Indonesia hampir dapat dipastikan akan kembali dipimpin oleh Jokowi untuk periode kedua, kemenangan ini terlihat dari hasil quick count yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey pada pilpres 2019 yang dilaksanakan 17 April 2019 ini.
Kemenangan Jokowi atas lawannya Prabowo Subianto merupakan kemenangan yang kedua kalinya. Yang pertama terjadi di pilpres 2014 yang lalu. Saat itu Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih 70.997.85 suara (53,15 persen) mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa yang meraih 62.576.444 suara (46,85 persen). Jumlah itu berselisih 8.421.389 suara berdasarkan hasil resmi dari KPU.
Sementara untuk kemenagan di pilpres 2019 ini, meskipun dari pihak KPU belum mengeluarkan perhitungan resmi (perhitungan resmi dari KPU akan diumumkan tanggal 25 April 2019). Namun berkaca dari hasil Quick Count (QC) yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey yang kredibel, menunjukkan suara untuk Jokowi-Maruf berada di atas pesaingnya, Prabowo-Sandi.
Hasil Quick Count beberapa lembaga suvery tersebut menempatkan pasangan Jokowi-Maruf berada di rentang suara antara 54-56 persen, sedangkan untuk kompetitornya, pasangan Prabowo-Sandi ada di kisaran 44-46 persen. Perhitungan QC tersebut masih berlangsung hingga saat ini.
Kemenangan Jokowi sendiri sebenarnya sudah diprediksi sejak lama. Pembangunan dan program-program yang dilakukannya selama 4,5 tahun terakhir dinilai cukup berhasil, dimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil kerja Jokowi mencapai 70 persen.
Namun bukan berarti langkah Jokowi untuk memenangkan pilpres ini berlangsung tanpa hambatan. Berbagai hoax bermunculan menyerang petahana. Sebut saja soal hoax Ratna Sarumpaet, hoax yang menyebutkan Jokowi keturunan PKI, hoax yang meragukan ke-Islaman Jokowi, hoax tentang tenaga kerja asing hingga hoax akan dilegalkan pernikahan sejenis dan peniadaan azan bila Jokowi terpilih mendera petahana selama delapan bulan terakhir.
Hoax-hoax tersebut hanya sebagian kecil dari total hoax yang berhasil dijaring oleh Kominfo. Dari bulan Agustus 2018 hingga Februari 2019, Kominfo berhasil mengidentifikasi 771 hoax, dan di bulan Maret 2019 tercatat ada 453 hoax. Dimana sebagian besar yang menjadi target serangan hoax adalah petahana dan KPU.
Hoax terakhir yang cukup meresahkan adalah tentang surat suara yang tercoblos di Malaysia, yang pengusutannya masih terus berlanjut hingga sekarang oleh Kepolisian Diraja Malaysia bekerjasama dengan Polri.
Jokowi sendiri berkali-kali mengklarifikasi soal fitnah dan hoax yang diterimanya. Bahkan dalam berbagai kesempatan Jokowi memberikan pesan kepada para pendukungnya, para ulama serta para relawan untuk menjelaskan kepada masyatakat fakta yang sesungguhnya.
Dan sepertinya upaya tersebut cukup berhasil. Apalagi beberapa hari menjelang pencoblosan, Jokowi mendapat undangan dari Raja Arab Saudi untuk berkunjung. Tidak hanya mendapatkan tambahan 10.000 kuota haji untuk Indonesia, Jokowi bahkan diundang oleh Raja Salman yang merupakan penjaga dua kota suci Mekah dan Madinah untuk masuk ke Kabah, yakni tempat suci umat Islam yang tidak dapat dimasuki oleh sembarang orang. Hal ini sekaligus semakin memantapkan pilihan umat Muslim kepada Jokowi.
Dan akhirnya presiden rakyat yang berasal dari rakyat dan dipilih oleh rakyat, diperkirakan akan berhasil memperoleh kemenangan dan memimpin untuk kedua kalinya. Namun seperti kata pepatah, pesta telah usai namun kerja belum selesai. Ada segudang pekerjaan rumah yang menunggu untuk dituntaskan.
Sebagian merupakan program yang telah berjalan separuh jalan yang sudah dimulai sejak periode pertama Jokowi. Sebagian lagi merupakan program-program baru yang akan dijalankan di periode kedua ini.
Progran-program yang telah separuh jalan diantaranya adalah penuntasan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah di Indonesia, revitalisasi pelabuhan, bandara, terminal, pembangunan jembatan, bendungan, embung, pembangkit tenaga listrik dan lain sebagainya.
Sedangkan program-program baru Jokowi yang lebih difokuskan kepada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) diantaranya yang cukup kita kenal adalah peluncuran 3 kartu sakti yaitu,
Kartu Indonesia Pintar (KIP) hingga jenjang kuliah. Diharapkan, anak-anak Indonesia yang lulus SMA/SMK atau sederajat bisa meneruskan pendidikan ke kuliah.
Kedua adalah Kartu Pra-Kerja. Kartu ini berfungsi memberikan pelatihan bagi anak-anak yang lulus kuliah.
Yang terakhir adalah Kartu Sembako Murah. Yang dapat dipergunakan oleh keluarga yang kurang mampu untuk membeli sembako dengan potongan harga.
Itu belum termasuk reformasi yang akan dilakukan oleh Jokowi di bidang hukum, olahraga, pendidikan, pariwisata dan ekonomi.
Namun tentu saja yang utama dan menjadi langkah pertama setelah pilpres selesai adalah rekonsiliasi, yakni memulihkan hubungan menjadi normal kembali antar kedua pasang kandidat, tim sukses, simpatisan maupun masyarakat luas setelah proses politik yang membelah masyarakat selama beberapa bulan terakhir.
Jiwa besar dari kedua pasangan kandidat presiden dan wakil presiden merupakan kunci utama tercapainya rekonsiliasi nasional. Pihak yang kalah harus memiliki kebesaran hati untuk menerima kekalahan mereka. Sementara itu, pihak yang menang jangan menyombongkan diri, dan berusaha untuk mengajak kubu lawan untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih maju ke depannya.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengajak semua masyarakat agar tetap bersatu, menjaga kerukunan dan persaudaraan usai Pilpres 2019.
“Marilah kita kembali bersatu sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Setelah pileg dan pilpres menjalin merawat persatuan, kerukunan kita sebagai saudara sebagai setanah air,” kata Jokowi dalam pernyataannya di Djakarta Theater, Jl MH Thamrin, Jakpus, Rabu 17 April 2019.
Setuju kah Anda?