Jakarta sukses menjadi kelinci percobaan gubernur Anies dan Sandiaga. Tanpa kajian tanpa perencanaan matang pembangunan jakarta berjalan out of control. Agak mengherankan memang mengingat ada nama Marco Kusumawijaya, seorang arsitek, peneliti dan ahli perencana perkotaan dalam tim TGUPP Anies-Sandi.
Kecerobohan demi kecerobohan sambung menyambung tiada henti mengundang kegaduhan masyarakat. Persoalan bendera bambu belah masih trending, muncul kali ditutup waring dikasih lampu LED. Waring dihujat, muncul lagi sungai bau ditabur deodorant. Deodorant belum usai, muncul lagi kontroversi separator yang dicat warna warni.
Dan karena memang tidak sesuai pada tempat dan fungsinya, akhirnya separator jalan inipun dicat ulang menjadi warna hitam putih setelah mendapat teguran sana sini…
Lalu apakah kebodohan ini diakui oleh Sandiaga? Ternyata tidak! Sandiaga malah menyalahkan warga yang melakukan pengecatan warna-warni. Dia menyebut pengecatan itu adalah inisiatif warga..
Sudah jelas-jelas viral pasukan oranye yang melakukan pengecatan itu, pastilah instruksi atasan, masih juga dibilang partisipasi warga. Kan nggemesin jadinya…
Kejadian bongkar pasang seperti ini bukanlah yang pertama kalinya. Sederet peristiwa sudah lebih dulu viral. Berikut daftar bongkar pasang ala gubernur Anies sekaligus saya beri judul biar alay kaya film FTV…
Kasus pertama saya beri nama “Cintamu Palsu Bagai Pohon Pastik”. Kasus ini berawal dari pohon imitasi yang dipasang ditrotoar jalan Thamrin-Sudirman. Dan belum sampai 24 jam, pohon ini akhirnya dibongkar. Sama seperti separator jalan, saat itu Anies menyalahkan pihak lain. Dan kepala dinas pertamanan yang menjadi kambing hitamnya.
Lalu yang kedua adalah insiden bendera negara peserta Asian Games yang dipasang menggunakan bambu belah di kawasan Pluit. Ini malah lebih unik lagi karena menjadi satu satunya kebijakan yang back to back installing. Dipasang, viral, dibongkar dan kemudian dipasang lagi. Karena dipasang lagi, kasus ini saya namakan “Bambu Kan Membawamu Kembali”.
Yang ketiga, kasus halte bus dengan jalan raya yang terpisahkan oleh taman rumput. Lagi-lagi kejadian ini menjadi viral karena pengguna bis kota yang menunggu di halte kesulitan untuk menjangkau bus ketika hendak naik. Ini lebih lucu lagi, Anies akan membongkar taman rumputnya sedangkan Sandiaga justru ingin memindahkan haltenya. Yang mana yang benar masih menjadi teka-teki. Karena terdapat perbedaan pendapat, kasus ini saya beri judul “Jangan Ada Rumput Diantara Halte”.
Dan yang keempat adalah viralnya jalur khusus sepeda yang mentok di tiang listrik. Ini menyusul kejadian guiding block atau garis kuning jalur khusus difabel yang juga mentok dipohon rindang. Dan setelah ramai akhirnya tiang listrik akan dibongkar sementara pohon akan ditebang. Kasus ini saya beri nama “Cintaku Kandas Membentur Tiang listrik”.
Saya tidak tahu apakah desain-desain ngawur dan acara bongkar pasang seperti ini masih akan terus terjadi di Jakarta. Tetapi beberapa contoh peristiwa diatas sudah cukuplah untuk kita membuat satu kesimpulan bahwa Anies-Sandi memang tidak bisa kerja.
Masih sukur hanya Jakarta yang dijadikan kelinci percobaan. Lha apa tidak apes andaikata gubernur Anies jadi nyapres dan berhasil menang, bisa-bisa Indonesia yang dijadikan ajang coba-coba.
Sudahlah pak Anies…Sudahi kekacauan ini. Mulailah serius bekerja dan jangan lagi coba-coba. Berhentilah mengecat kota, mulailah membangun kota…
Om, kerja Om! Jangan ngelawak mulu…