Ketika membaca di salah satu portal berita yang isinya bahwa Sekretaris Jenderal DPD Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta Novel Chaidir Hasan Bamukmin menyatakan bahwa pihaknya tidak mempermasalahkan rencana perayaan Natal serentak di Monumen Nasional (Monas) pada Januari, karena hal itu merupakan bagian dari toleransi umat beragama.
Pernyataan tersebut membuat saya berpikir, apakah saya salah membaca berita, atau wartawannya yang salah menuliskan berita?
Sejauh pengetahuan saya, FPI adalah salah satu ormas yang paling sering disebut sebagai ormas yang gemar melakukan persekusi, sweeping, dan berbagai razia lainnya. Coba saja kita ketik di Google dengan kata kunci “Sweeping FPI” atau “Persekusi FPI”, maka sederet berita pasti akan muncul, semuanya memberitakan tindakan FPI yang suka memaksakan kehendaknya melalui sweeping maupun persekusi. Jadi merupakan hal yang aneh bila FPI mendadak berbicara soal toleransi umat beragama.
Kenapa baru kali ini mendengar FPI mengatakan soal toleransi umat beragama? Kenapa tidak dari dulu-dulu?. Sweeping dan persekusi bukanlah ciri-ciri ormas agama yang mempercayai adanya toleransi karena sweeping dan persekusi menunjukkan bahwa ormas yang melakukannya ingin memaksakan kehendaknya, betul bukan?.
Kemudian saya check lebih lanjut mengenai rencana natal di Monas tersebut dan saya mendapatkan info lebih lanjut bahwa pengusul natal di Monas adalah KIRA (Kristen Indonesia Raya) yang merupakan organisasi sayap Gerindra. Sampai disini saya berguman, pantesan.
Antara FPI dan Gerindra memiliki satu kesamaan, yaitu sama sama mendukung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang saat ini bercokol di Balaikota, jadi bukanlah hal yang mengherankan apabila Anies memberikan izin untuk perayaan natal di Monas setelah sebelumnya mengizinkan Maulid Nabi di Monas.
Bagi Anies sendiri, pemberian izin tersebut dapat dikatakan dengan istilah politik balas budi karena telah didukung oleh Gerindra, disamping itu juga bisa mengangkat citranya sebagai gubernur yang toleran, melepaskan diri dari gelar gubernur kelompok radikal yang selama ini melekat kuat pada dirinya.
Bagaimana dengan FPI? Dengan ikut mendukung atau mengawal perayaan natal di Monas dapat juga dikatakan merupakan salah satu cara mereka untuk memperlunak stempel radikal yang sudah terlanjur melekat pada ormas tersebut.
Apalagi beberapa hari yang lalu, ormas sepupu mereka yaitu HTI sudah resmi menjadi ormas terlarang yang sama derajatnya dengan PKI, yaitu sama-sama terlarang.
Disamping itu akan aneh rasanya, bila melakukan unjuk rasa memprotes ijin natal yang diberikan oleh Anies mengingat FPI adalah salah satu ormas yang menerima hibah dari Pemrpov DKI. Sehingga menjadi wajar apabila FPI tidak mempermasalahkan, bahkan mendukung perayaan Natal di Monas.
Semoga toleransi beragama yang digaung-gaungkan FPI bisa berlaku untuk jangka waktu yang panjang tanpa harus melihat siapa yang memberikan izin ke depannya, sehingga kita tidak akan mendengar lagi apa yang namanya razia, sweeping maupun persekusi seperti yang biasa dilakukan oleh FPI selama ini.