.:: Saya (Masih) Seorang Indonesia XVI ::.
“Tak lelo lelo lelo ledung
(Kutimang-timang engkau anakku)
Cep menengo ojo pijer nangis
(Jangan menangis terus)
Anakku sing ayu/bagus rupane
(anakku yang cantik/ganteng)
Yen nangis munndak ilang ayune/baguse
(kalau memangis nanti hilang cantik/gantengnya)
Tak gadang biso urip mulyo
(Ku doakan agar nanti bisa hidup mulia)
Dadio wanito/prio utomo (menjadi orang yang utama)
Ngluhurke asmane wong tuwo
(meninggikan/mengharumkan nama orang tua)
Dadio pendekare bongso
(jadilah pendekar bangsa)
Wes cup menengo anakku
(sudah, jangan menangis anakku)
Kae mbulane ndadari
(lihat, bulannya bersinar terang)
Koyo buto nggegilani (seperti bhuto/raksasa yang mengerikan)
Lagi nggoleki cah nangis (sedang mencari anak yang sedang menangis)
Tak lelo lelo lelo ledung
Cep menengo anakku cah ayu/bagus
(lekaslah diam anakku yang cantik/ganteng)
Tak emban slendang batik kawung
(kupakai selendang batik kawung)
Yen nangis mundhak ibu bingung”
(kalau terus menangis ibu jadi bingung).
(“Tak Lelo Lelo”)
——————————–
Tembang Jawa ini mendadak terlintas di benak saya,
Saat melihat seorang Ibu yg sedang bercengkrama dg putrinya di sebuah teras rumah sederhana,
Di pesisir pantai Tanjung Pasir, Tangerang, Banten.
Lagu yg konon juga selalu disenandungkan oleh almarhum Ibunda bapak Jokowi sewaktu Beliau masih kecil,
Sebuah cerminan kasih sayang seorang Ibu kepada putra putri tercintanya,
Agar di kelak kemudian hari mendapat banyak keberkahan dari YME,
Serta dilindungi dari mara bahaya.
———————————
Kehidupan sehari-hari masyarakat Nusantara,
Memang tak pernah lepas dari yg namanya adat kebiasaan maupun tradisi.
Yg paling sederhana saja,
Adalah tradisi “ngaliwet” atau “manganan”,
Yaitu makan bersama yg dilakukan satu RT, satu kelurahan,
Utk mensyukuri adanya sebuah berita baik atau keberkahan yg mereka terima.
Sama halnya dg “Bersih Deso”,
Yg biasanya dilakukan setahun sekali setelah panen selesai.
Tradisi “apeman” yg dilakukan masyarakat Jawa,
Biasa di hari ke 17 pada saat puasa Ramadhan.
Saling berkiriman kue apem kepada para tetangga,
Utk mendoakan agar puasa Ramadhan dapat berjalan lancar hingga di akhirnya nanti.
Atau tradisi “Pulang Kampung” atau “Mudik”,
Yg menjadi salah satu kebiasaan menjelang Hari Raya.
Tradisi2 seperti itu,
Disadari atau tidak,
Sudah merupakan tradisi yg turun-temurun,
Dan dilakukan dg penuh rasa suka cita.
Tidak ada sama sekali unsur paksaan,
Atau merasa “terpaksa” karena melakukannya,
Karena memang tradisi ibaratnya adalah sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Nusantara sehari-hari.
————————–
Berbicara tentang tradisi,
Selalu saja teringat pada tahayul atau “larangan# yg kerap kali kita dengar.
Walau keliatannya tidak masuk akal,
Tapi jika ditelaah dg akal sehat,
Sebenarnya larangan itu ada benarnya juga lo … π
π
“Ojo mangan nang ngarep lawang, mengko ora enthuk jodoh!”
(jangan makan di depan pintu, nanti tidak dapat jodoh)
Maksudnya :
Kamu itu makanlah di tempat yg tidak mengganggu orang berjalan lalu lalang.
Pintu itu kan tempat orang mondar-mandir.
Kalau kamu makan di sana, sama saja dg mengganggu mereka yg mau lewat.
“Ojo sampe ketiban cecek sirahmu, iso mati”
(Jangan sampai kejatuhan cicak kepalamu, bisa mati)
Maksudnya :
Kalau kepalamu kejatuhan cicak, cepat2lah keramas.
Siapa tau cicak itu buang air besar di atas kepalamu π
π
——————————-
Atau,
Mungkin kalian pernah dengan budaya yg lain??
Misalnya Ajian “Semar Mesem”,
Atau “Jaran Goyang”,
Yg konon dapat digunakan utk mendapatkan jodoh?
“Amatek ajiku si Jaran Goyang …,”
Begitu kira2 intro nya,
Dan diikuti dg nama seseorang yg kita sukai πππ
Jujur,
Jaman SMA dulu saya hafal luar kepala dg ajian2 semacam ini.
Lalu,
Apakah saya mendapat jodoh??
Ya, pasti donk ..
Karena dulu yg saya minta adalah nilai yg bagus2,
Walhasil dari kelas 1 sampai 3SMA,
Saya bisa dapat juara di kelas.
Kalo jodoh yg berupa manusia yo emboh ππ
Tapi enakan Semar Mendhem sih sebenarnya,
Ketimbang Semar Mesem …. πππ
Tradisi2 yg berlaku di Nusantara ini,
Luar biasa banyaknya …
Dan kesemuanya seakan turut memberi warna tersendiri bagi seni budaya Nusantara …
Jangan dicela,
Jangan dianggap sebagai hal yg salah,
Apalagi dianggap musryik … πππ
Karena sesungguhnya,
Keberadaan semua itu adalah sebuah bukti,
Betapa kaya rayanya Nusantara ini,
Dg beraneka ragam keunikannya.
Salam budaya,
Salam Indonesia Raya π²π¨π²π¨π²π¨