Fahri Hamzah menyoroti soal sejumlah tokoh yang belakangan memberikan dukungan kepada Presiden Jokowi. Hal itu dikatakan Fahri Hamzah akan sia-sia. Alasannya, di lingkaran Jokowi terlalu militan dengan nuasa anti Islam.
“Meski banyak tokoh Islam yang berubah pikiran tentang presiden @jokowi tetapi jika lingkar dalamnya terlalu militan dengan nuansa #AntiIslam dan #Islamophobia maka semua upaya ini akan sia-sia. Saya memakai terminologi #TaubatNasuha. #Dosa2Jokowi,” tulis Fahri Hamzah melalui akun Twitternya, Sabtu, 22 Juli 2018.
Inilah narasi rusak yang sedang dibangun Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR mandiri yang tidak pernah lelah menghujat pemerintahan presiden Joko Widodo dari hari ke hari. Diantara sekian banyak hujatan dan celaan yang Fahri lontarkan, menurut saya ini yang paling berbahaya, karena bukan lagi soal kebijakan yang dia sasar, tapi pernyataannya kali ini lebih menjurus pada tuduhan terhadap orang per orang yang sifatnya sangat sensitif. Ini sudah menyangkut akidah dan keyakinan yang tidak bisa dianggap sepele.
Menuding presiden Jokowi dan orang-orang dilingkarannya Anti Islam dan Islamophobia adalah tuduhan yang tendensius, tanpa tedeng aling-aling. Fahri harus bisa membuktikan kata-katanya, dan jika tidak terbukti, rasanya tidak salah kalau suatu hari orang satu ini sampai diseret kemeja hijau dan didudukkan di kursi pesakitan.
Kita terima kalau Fahri sangat senang bermain-main dengan opini dan pemikirannya sendiri, yang dia sebut sebagai ‘Kritik’. Selama tidak melampaui batas, mengkritisi sesuatu hal lumrah-lumrah saja, sama seperti bila ada orang yang merasa sebal atau merasa tidak puas terhadap sesuatu, kemudian dia memuntahkan rasa kesal dihatinya dengan cara mencela atau mencibir objek yang dimaksud.
Tapi yang keluar dari mulut wakil rakyat ini bukan lagi kritik membangun yang tujuannya demi kemaslahatan bangsa. Yang keluar dari mulut Fahri tidak lebih dari panah-panah beracun yang bisa merusak pemikiran generasi muda dengan pemahaman yang keliru, mengajari anak-anak bangsa untuk membenci dan memusuhi pemimpinnya sendiri! Fahri lupa idealisme, bahwa sebagai bagian dari mayoritas yang (merasa) paling hebat, dia harus mampu jadi pengayom.
Dia juga punya kewajiban menjaga bangsa yang plural ini agar tetap terikat dalam persatuan, tanpa harus mempertajam perbedaan yang ada, apalagi sampai menohok akidah seseorang yang bukan jadi bagian dari tugasnya.
Bicara soal militansi, sebenarnya Fahri Hamzah dan sobatnya, Fadli Zon, lebih militan dari siapapun, militan dalam membela kepentingan kelompoknya yang suka bertentangan. Pembubaran organisasi HTI bukan karena pemerintah anti Islam, cuk. Penangkapan para tokoh ormas Islam bukan karena pemerintah takut Islam, apalagi sampai phobia.
Tindakan itu dilakukan semata-mata demi menjaga keutuhan dan stabilitas negara, bukan untuk melanggengkan kekuasaan. Apa semua orang harus sepaham dengan dirinya? Jelas tidak. Sejak berdiri, bangsa ini sudah sepakat dengan satu ideologi yaitu Pancasila. Ideologi inilah yang mempersatukan seabrek-abrek perbedaan, para ulama sendiri yang jadi perumus dasar-dasar negara.
Harusnya, Fahri, sebagai wakil rakyat mampu menjaga amanat para ulama pejuang kemerdekaan ini, dengan membangun suasana teduh dan kondusif ditengah-tengah panasnya persaingan, bukan malah jadi penghasut yang membangun opini agar rakyat antipati terhadap pemimpinnya sendiri.
Sebagai oposisi, rupanya Fahri sedang memainkan peran sebagai ‘penjajah’ dengan taktik Devide Et Impera _ Politik Adu Domba.Tujuannya bukan lagi untuk memisahkan umat Islam dengan umat agama-agama lain, tapi dia justru ingin memecah belah sesama umat Islam sendiri, antara yang sepakat, dan yang tidak sependapat dengan dirinya. Fahri sedang membangun opini sesat, bahwa umat Islam pendukung kelompoknya adalah muslim yang kaffah, sedang umat Islam pendukung pemerintah adalah muslim yang dzolim dan kurang ajar.
Jangan sampai tertipu dengan kalimat yang tersusun rapih. Narasi indah bukan berarti tidak ada bahaya dibelakangnya. Hati-hati saja, jangan sampai terjerumus.
(Sambil tarik nafas dalam-dalam…)
Dapat wakil rakyat seperti ini memang makan hati. Dia mengingatkan orang pada dosa, tapi lupa pada dosa-dosanya sendiri. Kita semua punya dosa, jadi jangan hanya pemerintah saja yang diminta untuk bertaubat. Kita semua juga harus melakukan taubatan nashuha, memohon ampun pada Tuhan, agar kita tidak ikut terbawa fitnah dan menjadi bangsa yang gemar menghujat dan saling menyakiti.
Ketajaman mulut lebih perih dari sayatan pedang. Kejahatan mulut daya rusaknya lebih mengerikan dari senjata nuklir.
Na’udzubillah Min Dzalik….