Indovoices.com –Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, tiba di New York pada Rabu pagi untuk menghadiri rapat Dewan Keamanan PBB membahas krisis di Palestina.
“Tiba di New York untuk serangkaian pertemuan tentang situasi di Palestina (19/05) Saya akan menghadiri #GA Debate on Palestine dan bertemu dengan #UNSG, #PGA, Presiden #UNSC, dan sejumlah Menteri Luar Negeri,” cuit Twitter Retno Marsudi.
Sebelumnya pada Ahad kemarin, Menlu Retno telah melakukan pembicaraan dengan sejumlah menteri luar negeri, di antaranya Menlu Mesir, Yordania, Turki, Arab Saudi, India, Norwegia, dan Vietnam.
Retno mengatakan pentingnya menggunakan pengaruh masing-masing negara agar kekerasan bisa dihentikan, upaya de-eskalasi dilakukan dan gencatan senjata segera dilakukan.
Prancis memimpin upaya untuk menyerukan gencatan senjata di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi masih belum jelas kapan resolusi akan dikeluarkan untuk pemungutan suara, New York Times melaporkan.
Sementara Israel mengatakan pihaknya tidak menetapkan kerangka waktu untuk gencatan senjata dengan Hamas. Serangan udara Israel masih menggempur Gaza yang dibalas Hamas dengan serangan roket.
Sumber keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters, Israel dan Hamas bersedia untuk gencatan senjata tetapi tidak merinci waktunya.
Pejabat medis Palestina mengatakan 219 orang telah tewas dalam 10 hari pemboman udara yang telah menghancurkan jalan, bangunan dan infrastruktur lainnya, dan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza.
Otoritas Israel menyebutkan korban tewas 12 orang di Israel, di mana serangan roket berulang kali telah menyebabkan kepanikan dan membuat orang-orang bergegas ke tempat perlindungan. Upaya diplomatik regional dan yang dipimpin AS untuk mengamankan gencatan senjata telah meningkat tetapi sejauh ini gagal.
Hampir 450 bangunan di Gaza yang berpenduduk padat telah hancur atau rusak parah oleh serangan Israel, termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan perawatan primer, dan lebih dari 52.000 warga Palestina telah mengungsi, kata badan kemanusiaan PBB.