Masyarakat saat ini tengah menjerit merasakan kegetiran hidup ditengah rendaman air yang tidak dapat diajak komunikasi agar meninggalkan DKI. Jakarta. Betapa sombongnya gerombolan air ini tidak mau diarahkan untuk berlalu meninggalkan Ibukota. Sehingga dikalangan akar rumput menimbulkan kekisruhan dan kesedihan yang berkepanjangan.
Rakyat yang sedang merasakan kepahitan seakan bagai parodi bagi pemimpinnya ini, dimana para pemimpin masih asik mencari kambing hitam dan sasaran tembak untuk mengelak dari tanggungjawab yang telah dibebankan oleh rakyat. Padahal konstituen membutuhkan solusi cerdas dalam menyelesaikan masalah agar tidak berulang kembali. Tetapi realitanya pasangan pemimpin DKI. Jakarta ini bukan memberikan solusi tetapi menyarankan masyarakat agar pasrah dan berdoa kepada sang Pencipta.
Sungguh aneh ya sahabat pembaca, mereka dipilih oleh mayoritas rakyat untuk bekerja dan melayani masyarakat agar terlepas dari kesedihan dan kemiskinan. Tetapi pemimpin Ibukota ini bukan bekerja dengan baik malah menjadi penceramah supaya masyarakat itu berserah, berpasrah dan berdoa. Bila memang keahlian anda untuk memberikan khotbah ataupun ceramah jangan jadi Gubernur dan Wakil Gubernur pak, mending langsung mengikuti pelawak Kiwil yang beralih profesi menjadi Pendakwah.
Selain kinerja yang ditunjukkan tidak maksimal dalam beberapa bulan ini sejak menjabat, Kinerjanya pun tidak sesuai dengan harapan dan janji-janji kampanye. Bertambah hari semakin bertambah saja tingkah laku aneh dari pemimpin yang satu ini. Siapakah pemimpin aneh itu, beliau adalah seorang pengusaha yang ternama dan telah memiliki kekayaan melimpah. Sahabat pembaca pasti sudah tahu siapa yang penulis maksud tersebut.
Disaat rakyat hampir diseluruh wilayah kekuasaannya sedang dilanda bencana banjir. Malah dengan percaya diri tinggi didepan para pewarta berita bertingkah laku layaknya ataupun lazimnya perempuan memakai pelembab bibir yang katanya sedang mengering ditengah bencana banjir. Logis tidak sahabat pembaca, cuaca yang sejuk karena diterpa hujan deras tiba-tiba bibir mengering. Ah sudahlah namanya juga pemimpin alay.
Berikut petikan berita yang dilangsir dari Kompas.com untuk dijadikan referensi :
Sandiaga yang sejak awal berdiri di samping Anies dan ikut mendengar pertanyaan awak media, tiba-tiba mengangkat sesuatu dengan tangannya. Sesuatu yang dipegang Sandiaga ternyata adalah pelembab bibir dengan kemasan warna putih. Sandiaga dengan santai memoles pelembab ke bibirnya, meski di hadapannya terdapat banyak kamera.
“Kering ya bibirnya,” kata seorang awak media yang berada di dekat Sandiaga.
Sandiaga hanya mengangguk kecil membenarkan ucapan awak media tersebut. Setelah sesi wawancara selesai, Sandiaga diarahkan langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa bisa melayani pertanyaan awak media lagi.
Sumber Disini
Sebelumnya Sandiaga sudah sering dikritik oleh masyarakat tentang gaya pakaian yang kerap berbeda, seperti enggan memakai pantovel dan ikat pinggang, gaya bicara Sandiaga juga kerap menjadi sorotan. Dalam menanggapi dan menjawab berbagai pemasalahan Ibukota, Sandiaga sering kali mengucapkan istilah dan kata dalam Bahasa Inggris daripada menggunakan Bahasa Indonesia, sepertinya Sandiaga mengidolakan artis Cinta Laura yang terkenal dengan lagu “Becek Ngak Ada Ojek”. Tidak hanya mengemas setiap penjelasan dengan Bahasa Inggris, pernyataan-pernyataan yang terlontar dari orang nomor dua di Jakarta ini kerap menjadi bulan-bulanan masyarakat di Sosial Media.
Paling lucu pernyataan Sandiaga yang menuding para pejalan kaki sebagai penyebab kemacetan di Tanah Abang, bukan para pedagang yang lapaknya memakan badan jalan. Menurut Wakil Gubernur ini, apa yang dia ucapkan tersebut adalah spontanitas. Meski di-bully masyarakat di Sosial Media, Sandiaga malah mengaku ikhlas dengan ejekan dan cacian yang berseliweran di media sosial. Kalau memang telah marak dikritik dan menjadi sasaran bullying, seharusnya anda interopeksi pak !
Melihat realitas kepemimpinan DKI. Jakarta saat ini, penulis menjadi sedikit bertanya-tanya. Mungkinkah tingkah laku yang ditunjukkan oleh Wakil Gubernur ini adalah sebuah lakon drama yang telah disetting untuk mengalihkan isu-isu yang berkembang melihat kondisi daerah yang dipimpinnya. Selain penulis berasumsi kejadian-kejadian ini mencoba mengalihkan isu, sungguh tidak lucu bila tindakannya tersebut untuk menghibur masyarakat agar tertawa melihat tingkah laku pemimpinnya.
Apapun latar belakang terkait tingkah laku Wakil Gubernur ini, Paling penting diketahui bahwa rakyat butuh pemimpin yang bisa bekerja untuk melepaskan dari kemiskinan yang masih membelenggu sampai detik ini. Sudahilah tingkah laku aneh bin memalukan kalau hanya untuk menutupi ketidaktahuan dalam menjalankan tugas, Mending bertindak apa adanya bukan akting belaka. Bagi sahabat pembaca, penulis ingin menyampaikan masukan bahwa kita “jangan mau dibohongi Pakai Pelembab Bibir”. Sepakatkan cin !!! hahahaa
Salam Rempong,