia yang menghiasi lini masa media sosial.Di dalam film, Joker pada akhirnya mendapat banyak dukungan publik atas tindakannya karena dianggap mewakili aspirasi yang selama ini tertahan, sekaligus menginisiasi meledaknya sebuah gerakan. Kejadian yang sama terjadi juga di Indonesia, dimana di suatu isu, bahkan dilakukan oleh seorang Pemimpin daerah yang sudah notabene melakukan tindakan ngawur kepada daerah tertentu, masih saja dianggap Pahlawan dan Idola yang dielu elukan dan dibela, siapa mereka, saya yakin dan percaya, Para pembaca bisa menebak siapa orang orang ini. Banyak kebijaksanaan dari mereka yang lucu lucu dan bisalah kita sebut mereka sebagai JOKER, tetapi bagi sekelompok Pendukung, kebijaksanaan konyol itu dianggap sebagai Solusi yang luar biasa cerdasnya. Entahlah apa yang terjadi di Masyarakat Indonesia sekarang ini, apakah Gotham City sudah pindah ke Indonesia? Semoga saja itu tidak terjadi dan semoga di Tahun 2024, kita memiliki Pemimpin seperduli Joko Widodo atau setaranya dan jangan sampai mereka yang cuman bisa bercanda seperti karakter Arthur Fleck dalam Film JOKER