• Beranda
  • Tentang IndoVoices
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Advertising
  • Hubungi Kami
Tuesday, 13 April 2021
  • Login
  • Register
Indovoices
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
        • Humor
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
No Result
View All Result
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
        • Humor
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
No Result
View All Result
Indovoices
No Result
View All Result
Home Umum

MASA DEPAN KEBEBASAN

Denny J.AbyDenny J.A
22/01/2020
inUmum
Reading Time: 4 mins read
14 1
AA
0
MASA DEPAN KEBEBASAN
32
SHARES
145
VIEWS

MASA DEPAN KEBEBASAN
Denny JA tentang Buku Yang Ditulis Fareed Zakaria

(Dari Facebook Esoterika- Islamica, Diasuh AE Priyono)

Pada 2003, Fareed Zakaria menulis buku The Future of Freedom, Illiberal Democracy at Home and Abroad. Buku itu menjadi sangat terkenal karena terbit tepat waktu ketika para ilmuwan politik hampir semuanya sepakat bahwa demokrasi liberal sedang mengalami krisis dan memunculkan kontradiskursusnya yang disebut sebagai demokrasi illiberal.

Istilah demokrasi illiberal menjadi populer sejak itu. Demokrasi illiberal adalah produk para penguasa otokrat, bukan kaum demokrat. Demokrasi illiberal, atau demokrasi non-liberal, adalah sistem yang memungkinkan kekuasaan politik dikendalikan oleh para otokrat liberal.

Para otokrat itu muncul dari masa lalu otoritarian; dan ketika rezim-rezim mereka dilanda gelombang demokratisasi, mereka menggunakan demokrasi untuk menyelubungi agenda-agenda otokratisnya.

Fareed Zakaria adalah editor Newsweek International, dan kolumnis berbagai majalah dan surat kabar di Amerika, antara lain Washington Post. Sejak 1992, selama delapan tahun, ia adalah Redaktur Pelaksana jurnal Foreign Affairs, sebuah jurnal terkemuka dalam bidang politik internasioal.

Ia dikenal sebagai pengamat politik, memperoleh Ph.D dari Harvard University, dan menulis banyak buku tentang politik Amerika. Lima tahun setelah terbitnya buku yang menjadi best-seller itu, Fareed menulis buku lagi berjudul The Post American World, yang juga menjadi best-seller.

Pada 2011, ia menerbitkan buku lain tentang munculnya dominasi Cina pada abad ke-21, Does the 21st Century Belong to China? Dalam buku ini ia mengantisipasi Cina bakal menjadi hegemonik, menggantikan Amerika.

Denny JA, peneliti dan konsultan politik yang memperoleh Ph.D dari Ohio University, tak lama setelah buku Zakaria terbit pernah membuat 15 catatan tentang pokok-pokok pikiran yang ada dalam buku pertama Fareed Zakaria.

Karena masih relevannya isu kebebasan sipil di Indonesia, dan menguatnya gejala demokrasi illiberal belakangan ini, grup FB ini akan menurunkan serial catatan-catatan itu sejak hari ini.

(AE Priyono)
_____________________________________________

(1)

“Kita hidup di zaman demokrasi,” inilah kalimat pertama yang ditulis Fareed Zakaria dalam bukunya yang terkenal itu. Selama satu abad terakhir ini dunia telah dibentuk oleh sebuah kecenderungan yang mengatasi kecenderungan-kecederungan lainnya – yaitu bangkitnya demokrasi.

Pada tahun 1900 tidak ada satu negara pun yang bisa kita sebut sebagai negara demokratis. Dewasa ini sekitar 62% negara-negara di dunia adalah negara-negara demokrasi.

Kini demokrasi menjadi satu-satunya sumber legitimasi politik untuk menjalankan pemerintahan negara-negara. Bukan monarki, bukan fasisme, bukan komunisme, bukan pula teokrasi.

