Dalam hasil survei nasional Tren Toleransi Sosial-Keagamaan di Kalangan Perempuan Muslim Indonesia, Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, menyebutkan bahwa potensi radikalisme di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Rata-rata skor potensi radikalisme menurun dari 15,1% di tahun 2016 menjadi 13,4% pada tahun 2017. Bahkan responden yang bersedia “tidak bersedia radikal” cenderung meningkat dari 72% menjadi 77,3%.
Meskipun begitu, potensi radikalisme tetap menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai. Karena potensi radikalisme tersebut menghasilkan tindakan radikalisme yang berbahaya.
“Ada sebuah fakta bahwa ada yang bersedia untuk mempersembahkan dirinya melakukan upaya bom bunuh diri ke Istana. Bahkan sudah menuliskan surat wasiat kepada keluarganya.” jelas Yenny.
Jumlah yang pro jihad kekerasan dari hasil survei cukup besar, 13,2%. Dimana jumlah perempuan yang mau berjihad kekerasan sejumlah 12,4%. Jihad kekerasan yang dimaksud adalah mengorbankan nyawa, perang dan angkat senjata, dan balas dendam.
“Jumlah ini lumayan mengkhawatirkan karena tindakan jihad kekerasan yang ekstrem.” lanjut Yenny.
Menurut Yenny kita punya tugas supaya mereka yang masih belum terkontaminasi dan yang sudah terkontaminasi untuk kembali disadarkan. Sehingga ke depan sikap dan tindakan radikalisme bisa diredam. Wahid Foundation bersedia membantu jika publik menemukan komunitas atau orang yang perlu dibantu lepas dari radikalisme. (*)