JOKOWI SAVAGE!
Jawaban Jokowi Maruf mematikan! Prabowo Sandi Blunder!
Uno Salah Data! Prabowo Tuduh Serang balik tapi dismash Jokowi!
Pak KH Maruf Amin kok diam saja!
Jokowi Maruf dan Prabowo Sandi score 10:0
dan sebagainya
Komentar diatas menghiasi Forum Medsos baik di kubu Prabowo Sandi dan kubu Jokowi Maruf.
Apakah kita harus berbangga dan yakin Jokowi Maruf pasti menang? Optimis harus tapi lengah jangan.
Kita jangan lupa momen Patah hati tanggal 19 April 2017, tepatnya di Provinsi DKI Jakarta. Seiring dengan merambatnya waktu menuju sore, akhirnya penantian para pendukung masing-masing paslon terjawab. Berdasarkan hasil quick count, pendukung Paslon No. 2 Ahok-Djarot, termasuk “penulis,” harus menelan “pil teramat pahit.” Ahok-Djarot kalah! Ya, Paslon No. 3 Anies-Sandi yang unggul alias menang. “Boro-boro” kalah tipis, justru Ahak-Djarot kalah telak dari Anies-Sandi. Ingat? Itu momen menyakitkan baik untuk para pendukung maupun Ahok Djarot sendiri.
Apa karena ada momen sekelompok pemuda pakai baju kotak kotak yang teriak histeris saat Anies Sandi menang? Ataukah ada ibu ibu jadi jadian pakai baju kotak kotak yang membagikan sembako, sehingga mengira Anies Sandi adalah Superhero DKI Jakarta? Ya bisa saja.
Atau karena Ahok saat itu menyandang predikat Penista Agama walaupun belum divonis hakim sehingga warga DKI yang muslim jadi takut? Ya bisa saja kemungkinannya disitu.
Apakah itu bisa terjadi? Bukannya Jokowi sangat menguasai panggung Politik pemerintahannya? Dia hapal semua angka dan figure dan semua kasus yang sedang dihadapinya. Ibarat kata, Jokowi seperti anak sekolah yang sudah siap menghadapi EBTANAS karena sudah benar benar menguasai seluruh subyek pelajarannya, sementara Prabowo Sandi ibarat anak sekolah yang bengal yang suka keluyuran, kalau disuruh belajar susahnya setengah mati dan kalau ditanya mangenai soal yang akan diujikan, jawabannya suka ngaco ngaco dan tidak nyambung.
Ada hal menarik yang penulis bisa jelaskan disini, saat Penulis diskusi dengan seorang kawan yang mempelajari ilmu Politik. Jangan bilang dia kayak Rob Allyn, hal itu sudah dibantah walaupun belum ada yang tahu itu bantahan karena beneran atau karena hoax alias tidak mau mengaku.
Intinya kawanku paham sekali soal Politik baik politik yang terjadi di Amerika maupun yang terjadi di Indonesia, serta dia juga mempelajari kenapa Ahok Djarot di DKI Jakarta dan Djarot Sihar bisa kalah lagi di Sumut.
Dejavu? Ya bisa saja, tapi jangan panik. Ibarat kata, orang yang pernah cerai pun, walaupun dia nikah lagi, dia tidak akan cerai jika mau belajar kenapa insiden itu terjadi.
Temanku menjelaskan “ Lu tau gak kenapa kasus Vanessa Angel melejit? Tapi elu tau gak banyak anak bangsa yang luar biasa di Internasional tapi beritanya kayak Rengginang melempem di Indonesia seperti Berita Ikhwan Dhandy Hibatulloh, bocah 13 tahun asal Jember yang meraih prestasi tingkat internasional di Matematica dan sains di Bulgaria? Atau Hasna Shofwatul Azizah yang meraih penghargaan di MTQ Internasional di Abu Dhabi ? Atau berita Samantha Edithso pecatur cilik yang memenangkan 2nd FIDE World Cadets Rapid and Blitz Championships? Kalau gue gak cerita, elu pasti gak tahu kan?”
