
Miranda Berulah, Tokopedia Cuma Kena Getah? Ah Bohong
Hari ini ramai soal trending tagar #UninstallTokopedia. Penyebabnya karena netizen menganggap Tokopedia mengundang Haikal Hassan sebagai pembicara dalam sebuah acara.
Seruan boikot ini bermula ketika salah satu akun di Twitter, @tolakbigotRI, mengunggah sebuah video singkat yang menampilkan sosok Ustaz Haikal Hassan Baras tengah mengisi sebuah acara sebagai pembicara.
Dalam keterangan unggahan tersebur, tertera informasi yang menyatakan video tersebut merupakan acara yang digelar oleh perusahaan Tokopedia. “Astaga! @tokopedia mengundang @haikal_hassan sebagai pembicara. Miris!!,” cuit akun tersebut.
Akibatnya dapat ditebak, netizen pun beramai-ramai menyerang Tokopedia, meski Tokopedia telah memberikan penjelasan singkat di akun resminya.
“Hai Kak, Ana infokan Tokopedia adalah perusahaan teknologi Indonesia yang menghargai pandangan setiap masyarakat Indonesia dan menentang keras adanya diskriminasi SARA serta radikalisme yang merusak persatuan bangsa. Kerja sama kali ini adalah untuk koleksi terbaru RiaMiranda–,” tulis akun @tokopediacare.
Penjelasan ini tidak mampu meredam amarah netizen.
Apalagi ada nama Haikal Hassan yang dinilai kerap menebar provokasi dan pengaruh radikalisme dalam tiap ceramahnya. Dirinya juga dinilai merupakan sosok penting yang mengorganisir kegiatan Aksi Bela yang berjilid-jilid tersebut.
Sebut saja mulai dari Aksi Bela Islam, Aksi Bela Tauhid, Aksi Bela Ulama, hingga kegiatan Reuni Aksi Bela Islam. Sosok ini juga merupakan salah satu orang dekat dan kepercayaan Rizieq Syihab.
Tak kurang dari pegiat medsos sekaligus politisi Partai PSI Mohamad Guntur Romli dalam akun Twitternya, @GunRomli juga turut menyerukan #UninstallTokopedia untuk melawan radikalisme dan intoleransi.
“Saya ikut #UninstallTokopedia yuk tegas melawan intoleransi dan radikalisme, penceramah2 provokatif harus diboikot jangan malah dikasi tempat kyak Tokopedia ini,” serunya.
Bukan cuma itu, Guntur Romli pun mengajak masyarakat untuk memberikan rate bintang satu kepada salah satu statup unicorn ini.
“Kasi rate bintang satu di aplikasi Tokopedia di PlayStore #UninstallTokopedia,” ucapnya. “Tarik dana dan #UninstallTokopedia #lawanradikalisme,” sambungnya.
Tokopedia melalui VP of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak buru-buru menjelaskan bahwa tidak benar kabar Tokopedia mengundang Haikal Hassan sebagai pembicara. Nuraini mengatakan Tokopedia memang menjadi sponsor di acara perancang busana Ria Miranda. Dalam acara itu memang ada Haikal Hassan sebagai pembicara.
Namun, lanjut Aini, Haikal Hassan bukan diundang oleh Tokopedia, melainkan oleh Ria Miranda sebagai pemilik acara.
“Kami adalah salah satu sponsor acara tersebut. Namun, seperti yang sudah diklarifikasi pihak Ria Miranda, seluruh konsep acara dari mereka. Kami dan beberapa brand lain kebetulan tidak ikut proses kreatifnya. (Haikal Hassan diundang) di hari pertama, bukan di hari fashion show,” kata Aini.
Sampai di sini, Tokopedia ingin memberikan pembelaan bahwa bukan mereka yang mengundang Haikal Hassan, melainkan Ria Miranda.
Cuma yang menjadi pertanyaan saya, apa iya sebagai sponsor, Toped tidak tahu sama sekali siapa yang diundang? Apalagi bila yang meminta disponsori adalah Miranda.
Karena sebagaimana lazimnya permintaan sponsor tentu ada yang namanya proposal yang mencantumkan thema acara, isi kegiatan, siapa bintang tamu yang diundang, siapa pengisi acara dan sebagainya. Yang artinya Tokopedia pasti mengetahui isinya sebelum menyetujui proposal yang diajukan.
Lantas bagaimana kalau yang berinisiatif mensponsori adalah dari Toped sendiri? Lebih tidak masuk akal lagi kalau Toped tidak tahu konsep acara yang akan diusung beserta pengisi acaranya.
Belum lagi antara yang disponsori dengan yang mensponsori tidak mungkin tidak ada komunikasi. Tentu sangat naif bila kita berpikir demikian.
Dan benar saja, pertanyaan saya terjawab saat saya menemukan beredarnya tautan tertanggal 22 Maret 2019 tentang admin jejaring sosial Twitter @tokopediacare yang diduga me-retweet kicauan yang menyerukan untuk memulangkan Presiden Joko Widodo alias Jokowi ke kota asalnya, Solo, Jawa Tengah.
Hasil retweet akun resmi layanan customer care Tokopedia tersebut sempat tepergok oleh sejumlah warganet. Walau retweet itu sudah dihapus, tapi jejak digitalnya sudaj terlanjur disebarkan oleh warga Twitter.
Meski kemudian VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak, lagi-lagi membela diri dengan menyebut perbuatan tersebut merupakan aktivitas pihak yang tak bertanggung jawab. Namun tidak jelas penyelesaiannya seperti apa.
Ini menandakan ada sesuatu yang salah di media daring ini. Bila dalam kasus Bukalapak, yang bersalah adalah CEO-nya langsung, maka dalam kasus Toped ini masih gelap. Kemungkinan Toped telah disusupi oleh kadrun, tidak hanya pegawainya namun juga hingga ke level manajemen.
Sudah saatnya top manajemen Tokopedia turun tangan langsung membenahi unit usahanya. Jangan sampai citranya semakin tercoreng karena menjadi sarang kelompok radikal