Menunggu Gebrakan Ahok Di BUMN!!!
Lama menunggu kabar pria fenomenal nan kontroversial yang satu ini. Digadang-gadang jadi menteri, bukan. Pun saat Jokowi memilih anggota pengawas KPK, meski namanya santer disebut. Namun yang bersangkutan dengan tegas menjawab “Tidak”.
Mendadak tersiar kabar hari ini, kalau Ahok, sosok yang saya maksud, datang ke kantor BUMN. Langkahnya cepat menaiki undakan tangga di gedung BUMN yang sekarang dipimpin oleh Erick Thohir ini.
Saat ditanya oleh awak media. Ia pun menjawab bila dirinya diundang oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Namun demikian, belum diketahui dimana ia akan ditempatkan, apakah sebagai PLN-1 atau Pertamina-1?
“Saya tidak tahu [BUMN apa]. Mungkin Desember atau November saya tidak tahu. Tanya ke pak Menteri [Menteri BUMN Erick Thohir]. Saya cuma diajak untuk masuk ke dalam salah satu BUMN,” papar Ahok di Kementerian BUMN, Rabu 13 November 2019.
Lantas apa kata Ahok saat ditanya kesediaannya?
“Saya kalau buat negara untuk bangsa ya saya mesti bersedia,” katanya.
“Saya nggak tahu, saya apa aja juga boleh yang penting bantu negara,” tambahnya.
Kerennn.. saya sedang membayangkan bila BUMN yang selama ini dikenal sebagai sarang korupsi, seperti kata Dahlan Iskan dulu. Pun sekarang juga kabarnya masih, sedang berdebar-debar dan berdoa agar bukan Ahok yang menjadi orang nomor satu di departemen mereka. Tentu saja doa itu dipanjatkan oleh karyawan “nakal” yang selama ini banyak bermain di dalam.
Sementara bagi yang benar-benar bekerja dan mengandalkan prestasi, justru berharap sebaliknya, agar Ahok dapat memimpin mereka.
Apalagi nama Ahok sudah teruji. Untuk memimpin sebuah ibukota sebesar DKI saja ia mampu, apalagi cuma lembaga sekelas BUMN.
Namun bukan berarti tugasnya mudah. Sebagai salah satu lembaga yang bersaing ketat dengan DPR dalam memperebutkan ranking 1 korupsi di negara ini. Ahok akan dihadapkan dengan sejumlah persoalan yang harus diselesaikan.
Soal korupsi, itu sudah pasti, untuk menggambarkan betapa parahnya korupsi di BUMN, dapat dilihat dari pemberitaan media, di tahun 2019 ini saja, KPK telah menangkap empat direksi dan satu karyawan dari 4 BUMN.
Padahal yang namanya perusahaan milik pemerintah itu, selalu memiliki SPI (Satuan Pengawasan Internal). Bahkan juga punya program pencegahan korupsi yang disebut Profit (profesional berintegritas), yang bekerja sama dengan KPK. Lantas kenapa masih bisa kecolongan? Tidak heran bila banyak BUMN terus-menerus rugi bahkan terancam bangkrut meski sudah disuntik modal berkali-kali oleh pemerintah.
Artinya ada masalah internal yang harus dibenahi, mulai dari integritas para pejabatnya, transparansi sistem, masalah pengawasan, efisiensi dan efektifitas, juga masalah profesionalitas dan kapasitas.
Korupsi bukanlah satu-satunya yang menuntut untuk diselesaikan. Masalah radikalisme juga sudah sangat mengkhawatirkan. Telah menjadi rahasia umum bila BUMN termasuk salah satu sarang radikalisme. Acapkali kegiatan ceramah diisi oleh para manipulator agama. Dan yang parahnya, para manipulator agama itu diundang oleh pejabat BUMN itu sendiri.
Mungkin harus saya ralat sedikit, bukan saja para karyawan “nakal” yang berdoa agar Ahok tidak memimpin BUMN tempat mereka bekerja, melainkan juga penceramah manipulator agama akan semakin kuat berdoa, agar Ahok tidak memimpin di BUMN yang selama ini menjadi periuk nasi mereka.
Tentu saja doa mereka bertolak belakang dengan doa dan harapan saya. Saya justru berdoa agar Ahok ditempatkan di BUMN yang paling radikal, paling korup, paling merugi dan paling brengsek agar Ahok dapat membuktikan dirinya sekali lagi bahwa emas adalah emas dimanapun ia ditempatkan.
Bukankah bunga teratai yang paling indah dan harum justru akan tumbuh dari kolam lumpur yang paling kotor dan bau?
Selain menjadi Dirut di PLN atau Pertamina, sepertinya menjadi Dirut BPJS juga cocok untuk seorang Ahok. Mungkin sekali waktu saya harus mengulasnya. Bagaimana menurut Anda?
Untuk membaca tulisan saya lainnya silahkan klik di sini