Indovoices.com-Penyebaran virus corona di Indonesia yang telah menjangkiti 69 orang dianggap semakin mengkhawatirkan. Desakan untuk menghentikan sementara aktivitas belajar mengajar juga terus bergulir di sejumlah daerah.
Sejauh ini, baru dua kota yang memutuskan untuk menutup sekolah dan belajar dari rumah, yakni Jakarta dan Solo. Kedua wilayah ini diketahui memiliki pasien-pasien positif virus corona.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai hampir semua rekomendasi, baik dari WHO maupun pemerintah, lebih banyak terhadap orang dewasa. Padahal, anak-anak juga sama rentannya dari orang dewasa. Dan dua anak balita sudah dinyatakan positif corona.
“Sekolah harus segera diputuskan untuk diliburkan (istilah anak belajar di rumah), mengingat dan mempertimbangkan bahwa anak dapat tertular corona dari orang dewasa dan anak juga bisa saling menularkan,” jelas Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, dalam keterangannya.
Maka dari itu, KPAI memberikan beberapa rekomendasi terkait pencegahan penyebaran virus corona, terutama yang menyangkut anak-anak.
Rekomendasi pertama adalah mendorong pemerintah menyiapkan rumah sakit rujukan anak dan pelibatan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
“Karena memperlakukan pasien anak positif corona tentu saja berbeda dengan memperlakukan pasien dewasa. Perlu diingat bahwa anak balita tidak mungkin diisolasi tanpa orang tua,” ungkap dia.
Selain itu, KPAI mendorong orang tua, terutama yang anaknya sudah remaja, agar memastikan mereka tetap berada di rumah. Termasuk membiasakan hidup sehat seperti cuci tangan, istirahat cukup, dan makan makanan yang bergizi seimbang.
“Pastikan saat sekolah diliburkan, anak-anak tidak ke kerumunan atau pun keramaian, seperti pusat perbelanjaan dan bioskop. Selain anak harus menjaga perilaku hidup bersih dengan mencuci tangan, maka anak-anak juga diimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak perlu. Anak juga jangan dibiasakan sekarang cium tangan lagi (salim),” tuturnya.
Retno menuturkan pihaknya juga mendorong Kemdikbud, Kemenag, dan dinas-dinas pendidikan agar menyiapkan metode belajar jarak jauh atau online selama sekolah diliburkan.
Sementara bagi wilayah yang fasilitas pembelajaran secara onlinenya terbatas, maka bisa menggunakan aplikasi lain yang lebih mudah diakses.
“Misalnya menggunakan aplikasi WhatsApp dalam memberikan penugasan atau komunikasi tanya jawab kepada para siswanya. Jika anak tidak memiliki telepon genggam, maka dapat bekerjasama dengan orangtuanya agar meminjamkan telepon genggamnya sementara waktu,” kata dia.
“Yang penting, harus dipastikan bahwa selama libur, anak-anak memiliki kegiatan rutin yang positif, seperti bermain dan belajar,” pungkasnya. (msn)