Baca juga:   Menaker Klaim Pengangguran Akibat Dampak Covid-19 Sudah Teratasi

Ada kesamaan proses demokratisasi di mana-mana. Hirarki-hirarki runtuh, sistem-sistem yang tertutup menjadi terbuka, tekanan dari massa arus bawah menjadi mesin utama perubahan sosial. Demokrasi berubah dari sekadar sebagai bentuk pemerintahan menjadi gaya hidup.

Demokratisasi juga melanda sistem ekonomi, begitu pula kebudayaan. Juga teknologi dan informasi mengalami pula proses demokratisasi. Lalu, apa yang sesungguhnya terjadi melalui perubahan-perubahan dramatis ini?

Selama berabad-abad negara memiliki monopoli atas penggunaan kekerasan secara sah. Demokratisasi kekerasan mengubahnya secara dramatis. Seperti halnya semua transformasi besar dalam sejarah manusia, demokratisasi juga mempunyai sisi gelap.

Kini teknologi kekerasan bisa diciptakan oleh aktor-aktor non-negara. Akibat demokratisasi teknologi dan demokratisasi kekerasan, terorisme bisa mengancam kedaulatan suatu negara.

Dulu kita beranggapan bahwa tidak ada problem yang bisa disebabkan oleh demokrasi. Pada kenyataannya kini demokrasi menciptakan problem yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri. Yakni bahwa transformasi besar demokratisasi itu berada di pusat kehidupan politik, ekonomi, dan sosial kita.

Demokrasi liberal tumbuh dari sistem politik liberal-konstitusional, demokrasi illiberal tidak. Bagi masyarakat Barat, demokrasi berarti “demokrasi liberal.”

Ini adalah sistem politik yang ditandai bukan hanya oleh pemilihan umum yang bebas dan jujur, tetapi juga oleh rule of law, prinsip pemisahan kekuasaan, serta perlindungan atas kebebasan-kebebasan sipil dan politik.

Sistem politik seperti ini juga sering dikenal sebagai “liberalisme konsitusional.” Demokrasi liberal adalah perpaduan antara demokrasi dan kebebasan. Tapi seringkali terjadi, bahkan di masyarakat Barat sendiri, demokrasi tidak secara intrinsik berkaitan dengan sistem politik liberal konstitusional. Hitler misalnya muncul dari pemilihan umum yang demokratis, tapi ia kemudian membangun sistem politik nasionalisme-fasis.

Di banyak negeri lain, terutama non-Barat, demokrasi berkembang tapi kultur politik liberal-konstitusional tidak. Demokrasi yang tidak muncul dari sistem politik liberal konstitusional adalah demokrasi illiberal.

Rezim-rezim demokrasi illiberal dipilih secara demokratis tapi melanggar konstitusi dan hak-hak warganegara.

Demokrasi tanpa kultur konsitusional-liberal seringkali menimbulkan dilema demokratis. Bayangkanlah jika pemilihan umum yang demokratis ternyata menghasilkan pemimpin rasis, fasis, dan separatis, seperti yang terjadi di Yugoslavia pada awal 1990an.

Bayangkanlah juga jika demokratisasi yang melanda dunia Islam justru melahirkan teokrasi dan sistem politik berdasarkan fundamentalisme agama.

***
Tantangan demokratisasi global dewasa ini adalah jika yang muncul justru demokrasi-demokrasi illiberal. Demokrasi illiberal adalah sistem politik yang berpotensi melakukan pelanggaran konstitusional mengenai pembatasan kekuasaan, dan karena itu berpotesi pula melanggar hak-hak dasar warganegara.

Baca juga:   Pemuda sebagai Ujung Tombak Kelestarian Budaya Bangsa

Dilema politik internasional akan terjadi jika demokratisasi global justru melahirkan rezim-rezim demokrasi illiberal.

Ketika Yugoslavia dan Indonesia berada di bawah sistem kediktatoran, rezim-rezim itu dikenal stabil, sekuler, toleran, dan mampu mencegah konflik-konflik etnis dan agama.

