Indovoices.com –Di era industri digital 4.0, perkembangan teknologi berkembang begitu pesat. Di Indonesia, peredaran jumlah handphone (HP) lebih banyak daripada jumlah penduduk. HP telah menjadi gaya hidup serta menjadi alat interaksi masyarakat di media sosial. Namun penggunaan HP yang masif ternyata memiliki dampak sosial yang serius.
Direktur Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum dan Keamanan Kementerian Komunikasi dan Informatika Bambang Gunawan mengimbau agar masyarakat berhati-hati dengan konten-konten negatif, seperti radikalisme di media sosial. Doktrin radikalisme dan intoleransi menurutnya sekarang beredar luas di media sosial.
“Banyak orang terpapar radikalisme itu lewat HP, tidak lagi secara fisik di perkumpulan-perkumpulan. Banyak portal-portal yang isinya konten-konten negatif, menyebarkan radikalisme dan intoleransi,” ujar Bambang dalam dialog Teras Negeriku berjudul “Ancaman Radikalisme dan Pencegahannya” di Lamongan, berdasarkan rilisnya, Jumat (26/3).
Lantaran itu, ia mengimbau masyarakat untuk bijak dalam bermedia sosial, saring informasi sebelum sharing, khususnya bagi mahasiswa. “Bahaya kalau kita terima informasi di media sosial tanpa menyaringnya. Informasi yang diterima, diyakini kebenarannya, padahal belum tentu. Sebagian besar berita di media sosial itu hoaks,” tegas Bambang.
Sementara, Direktur Perlindungan Badan Nasional Penanganan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Herwan Chaidir membeberkan pihaknya telah mengunjungi seluruh daerah di Indonesia untuk mendeteksi perkembangan intoleransi dan masalah radikalisme. Menurutnya, radikalisme pasti diiringi dengan sikap-sikap intoleransi. Paham ini terus berproses hingga mengarah ke terorisme.
“Kita keliling Indonesia, melakukan deteksi terhadap kelompok-kelompok yang diduga menyebarkan paham radikalisme. Kelompok-kelompok ini berproses, mulai dari doktrin radikalisme kemudian berperilaku intoleran, kemudian bisa berujung ke aksi terorisme. Ini yang selalu kita monitor dan awasi lewat berbagai operasi,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator IK Hankam Ditjen IKP Kemkominfo Dikdik Sadaka membeberkan strategi Kemkominfo dalam menyikapi persoalan radikalisme dan terorisme. Pertama, Kominfo melakukan pencegahan dengan cara menumbuhkan kesadaran di tengah masyarakat.
Kominfo melakukan sosialisasi agar masyarakat tidak terlibat radikalisme, intoleransi berujung pada terorisme. Kedua, Kominfo juga melakukan penindakan terhadap hasil pengawasan konten-konten negatif yang berbau radikalisme.
“Kami melakukan tindakan bagi konten-konten website yang cenderung ke arah terorisme. Kami memonitor per hari, 24 jam. Jika ada konten-konten yang mencurigakan, berbau radikal, mengajak perpecahan pada bangsa, kami tindak langsung dengan cara diblokir,” tegas Dikdik.