Memang benar kata Gubernur Anies, kita harus hati-hati dengan kata-kata. Karena salah berkata-kata akan bisa memecah belah, bahkan jika salah berkata-kata, jutaan orang dikecewakan karena kena tipu. Apalagi kalau penjelasannya tidak jelas, bisa-bisa apa yang dikatakan dan apa yang ditangkap akan berbeda.
Dan itulah juga yang sedang terjadi di Jakarta. Setelah berkampanye dan memberi janji-janji muluk kepada warga DKI, kini banyak orang yang sudah merasakan kekecewaan. Kekecewaan mulai dari rumah DP 0 yang ternyata adalah rumah susun, lalu terakhir program OK OCE yang ternyta tidak seperti yang dikampanyekan. Bukannya dapat bantuan modal, tetapi hanya difasilitasi mendapatkan pinjaman dari perbankan.
Kecewa?? Kalau yang masih waras tentu saja kecewa. Tetapi yang memilih karena demi mendapatkan tiket dan kaplingan surga, hal tersebut tidak akan terlalu mengecewakan bagi mereka. Karena mereka meyakini akan berada di surga karena sudah memilih pemimpin seiman. Benar atau tidaknya saya tidak bisa gugat karena itu adalah keyakinan mereka.
Tetapi apakah karena keyakinan tersebut akhirnya mengorbankan orang lain yang jadi korban karena mereka salah memilih?? Apakah benar pilihan memilih pemimpin seiman (KTP) meski akibatnya kerusakan sebuah daerah dibenarkan oleh keyakinan tersebut?? Kalau keyakinan kita mengorbankan banyak orang maka kebenaran apa yang ada dalam sikap egois tersebut??
Saya pikir diantara semua keegoisan kita tidak ada yang lebih penting daripada memperhatikan kepentingan umum yang lebih besar. Kesejahteraan kota adalah yang terutama. Karena logikanya, kalau sebuah kota sejahtera maka kita juga akan mengalami kesejahteraan tersebut. Tetapi tentunya bukan dengan cara tipu-tipu pakai agama.
Dan yang terjadi dapat kita rasakan dan amati saat ini. Bagaimana mereka jualan kebohongan dan tipu-tipu demi mendapatkan kekuasaan. Bagaimana bisa menjadi amanah ketika mendapatkan kekuasaan dengan tidak amanah. Segala sesuatu yang didasari dengan tidak benar tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang benar. Apa iya dari pohon tidak benar menghasilkan buah yang benar??
Penyampaian yang jelas dan terukur juga sudah seharusnya diberikan kepada para pemangku jabatan saat ini. Apalagi yang terkait dengan hak-hak warga miskin. Jangan karena sekarang jaman canggih, semua diberitakan dengan internet. Tetap harus ada sosialisasi di tingkat kecamatan, kelurahan, RW dan RT. Hal ini menjadi penting supaya tidak terjadi salah memahami program pemerintah.
Salah satunya adalah program gratis masuk Ancol untuk para pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP). Dalam pemberitaan dan cara penyampaian Wakil Gubernur, Sandiaga Uno, maka hal yang ditangkap adalah bahwa setiap pemegang KJP bisa masuk gratis Ancol tanpa ada ketentuannya. Ternyata, ada sesuatu yang penting tetapi tidak disampaikan dengan jelas.
Ya, ternyata setiap pemegang KJP tidak bisa setiap minggu masuk gratis ke Ancol. Dalam peraturannya, ternyata ada minggu-minggu yang diatur sesuai dengan kota administrasinya. Jadi kalau pemegang KJP Jakarta Utara harus melihat jadwal kapan gratis masuk Ancolnya. Bergantian dengan kota administrasi lainnya.
Dan ada seorang pelajar yang akhirnya memang kecele dan terpaksa membayar masuk Ancol padahal dia adalah pemegang KJP. Pelajar ini ternyata tidak tahu kalau ada waktu-waktunya untuk bisa masuk ke Ancol gratis pakai KJP. Dan akhirnya anak tersebut terpaksa membayar karcis masuk sebesar 25 ribu.
Apakah memang yang menjadi penting diberitakan dan dinyatakan oleh Wagub Sandiaga adalah kisah historicalnya karena pengguna KJP dapat gratis masuk Ancol?? Atau ketentuan-ketentuan mendasar seperti bahwa ternyata pemegang KJP tidak bisa masuk suka-suka harinya?? Sepertinya mereka ini memang suka sekali melebih-lebihkan sesuatu padahal tidak sesuai kenyataan.
Seperti rumah DP 0 tahu-tahunya rumah lapis dan susun serta OK OCE yang katanya akan diberi modal, ternyata difasilitasi mendapatkan modal dari perbankan. Dan parahnya, kini yang kecele adalah anak-anak. Bayangkan bagaimana kalau itu saja uang lagi uang yang dibawanya dan terpaksa dipakai untuk membayar karcis.
Beginilah kalau terlalu sering melakukan gimmick. Akhirnya semua serba mengambang dan tidak jelas. Semoga berikutnya tidak ada pemegang KJP yang akhirnya membayar tiket masuk karena tidak tahu jadwal-jadwal gratis yang sudah ditetapkan. Supaya semua orang tahu, bahwa pemegang KJP bisa masuk gratis Ancol dengan syarat dan ketentuan.
Mau menggratiskan kok jadinya malah buat bingung dan merepotkan. Beginilah kalau memecahkan masalah dengan masalah.
Salam KJP.