Begitu mengalami demokratisasi, Yugoslavia terpecah menjadi negara-negara berbasis etnis dan agama; sementara Indonesia terancam jatuh pula karena konflik-konflik agama.

Kita bisa membayangkan bagaimana jika demokratisasi di Dunia Islam menghasilkan sistem-sistem politik demokrasi illiberal. Rezim-rezim seperti itu jauh lebih berbahaya dibandingkan rezim-rezim tirani, otokrasi, dan kediktatoran yang ada sekarang.

Ini karena sangat mungkin rezim-rezim illiberal di Dunia Islam akan menjadi lebih tidak toleran, anti-Barat, anti-Semit, dan reaksioner.

Demokrasi tidak memadai jika dipahami sekadar menurut pengertian prosedural. Huntington mendefinisikan pengertian demokrasi secara prosedural, yakni pemerintahan yang diciptakan melalui pemilihan umum yang bebas dan adil.

Definisi minimalis seperti ini sungguh-sungguh tidak memadai karena tidak ada jaminan bahwa rezim-rezim yang diciptakan melalui pemilu bisa menjamin kebebasan sipil dan hak-hak politik warganegara.

Berbeda dengan itu, demokrasi yang sejati, demokrasi liberal, berakar pada tradisi politik liberalisme konstitusional. Demokrasi seperti ini bukan sekadar dipahami sebagai sistem pemerintahan yang lahir karena pemilu, tapi lebih dipahami sampai pada gagasan-gagasan dasarnya mengenai tujuan pemerintahan, yakni untuk melindungi otonomi dan martabat individual warganegara.

Demokrasi liberal harus dipahami sebagai sistem politik liberalisme konstitusional. Demokrasi liberal memiliki akar pada gagasan-gagasan liberalisme dan konstitusionalisme. Dua istilah itu mengawinkan dua prinsip pokok yang saling berhubungan. Liberal karena ia berasal dari pandangan filsafat mengenai kebebasan individual. Dan konstitusional karena ia menempatkan rule of law di pusat politik.

Sampai abad ke-20, sebagian besar negara Eropa Barat masih bersifat semi-demokrasi. Jika demokrasi liberal didasarkan pada pandangan filosofis yang menempatkan liberalisme dan konstitusionalisme sebagai prinsip dasar sebuah tatanan politik, maka demokrasi yang tidak didasarkan pada gagasan-gagasan itu tidak lain dari sistem politik semi-demokrasi.

Semi-demokrasi adalah sistem politik yang berlaku umum di seluruh dunia sebelum abad ke-20. Sebagian besar negara di Eropa Barat pada masa itu adalah semi-demokrasi. Di Inggris pada 1830 misalnya pemilu hanya diikuti oleh 2% pemilih, sementara parlemen yang dipilih pun hanya memiliki kewenangan terbatas.

(Bersambung)

Previous Post

.:: Sang Sufi, Seorang Anak dan Masakan yg Gosong ::

Next Post

Menpora Ingin Squash Semakin Populer di Indonesia

Denny J.A

Denny J.A

Next Post
Menpora Ingin Squash Semakin Populer di Indonesia

Menpora Ingin Squash Semakin Populer di Indonesia

Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan Indonesia dengan Dunia Usaha Global, Mendag Hadiri World Economic Forum 2020 di Davos

Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan Indonesia dengan Dunia Usaha Global, Mendag Hadiri World Economic Forum 2020 di Davos

Leave a ReplyCancel reply

Indovoices Apps

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Indovoices.com melalui email

Join 1,250 other subscribers

Stay Connected

  • 15.6k Fans
  • 100 Followers
  • 202 Followers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Saham-saham yang bagus untuk dikoleksi Investor

