Sepertinya upaya BPN Prabowo-Sandi yang selama ini berusaha memoles sosok Prabowo menjadi sosok yang ramah dan santun, lagi-lagi harus mengalami kegagalan. Sifat asli memang tidak dapat ditutup-tutupi.
Bila sebelumnya Prabowo melalui Tulisan mantan penasihat Persaudaraan Alumni 212 Usamah Hisyam yang beredar di media sosial, berkisah tentang Prabowo yang disebutnya meninju meja saat diadakannya forum Dewan Penasihat PA 212 karena memprotes keislamannya dipertanyakan.
Maka kali ini sifat emosionalnya kembali muncul. Awalnya Prabowo yang datang ke Sumenep Madura dalam rangkaian safari kampanyenya di Jatim. Di Sumenep, Prabowo bersilaturahmi ke Pondok Pesantren (ponpes) Assadad di Kecamatan Ambunten.
Madura sendiri diketahui merupakan salah satu basis Prabowo dimana Prabowo-Hatta ketika pilpres 2014 yang lalu, berhasil menang telak atas Jokowi-JK.
Kedatangan Prabowo yang turun menggunakan helikopter langsung disambut ribuan pendukungnya di lapangan Ambunten, tempat Prabowo mendarat.
Tiba di halaman ponpes, Prabowo disambut sejumlah Pimpinan pesantren, seperti KH Thoifur Ali Wafa, KH. Abdul Muksid (Dewan Masyaikh PP Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep), KH. Ramdlan Siraj (Pimpinan PP Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep) dan sejumlah Kiai lainnya.
Dalam sambutannya di hadapan para kiai dan ribuan warga pendukungnya, Prabowo mengaku sejak dulu dekat dengan orang dan ulama Madura. Prabowo juga curhat pengalamannya sebagai komandan tempur dan berjuang bersama anggotanya prajurit asal Madura yang tangguh.
Namun sayangnya pengakuan kedekatannya hanya muncul sesaat. Karena terbukti, dalam salah satu sesi pidatonya, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto sempat ngambek dan marah di hadapan para kiai dan tokoh masyarakat di PP. Assadad, Ambunten, Sumenep, pada Selasa, 26 Februari 2019.
Prabowo (ngambek): “Ada apa bicara sendiri di situ? Apa kamu aja yang mau bicara di sini?”
Kiai (selow): “Lanjut, Pak. Lanjut.”
Cuplikan tersebut terlihat dari videonya yang sudah banyak beredar di sosmed (WAG). Di bawah saya sertakan link youtubenya.
Inilah gambaran calon pemimpin yang mengaku dekat dan menghormati ulama. Yang sayangnya bertolak belakang dengan apa yang selama ini terlihat dari tindakannya. Itu statusnya masih calon lho, belum memimpin. Bagaimana pula kalau dia beneran jadi pemimpin?
Setelah ulamanya dimarahi okeh Prabowo, akankah masyarakat Madura tetap memilih dirinya? Saya meragukannya, apalagi mengingat warga madura sangat menghormati para kyai dan ulamanya. Lagi-lagi Prabowo adalah juru kampanye terbaik untuk Jokowi. Untuk itu kita harus mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada Prabowo. Apakah anda setuju?
Sumber: Cak Nur (RCP)