Ini penjelasannya. Semua orang tua di Indonesia baik masih Millenial maupun sudah Jadoel, apalagi anak anak ABGnya, mereka masih punya stigma di dalam otak mereka bahwa Anak anak nakal itu lebih punya potensi daripada anak anak alim. Coba saja kalian perhatikan, anak anak yang suka lari sana sini, susah dinasihatin, berandal, suka bikin gara gara pasti akan jadi pusat perhatian ketimbang anak anak yang sukanya belajar dirumah, tidak suka keluyuran, berdiam diri, rajin ibadah, PRnya selalu sudah dikerjakan sebelum pelajaran mulai. “BAD BOY” lebih ngehits daripada “ANAK ALIM”.
Jika kamu sadari, Prabowo Sandi dalam kampanyenya termasuk Debat Pilpres kemaren, mereka banyak belajar dari Donald Trump. Donald Trump yang dianalogikan sebagai Bajingan yang otaknya seks seks seks seks seks bahkan bisa memenangkan pilpres dengan analogi itu.
Apa Prabowo Sandi berhasil dengan strategi itu? Ya mereka sukses! Terbukti bahkan kubu Jokowi Maruf hampir di tiap medsos, WAG, bahkan ada yang begitu kreatifnya buat Video Parodi di Youtube untuk menyindir mereka yang melakukan kebodohan di Debat Pilpres.
Mereka sukses menyita perhatian kalian, wahai kalian Pendukung Jokowi Maruf! PLUS Pendukung mereka sendiri tentunya! dan tentunya SWING VOTERS yang sedang mikir mikir.
Trus keuntungan apa yang didapat? ATTENTION! Mereka sukses mendapatkan ATTENTION rakyat Indonesia Totalitas.
Lalu Keuntungan apa lagi yang didapat? EMOTION! itu yang mereka gali. Emosi kalian wahai Pendukung Jokowi Maruf. Kalian terlena dengan kebodohan mereka dan mulai para pendukung Jokowi Maruf meledek mereka, menyindir dengan MEME, menyindir dengan Broadcast lucu lucuan, menyindir dengan Video Parody, malah tidak menutup kemungkinan nantinya akan ada pendukung Jokowi Maruf yang terlalu kreatif membuat lagu untuk “Menghina” kebodohan mereka dan Blunderitas mereka dalam Debat Pilpres.
Efektifkah? YA! Sangat Efektif sekali untuk menggerus suara dari SWING VOTERS. Ini yang terjadi di Pilkada AHOK DJAROT vs ANIES SANDI yang kita semua lupakan. Kita sibuk menghina dan menyindir ANIES SANDI sampai lupa bahwa timses ANIES SANDI sendiri sedang keluyuran cuci otak Grassroot dibawah dengan menyebarkan stigma jangan pilih pemimpin Kafir dan jangan pilih Penista Agama, akibatnya selesailah sudah, seperti yang kita ketahui Ahok Djarot kalah!.
Jadi gimana harusnya? STOP! Jangan beri Panggung sedikitpun untuk Prabowo Sandiaga. Hargai kebodohan mereka, Biarkan ketololan mereka, Stop sebut sebut Tagline kebodohan mereka. Jika mereka sebar fitnah, counter dengan data. Tapi tidak perlu menghina lawan apalagi menghina fisik. SWING VOTERS sedang mengamati dan belajar! Mereka belajar untuk menentukan nurani mereka. Apakah mereka akan memilih Jokowi Maruf ataukah Prabowo Sandi. Bantu mereka dengan menunjukkan kepada mereka bahwa kita relawan yang beradab bukan biadab.
Prabowo Sandi bukan orang bodoh. Mereka sudah banyak belajar dari kemenangan di Pilkada DKI Jakarta dan juga Sumatra Utara.
Fokus ke fitnah yang mereka sebar, counter isunya tapi jangan hina dan sindir orangnya apalagi fisiknya. Kita harus bantu Swing Voters menentukan akal sehatnya.
Tertawa akan kebodohan orang lain bisa saja kita lakukan, tetapi jangan lengah dan terlalu percaya diri. Grassroot dan rakyat bawah lagi dicuci otaknya, ini saatnya kita membagikan Antivirus kepada mereka yang sudah menelan bulat bulat Hoax. Prabowo Sandi bisa saja kampanye Adil Makmur, tetapi relawannya tetap saja kampanye soal SARA. Ini banyak terjadi di daerah, karena mereka sudah hajar kromo tidak perduli apapun, pokoknya sebar Hoax selama bisa menang, makanya Tagline diubah jadi Indonesia Menang.