Kejadian memalukan yang menimpa empat anggota tim bola basket Asian Games Jepang, terkait kasus prostitusi, sehingga terpaksa dikembalikan ke negaranya dengan biaya sendiri, kemarin, membawa cerita tersendiri yang menarik untuk disimak.
Menariknya karena selain mempermalukan Jepang sebagai asal keempat atlet tersebut, juga merupakan sebuah tamparan keras buat gubernur Jakarta, Anies Baswedan.
Bagaimana tidak, bila pada tanggal 15 Februari 2018 yang lalu, Anies pernah mengatakan harapannya agar ibu kota bisa terbebas dari tiga hal. Pertama terbebas dari narkoba, human trafficking atau perdagangan manusia, dan prostitusi.
Hal ini disebutkan Anies saat menyampaikan kata sambutan pada peningkatan kualitas penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) di lingkungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
“Minimal tiga ini kami bereskan,” ujar Anies di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Bila kita tarik mundur ke belakang, hal yang sama juga sudah beberapa kali pernah dikemukakan oleh Anies ketika itu. Salah satunya saat masih berstatus sebagai cagub pilkada DKI 2017 yang lalu, dirinya ketika itu mengatakan berkomitmen untuk menindak praktik prostitusi secara keseluruhan di Jakarta. Ia berjanji tidak akan tebang pilih dalam merealisasikan janji kampanyenya itu.
Ia melontarkan hal itu ketika menanggapi pertanyaan para wartawan terkait janjinya menutup Hotel Alexis jika mulai menjabat secara resmi sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“Pokoknya semua pelanggaran. Jadi bukan hanya satu. Jangan kesannya cuma satu. Enggaklah. Tapi semua yang melanggar,” kata Anies di Kantor DPP Perindo, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 20 April 2017.
Di lain kesempatan, Anies juga pernah mengatakan tak mau membiarkan prostitusi ada di Jakarta.
“Kita tegas. Kita tidak menginginkan Jakarta menjadi kota yang membiarkan praktik-praktik prostitusi,” kata Anies kepada wartawan di Balaikota DKI Jakarta, Senin 30 September 2017.
Tentu merupakan sebuah tekad yang luar biasa kalau berhasil diwujudkan. Berbeda lagi dengan pendapat Ahok yang saat menjabat menjadi Gubernur dulu, dirinya menginginkan agar prostitusi dilokalisasi. Pelacuran diibaratkan Ahok sebagai kotoran manusia yang cocoknya dikumpulkan dalam satu tempat saja.
Kasar? Yup, ucapan Ahok memang kasar dan menohok, tidak semanis mulutnya Anies, tapi lebih realistis. Apalagi yang namanya pelacuran itu sudah ada setua peradaban manusia itu sendiri. Hal ini sudah pernah saya tulis beberapa waktu yang lalu, berikut saya lampirkan linknya di bawah.
https://www.Indovoices.com/budaya/menghapus-pelacuran-di-dki-mungkinkah/
Namun karena tidak ada aturan yang mendasari hal tersebut, Ahok pun tidak pernah melakukan legalisasi terhadap kawasan Prostitusi selama dirinya menjabat.
“Saya setuju (legalisasi kawasan prostitusi) tapi enggak bisa, enggak ada dasar konstitusinya. Kita kan bangsa yang munafik, enggak boleh,” kata Basuki ketika itu di Balai Kota, Jumat 12 Februari 2016.
“Korupsi juga enggak boleh kan, tapi (korupsi) jalan terus gitu lho,” kata Basuki lagi.
“Makanya kita jadi munafik kan? Saya sudah bilang berkali-kali, kalau kotoran manusia berserakan di mana-mana, itu jorok. Tapi kalau kamu masukin kotoran ke toilet enggak berasa jorok kan?,” kata Basuki.
Ketua Fraksi NasDem DKI Bestari Barus saat dihubungi, Selasa 21 Agustus 2018 pun menyebutkan apa yang selama ini digembar-gemborkan oleh Anies hanyalah lip service semata
“Pak Gubernur lip service, ini baru gini aja. Kan masih ada di kos-kosan Tebet, Kalibata City. Waduh Jakarta surga bener bagi prostitusi. Saya kira Pak Gubernur harus lebih konsisten dengan kata-kata dan janjinya,” demikian yang disampaikan oleh Bestari Barus saat dihubungi.
Bahkan Bestari Barus pun tak ragu menyebut penutupan Alexis hanya pencitraan. Dia menuturkan hingga saat ini prostitusi di Jakarta masih marak.
“Ya kalau Alexis saja pencitraan, inilah hasilnya. Hanya sekedar untuk memenuhi janji kampanye, janji kampanye jangan sekedar,” jelas Bestari.
Lantas bagaimana dengan jawaban Anies sendiri?
Terkait masalah ini, walaupun dirinya meminta para atlet untuk konsentrasi pada pertandingan saja, namun Gubernur DKI Anies Baswedan juga mengatakan Jakarta adalah kota metropolitan, tempat setiap orang bisa menemukan apa yang dicari.
“Di seluruh kota di dunia, ada segala macam. Kalau Anda datang ke kota mana pun, mau cari tempat peribadatan, Anda bisa ketemu masjid. Anda bisa ketemu gereja, Anda bisa ketemu dengan kelenteng,” kata Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin 20 Agustus 2018.
Lho, lantas tekad Pak Anies untuk memberantas prostitusi bagaimana? Bukankah dulu katanya ingin menghilangkan prostitusi dari Jakarta? Kenapa tidak disampaikan ulang saat diwawancarai?
Atau, apakah secara tidak langsung, hal ini merupakan pengakuan Anies atas ketidakmampuannya memberantas prostitusi? Sehingga dirinya tidak berani lagi mengulangi kata-kata yang pernah diucapkannya dulu?
Well, kita saksikan saja. Toh diperkirakan tidak kurang dari 300 titik prostitusi yang ada di DKI Jakarta. Dengan sisa masa jabatan empat tahun, berapa titik yang mampu dia tutup?. Janji saya ke beliau melalui artikel di atas, masih berlaku lho. Minat Nies? Atau sudah kapok dipermalukan mulut sendiri?
Trailer Tanggapan Anies Terkait Kasus Prostitusi Empat Atlet Jepang