OK Otrip adalah program transportasi satu harga untuk satu kali perjalanan yang diusung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah pemerintahan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Program ini dimaksudkan agar penumpang cukup membayar satu kali saja sebesar Rp 5.000 (atau Rp 3.500 selama masa ujicoba) untuk kemudian menggunakan berbagai layanan bus kecil hingga Transjakarta selama 3 jam.
Namun dalam perkembangannya, OK Otrip dianggap sebagai program gagal. Hal ini disebabkan karena program tersebut dianggap tidak menarik bagi pengusaha angkutan. Sejak diujicoba hingga sekarang Pemprov DKI hanya mampu menggaet 200 unit kendaraan sementara targetnya 2.000 unit di tahun ini.
Untuk ujicobanya sendiri sudah empat kali uji diperpanjang sampai akhirnya diterapkan mulai 1 Oktober lalu. Meskipun penerapannya sudah dimulai, tidak ada perbedaan tarif dengan saat uji coba.
Selain itu, OK OTrip juga mendapat rapor merah untuk urusan pengadaan armada. Pemprov DKI telah menganggarkan pengadaan 2.687 bus kecil senilai total Rp3,3 triliun pada APBD 2018. Namun sejak April lalu, baru ada 126 bus kecil yang mampu disediakan Pemprov DKI Jakarta. Artinya, baru 4,7 persen target yang tercapai.
Entah karena nama Ok Otrip dianggap membawa sial atau mungkin penggagasnya yang membawa sial karena programnya gagal melulu. Akhirnya selepas Sandiaga Uno sebagai penggagasnya hengkang dari Balaikota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun mengubah nama program integrasi antarmoda di Jakarta dari OK Otrip menjadi Jak Lingko.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, istilah Lingko diambil dari kosakata baru dalam bahasa Indonesia.
Kata lingko disebut baru akan muncul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pada akhir Oktober. Anies mengharapkan kata Lingko bisa langsung mencerminkan makna integrasi begitu orang-orang mendengarnya.
“Lingko adalah kosakata yang diserap dari budaya kita sendiri. Lingko adalah sistem terintegrasi seperti jejaring yang dulu digunakan untuk membangun distribusi air di Nusa Tenggara Timur,” ujar Anies, dalam peluncuran pengembangan program integrasi transportasi antarmoda di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin 8 Oktober 2018.
Pemprov DKI menggunakan kata lingko untuk mencerminkan jejaring rute integrasi transportasi antarmoda di Jakarta. Alias Lingko
Anies Baswedan membuat sayembara pembuatan logo Jakarta Lingko. Jakarta Lingko merupakan nama pengganti One Karcis One Trip (OK OTrip). Desain Jak Lingko harus menggambarkan jejaring transportasi. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu berharap desain tersebut didapat sebelum akhir Oktober 2018.
Upaya rebranding (ganti nama) tersebut juga mendapatkan dukungan dari Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono yang menganggap program One Karcis One Trip (OK Otrip) adalah program gagal.
“Artinya program yang gagal kemudian di-rebranding, saya kira kami mendorong dan mendukung itu karena dia (Anies Baswedan) harus menawarkan hal yang baru,” kata Gembong saat dihubungi, Selasa, 2 Oktober 2018.
Semoga saja setelah dilakukan pergantian nama dari Ok Otrip menjadi Jak Lingko, upaya mengintegrasikan seluruh moda transportasi dapat berjalan sebagai mestinya. Sehingga pergantian nama tersebut bisa diikuti oleh program gagal lainnya seperti Ok-Oce yang saat ini sudah menjadi pusat pembudidayaan ikan cupang ataupun rumah DP Nol yang hingga kini tidak kelihatan wujudnya.
Tapi jangan sampai setelah berganti namapun, programnya masih gagal juga. Berarti bukan masalah di nama, namun masalah di gabenernya yang gak becus bekerja sehingga perlu diganti, bukankah begitu kawan?