Hari ini menjadi hari yang bersejarah bagi para Ahokers dimana merupakan tanggal bebasnya BTP setelah menjalani hukuman selama hampir 2 tahun. Meskipun awalnya para pendukung berniat melakukan penyambutan ke Mako Brimob, namun kemudian dibatalkan mengikuti permintaan BTP.
Acara penyambutan pun kemudian dialihkan ke RPTRA Kalijodo. Kalijodo sendiri seakan sudah menjadi simbol yang melekat diri seorang Ahok, bukan karena dia adalah pelanggan setia di sana. Namun karena keberhasilannya merubah kawasan perjudian, premanisme dan pelacuran di Jakarta itu menjadi sebuah taman bermain yang ramah untuk keluarga.
Menilik sekilas ke belakang, Kalijodo di jaman Belanda dulu merupakan sebuah lokasi untuk mencari jodoh. Lalu tempat yang dijadikan pertemuan pencarian jodoh dinamakan Kalijodo. Dalam bahasa Jawa artinya “Sungai Bertemunya Jodoh”.
Seiring berjalannya waktu pada abad 20, Kalijodo pun berkembang menjadi tempat hiburan yang tidak hanya diincar para pria asal etnis Tionghoa. Bahkan masyarakat pribumi dan etnis lain juga ikut menikmati. Alhasil, hal ini pun membentuk Kalijodo sebagai sebuah tempat yang terkenal dengan daerah pelacuran. Bahkan setelah pemerintah menutup lokalisasi pelacuran Kramat Tunggak pada tahun 1999, Kalijodo kian ramai dikunjungi.
Dengan menempati area seluas 10.000 m2 menjadikan Kalijodo sebagai lokasi perjudian dan pelacuran terbesar di Jakarta ketika itu. Rencana untuk menertibkan Kalijodo sudah ada sejak tahun 2014 karena dianggap berada di kawasan jalur hijau. Namun kemudian tertunda karena menunggu penertiban Waduk Pluit selesai.
Pemprov DKI di bawah kepemimpinan BTP pun mendapatkan momentumnya ketika terjadi kecelakaan yang melibatkan mobil Toyota Fortuner akibat pengemudinya minum minuman keras sepulang dari Kalijodo.
Akhirnya pada tanggal 29 Februari 2016, penduduk Kalijodo direlokasi dengan melibatkan 5000 personel Polri, 2500 personel Satpol PP dan 400 personel TNI. Saat akan melakukan relokasi, polisi berhasil menyita 400 anak panah yang diperkirakan akan dipergunakan oleh para preman peguasa Kalijodo untuk melawan petugas ketika itu. Beruntung dengan adanya penyitaan tersebut, relolasi pun berjalan dengan lancar.
Kalijodo pun kemudian dibangun dengan desain yang diarsiteki oleh arsitek ternama Indonesia Ir Yori Antar Awal, yang juga menjadi arsitek utama Lapangan Banteng dan Monumen Kapsul Waktu di Irian Jaya. Dengan biaya pembangunan mencapai 25 miliar rupiah, uniknya pembagunan RPTRA Kalijodo ini bahkan tidak menggunakan satu sen pun uang APBD. Semua biaya pembangunan ditanggung oleh PT Sinar Mas Land dengan skema Corporate Social Responsibility (CSR).
Berbagai fasilitas pun dibenamkan dalam pembangunan RPTRA/RTH Kalijodo tersebut, mulai dari arena skateboard berstandar internasional, plaza, forest sculpture, area tamasya, lintasan jogging, lintasan sepeda, skate park, amphitheater, musala, toilet, outdoor fitness, dan ruang hijau. Sedangkan untuk RPTRA Kalijodo disediakan ruang laktasi, perpustakaan, toilet, arena bermain anak.
Arsitek Yori Antar pun mengungkapkan kekagumannya terhadap pembangunan RPTRA ini.
“Bayangin saja, betapa kerennya konsep RTH dan RPTRA ini, semua dibangun dengan uang perusahaan-perusahaan yang ada, lewat CSR mereka, lalu, semuanya diberikan ke pemerintah, jadi APBD-nya bisa digunain buat yang lain,” kata Yori ketika itu.
Dan terbukti ketika pembangunannya selesai. RPTRA Kalijodo menjadi salah satu Ikon kebanggaan Kota Jakarta yang sangat dikagumi. Lalu, BAAMMM, BTP pun harus masuk penjara terhadap tuduhan penistaan agama dengan vonis 2 tahun.
Kepemimpinan kemudian beralih kepada Anies. Seperti yang diprediksi oleh banyak pihak, tidak ada upaya untuk merawat dan meneruskan warisan Ahok untuk warga Jakarta selama Anies memegang tampuk pimpinan di DKI. Yang ada malah terlihat usaha-usaha untuk menihilkan hasil kerja BTP. Terbukti saat peresmian Lapangan Banteng, tidak sekali pun nama BTP disebutkan. Bisa jadi karena dia sadar kemampuannya tidak ada setengahnya dari BTP, rasa cemburu membuatnya berupaya mendelegetimasi prestasi BTP terutama dari pikiran warga DKI.
Kalijodo pun menjadi tempat yang semrawut, berbagai kerusakan di sana sini tiada diperbaiki, pohon dan taman yang tidak terurus perlahan menjadikannya mulai kumuh kembali. Lahan parkir yang awalnya disediakan gratis, mulai dikuasai oleh para preman yang mengutip bayaran.
Setelah mendapatkan kecaman dari berbagai pihak, sejumlah petugas Dinas Kehutanan DKI Jakarta pun kemudian ditugaskan melakukan perawatan Taman Kalijodo, Jakarta Utara.
Sesekali walau tidak rutin, relawan Ahok juga ikut merawat RPTRA tersebut.
Dan hari ini, Kalijodo menjadi tempat berkumpulnya para pendukung BTP untuk menyambut keluarnya BTP. Berbagai acara pun akan digelar dan dilaksanakan pukul 14:00 Wib nanti. Mulai dari pembacaan doa lintas agama, orasi perwakilan, testimoni anggota masyarakat dan ditutup dengan hiburan.
Tidak diketahui apakah acara tersebut akan dihadiri oleh Ahok atau tidak, namun pengadaan acara tersebut menandakan semangat para Ahokers tidak pernah padam untuk selalu mendukung orang-orang baik seperti Jokowi dan Ahok. Sama seperti BTP yang harus terpenjara namun tidak pernah mampu menghapus Tjahaya Sang Purnama yang menyeruak dari jeruji besi yang mengungkung dirinya selama ini.
Melalui pemberitaan yang ada, Ahok sudah keluar dari Mako Brimob sejak pukul 07.30 Wib tanggal 24 Januari 2019, hari ini, tadi pagi.
Pria yang kini ingin dipanggil BTP ini pun telah dijemput oleh putra sulungnya, Nicholas Sean Purnama, dan perwakilan Tim BTP termasuk Ima. Dari pihak keluarga, hanya Nicholas yang menjemput.
Berbagai kegiatan dan kesibukan telah menanti beliau, bahkan kepastian pernikahannya dengan Bripda Puput Nastiti Devi tanggal 15 Februari 2019 nanti, hampir fix. Mungkin konfirmasi sesungguhnya, tidak saja terkait pernikahannya, namun juga berbagai kegiatan dan rencana masa depannya serta yang terpenting apakah dirinya tetap akan berada di dunia politik atau tidak, dapat kita ketahui melalui wawancara BTP dengan Metro Tv yang akan dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2019, pukul 19.05 Wib, lusa.