Saham-saham yang bagus untuk dikoleksi Investor

11/03/2021
Bunga Lotus Dalam Kehidupan: MAKNA BUNGA LOTUS UNGU

Bunga Lotus Dalam Kehidupan: MAKNA BUNGA LOTUS UNGU

29/05/2018
Profil Kang Dede, Influencer Jokowi yang Diangkat Jadi Komisaris PT Pelni

Profil Kang Dede, Influencer Jokowi yang Diangkat Jadi Komisaris PT Pelni

03/11/2020
Riwayat Singkat Empu Supo (Raden Joko Supo)

Riwayat Singkat Empu Supo (Raden Joko Supo)

05/09/2018
Tanya Jawab: Terorisme Dan Bagaimana Kita Menyikapinya?

Tanya Jawab: Terorisme Dan Bagaimana Kita Menyikapinya?

14/05/2018
Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

23/10/2017
.:: SURAT TERBUKA KEPADA PRESIDEN RI. Ir. H. JOKO WIDODO ::.

.:: SURAT TERBUKA KEPADA PRESIDEN RI. Ir. H. JOKO WIDODO ::.

17/03/2021
Jokowi Ucapkan Selamat ke Jacinda Ardern dan Dorong Penguatan Kemitraan ASEAN-Selandia Baru

Jokowi: Selamat Menunaikan Ibadah Puasa, Semoga Negeri ini Dijauhkan dari Penyakit dan Bencana

13/04/2021
Lagi-Lagi Rizieq Batal Pulang Ke Indonesia

Bentak Jaksa yang Potong Pertanyaannya, Rizieq Shihab: Ini Soal Nasib Saya

13/04/2021
Transparency International: Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Anjlok ke Ranking 102

Van Sidabukke Cerita Pejabat Kemensos Minta Jatah Bansos Covid-19 Sambil Memelas

13/04/2021
Mahfud MD: Jangan Spekulasi soal Kebakaran Kejagung, Awasi Saja

Mahfud: Kerugian Aset BLBI Capai Rp 110 Triliun

13/04/2021
Presiden: ASEAN Harus Tumbuh Jadi Kekuatan Besar Ekonomi Digital

Jokowi Pamer Startup Indonesia dalam Hannover Messe 2021, Ajak Jerman Bermitra

13/04/2021
Luhut: Pejabat Wajib Pakai Produk Dalam Negeri

Luhut Panjaitan akan evaluasi pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tiap 3 bulan

13/04/2021
KPK Minta Sulawesi Utara Efektif Gunakan Anggaran Covid-19

KPK tak Tutup Kemungkinan Proses Lagi Kasus Sjamsul Nursalim

13/04/2021

Tentang

IndoVoices adalah sebuah media opini yang memberi ruang kepada para penulis untuk menuangkan ide dan pemikiran, cerita dan pengalaman secara lebih mendalam dan sistematis.

Menjadi Penulis

Indovoices.com membuka kesempatan kepada siapapun dengan latar belakang apapun untuk bergabung menjadi kontributor. Indovoices memberikan kontribusi sebesar Rp 3/view.

Bagi yang ingin bergabung menulis, kirimkan contoh artikelnya ke email [email protected]

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi halaman berikut ini.

Kanal

  • 100HariAniesSandi
  • Analisis
  • Anti Hoax
  • Budaya
  • Cerpen
  • Editorial
  • Ekonomi
  • English
  • Entertainment
  • Event
  • Fiksi
  • Hukum
  • Humor
  • Inovasi & Teknologi
  • Internasional
  • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
  • Kebangsaan
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Kuliner
  • Laporan
  • Life & Love
  • Lifestyle
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
  • Olahraga
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Photography/Infografis
  • Pilkada 2018
  • Politik
  • Puisi
  • Redaksi
  • Sastra
  • Sejarah
  • Sumpah Pemuda
  • Traveling
  • Umum
  • Beranda
  • Tentang IndoVoices
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Advertising
  • Hubungi Kami

© 2018 Indovoices.com

No Result
View All Result
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
  • Login
  • Sign Up

© 2018 Indovoices.com

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In